Alhamdulillaahil Ladzii Ahyaanaa Ba’da Maa Amaatanaa Wailaihin Nusyuur
Artinya: "Segala puji bagi Allah yang menghidupkan kami kembali setelah mematikan kami dan kepada-Nya (kami) akan dibangkitkan."
Jadi saya akan memberitahu anda apa yang terjadi ketika anda bangun tidur pagi ini. Setiap dari kita dalam keadaan mati ketika tidur. Kenapa Allah menghidupkan anda setelah mematikan anda? Dalam surat Az-Zumar, Allah berfirman:
“Allah memegang nyawa (seseorang) yang belum mati ketika dia tidur; maka Dia tahan nyawa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia lepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran) Allah bagi kaum yang berpikir.” (Qs. Az-Zumar [39]: 42)
Saya bertanya pada anda saudaraku. Apakah Allah memberi anda kehidupan pagi ini karena Dia butuh agar anda pergi kerja? Apakah Allah memberi anda kehidupan hari ini sehingga anda bisa mengantar anak-anak ke sekolah? Atau apakah Allah memberi anda kehidupan sehingga anda dapat berbelanja ke pasar untuk istri anda? Apakah Allah memberi anda kehidupan sehingga anda bisa mengumpulkan lebih banyak uang, atau membeli rumah yang lebih besar, atau mungkin membeli mobil?
Kenapa Allah memberi anda kehidupan setelah mematikan anda? Anda tahu saudaraku, seberapa sering kita merenung dan bertanya “Apa tujuan dari hidupku? Ya Allah, apa yang Kau inginkan dariku? Kenapa kau memberiku kehidupan, setelahnya kematian, setelahnya kehidupan, setelahnya kematian, dan seterusnya?” Kemudian akan datang waktu dimana hanya akan ada kematian.
Orang-orang berkata bahwa tidur adalah kematian kecil, dan kematian adalah tidur yang besar. Apa yang Allah inginkan dari kita sehingga dia menghidupkan dan mematikan kita setiap harinya? Allah berfirman dalam sebuah ayat yang menjelaskan semuanya:
“Tidaklah Kuciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadahkepada-Ku.” (Qs. adz-Dzariyat[51]: 56)
Allah menciptakan kita untuk beribadah saudaraku. Allah menciptakan kita untuk mengenal-Nya, berdzikir kepada-Nya, shalat kepada-Nya, memahami-Nya, memuji-Nya, menyembah-Nya, dan menyerukan orang lain untuk mendekat kepada-Nya. Inilah mengapa Allah memberi kita kehidupan pagi ini setelah Dia mematikan kita.
Kisah Mengharukan: Anak yang Ditelantarkan Itu Hadiahkan Hafalan An-Naba’ untuk Ayah yang Sibuk
Karena terlambat saya jadi tidak tahu siapa nama Khotibnya saat itu. Sambil mendengarkan khotbah saya melihat sang Khotib dari layar lebar yang di pasang di luar ruangan utama masjid. Khotibnya masih muda, tampan, berjenggot namun penampilannya bersih. Dari wajahnya saya melihat aura kecerdasan. Tutur katanya lembut namun tegas. Dari penampilannya yang menarik tsb, saya jadi penasaran. Apa kira-kira isi khotbahnya.
Ternyata betul dugaan saya! Isi ceramah dan cara menyampaikannya membuat jamaah larut dalam keharuan. Banyak yang mengucurkan air mata (termasuk saya). Bahkan ada yang sampai tersedu-sedan. Weleh-weleh..sampai segitunya ya. Lalu apa sih isi ceramahnya? Kayaknya amazing sekali.
Dengan gaya yang menarik, Sang Khotib menceritakan “true story”..seorang anak berumur 10 tahun namanya Umar. Dia anak pengusaha sukses yang kaya raya. Oleh ayahnya si Umar di sekolahkan di SD Internasional paling bergengsi di Jakarta. Tentu bisa ditebak, bayarannya sangat mahal. Tapi bagi si pengusaha, tentu bukan masalah. Wong uangnya berlimpah. Si ayah berfikir kalau anaknya harus mendapat bekal pendidikan terbaik di semua jenjang. Agar anaknya kelak menjadi orang yang sukses mengikuti jejaknya.
Suatu hari istrinya kasih tahu kalau Sabtu depan si Ayah diundang menghadiri acara “Father’s Day” di sekolah Umar.
“Waduuuh saya sibuk Ma. Kamu aja deh yang datang..” begitu ucap si Ayah kepada isterinya.
Bagi dia acara beginian sangat nggak penting. Dibanding urusan bisnis besarnya. Tapi kali ini istrinya marah dan mengancam..sebab sudah kesekian kalinya si ayah nggak pernah mau datang ke acara anaknya..dia malu karena anaknya selalu didampingi ibunya..sedang anak-anak yang lain selalu didampingi ayahnya.
Nah karena diancam istrinya. Akhirnya si ayah mau hadir meski agak ogah-ogahan. Father’s day adalah acara yang dikemas khusus dimana anak2 saling unjuk kemampuan di depan ayah2nya.. Karena ayah si Umar ogah2an maka dia memilih duduk di paling belakang..sementara para ayah yg lain (terutama yg muda2) berebut duduk di depan agar bisa menyemangati anak2nya yg akan tampil di panggung.
Satu-persatu anak-anak menampilkan bakat dan kebolehannya masing-masing. Ada yang menyanyi, menari, membaca puisi, pantomim. Ada pula yang pamerkan lukisannya dll. Semua mendapat applause yang gegap gempita dari ayah-ayah mereka…tibalah giliran si Umar dipanggil gurunya untuk menampilkan kebolehannya.
“Miss, bolehkah saya panggil pak Arief,” tanya si Umar kepada gurunya. Pak Arief adalah guru mengaji untuk kegiatan ekstra kurikuler di sekolah itu.
“Oh boleh..” begitu jawab gurunya..dan pak Ariefpun dipanggil ke panggung.
“Pak Arief, bolehkah bapak membuka Kitab Suci Al Qur’an Surat 78 (An-Naba’)” begitu Umar minta kepada guru ngajinya…”Tentu saja boleh nak..” jawab pak Arief.
“Tolong bapak perhatikan apakah bacaan saya ada yang salah?” lalu si Umar mulai melantunkan QS An-Naba’ tanpa membaca mushafnya (hapalan) dengan lantunan irama yang persis seperti bacaan “Syaikh Sudais” (Imam Besar Masjidil Haram).
Semua hadirin diam terpaku mendengarkan bacaan si Umar yg mendayu-dayu, termasuk ayah si Umar yang duduk dibelakang.
“Stop..kamu telah selesai membaca ayat 1 s/d 5 dengan sempurna. Sekarang coba kamu baca ayat 9..” begitu kata pak Arief yang tiba-tiba memotong bacaan Umar. Lalu Umar pun membaca ayat 9.
”Stop, coba sekarang baca ayat 21..lalu ayat 33..” setelah usai Umar membacanya, lalu kata pak Arief, “Sekarang kamu baca ayat 40 (ayat terakhir)”..si Umar pun membaca ayat ke-40 tsb sampai selesai.
“Subhanallah…kamu hafal Surat An-Naba’ dengan sempurna, Nak…”begitu teriak pak Arief sambil mengucurkan air matanya.
Para hadirin yang muslim pun tak kuasa menahan airmatanya. Lalu pak Arief bertanya kepada Umar,”Kenapa kamu memilih menghafal Al-Qur’an dan membacakannya di acara ini, Nak? Sementara teman-temanmu unjuk kebolehan yang lain?” begitu tanya pak Arief penasaran.
“Begini pak guru…waktu saya malas mengaji dalam mengikuti pelajaran Bapak, Bpak menegur saya sambil menyampaikan sabda Rasulullah SAW:”Siapa yang membaca Al Qur’an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya seperti cahaya matahari dan kedua orang tuanya dipakaiakan dua jubah (kemuliaan) yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanya bertanya, “Mengapa kami dipakaikan jubah ini?” Dijawab,”Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al Qur’an.” (H.R. Al-Hakim)”.
“Pak Guru, saya ingin mempersembahkan “Jubah Kemuliaan” kepada ibu dan ayah saya di hadapan Allah di akhirat kelak, sebagai seorang anak yang berbakti kepada kedua orangnya.” lanjutnya.
Semua orang terkesiap dan tdk bisa membendung air matanya mendengar ucapan anak berumur 10 th tsb… Ditengah suasana hening tsb..tiba-tiba terdengan teriakan “Allahu Akbar..!!” dari seseorang yang lari dari belakang menuju ke panggung.
Ternyata dia ayah si Umar..yg dengan tergopoh-gopoh langsung menubruk sang anak, bersimpuh sambil memeluk kaki anaknya.
”Ampuun, Nak.. maafkan ayah yang selama ini tidak pernah memperhatikanmu. Tidak pernah mendidikmu dengan ilmu agama. Apalagi mengajarimu mengaji…” ucap sang ayah sambil menangis di kaki anaknya.
“Ayah menginginkan agar kamu sukses di dunia, Nak. Ternyata kamu malah memikirkan “kemuliaan ayah” di akhirat kelak. Ayah malu, Nak” ujar sang ayah sambil nangis tersedu-sedu. Subhanallah…
Sampai di sini, saya melihat di layar Sang Khotib mengusap air matanya yang mulai jatuh Semua jama’ahp un terpana dan juga mulai meneteskan airmatanya, termasuk saya. Di antara jama’ahpun bahkan ada yang tidak bisa menyembunyikan suara isak tangisnya…luar biasa haru.
Entah apa yang ada di benak jama’ah yang menangis itu. Mungkin ada yang merasa berdosa karena menelantarkan anaknya. Mungkin merasa bersalah karena lalai mengajarkan agama kepada anaknya. Mungkin menyesal karena tdk mengajari anaknya mengaji atau merasa berdosa karena malas membaca Al-Qur’an yang hanya tergeletak di rak bukunya..dan semua, dengan alasan sibuk urusan dunia!
Saya sendiri menangis karena merasa lalai dengan urusan akhirat..dan lebih sibuk dengan urusan dunia. Padahal saya tahu kalau kehidupan akhirat jauh lebih baik dan kekal dari pada kehidupan dunia yang remeh temeh, sendau gurau dan sangat singkat ini..seperti firman Allah SWT dalam Q.S. Al-An’Amayat 32: ”Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?”.
Astagfirullahal ghofururrohim..hamba mohon ampunan kepada Allah..Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang.
Wallahu ‘alam bishshawab. Semoga bermanfaat, khususnya buat saya pribadi.
Wanita itu gamang. Tapi ia meyakinkan dirinya bahwa ia harus melakukan hal itu. Ia akan berusaha bahwa apa yang ia lakukan benar-benar berhasil sebelum vonis dokter itu terbukti secara sempurna.
Sore tadi, ia dan suaminya mendatangi dokter dan dokter itu menjalankan kemoteraphy yang kedua belas. Kemotherapy batas maksimum. Anehnya, kanker itu sangatlah kuat untuk hilang atau sekedar layu dan mengecil. Justru dokter mengatakan bahwa kanker yang bersemayam di tubuhnya itu menyebar ke mana-mana. Wanita itu tak sanggup mendengarkan apa yang dikatakan dokter mengenai dirinya. Ia menangis di pelukan suaminya. Ia hanya bisa membayangkan bahwa semua itu hanyalah mimpi. Tapi ia tahu, bahwa ini nyata dan benar-banr terjadi dalam hidupnya. Ia harus kuat dan menerima kenyataan itu. Ia harus menerima takdir yang sudah disuratkan Tuhan dalam kehidupannya. Bagaimana pun juga, ketawakalan dan kepasrahan itu selalu ia hadirkan dalam hatinya.
Terakhir dokter itu mengatakan bahwa umur wanita itu tak akan lebih dari sebulan. Akhirnya wanita itu melanjutkan sisa kehidupannya di bangsal rumah sakit. Ia hanya menunggu keajaiban dan mukjizat tuhan atas apa yang telah menimpanya.
Wanita itu selalu membayangkan semua kemungkinan yang bakal terjadi. Kemungkinan-kemungkinan jika ia benar-benar meninggalkan dunia fana. Dengan siapa suaminya hidup? Ia tahu suaminya akan menjadi seorang duda. Ia juga tahu putrinya masih kecil dan masih memerlukan sosok ibu sebagai muara kasih dan cinta. Sepanjang malam wanita itu terus menangis memikirkan hal itu.
Pagi terus berlalu bersama hari-hari yang terasa jemu. Wanita itu telah mengambil keputusan yang sudah ia rencanakan. Dan siang itu seperti biasa, suaminya datang menjenguknya. Biasanya suaminya pulang dari kantor jam lima sore. Tapi semenjak kanker itu menghuni tubuhnya, suaminya selalu mengusahakan untuk pulang setelah dzuhur tiba.
Wanita itu mengatakan bahwa ia akan mencarikan calon istri untuk suaminya. Jelas suaminya merasa terkejut dan menolak pernyataan istrinya. Dia mengatakan kepada istrinya bahwa jangan sekali pun memikirkan hal itu.”Kamu harus memikirkan dirimu sendiri. Kita di sini selalu mendoakan mengusahakan kesembuhanmu.”
Wanita itu hanya berkata parau. ”Ya, kita tak pernah tahu dengan takdir yang menghampiri kita. Apa salahnya kita menjaga-jaga dengan kemungkinan yang bisa saja terjadi. Aku hanya ingin kau dan putri kita hidup bahagia.”
Akhirnya wanita itu mencari wanita shalihah untuk suaminya. Ia hanya ingin suami dan putrinya jatuh pada wanita yang tepat, yang akan selalu berbakti kepada suami dan bisa mengayomi putriya.
Puasa Ramadhan merupakan sebuah aturan kewajiban bagi umat agama Islam. Pada bulan tersebut mereka melakukan puasa sebagai bentuk ketaatan pada sang Pencipta. Ibadah puasa tersebut dilakukan sebulan penuh di mulai pada tanggal satu ramadhan setelah melihat hilal sebagai patokan tanggal. Pada prakteknya umat muslim melakukan puasa dari mulai terbit matahari sampai terbenam matahari.
Puasa Ramadhan sebagaimana Rasulullah jelaskan dapat mengangkat derajat pelakunya menjadi unsur rahmat, kedamaian, ketenangan, kesucian jiwa, akhlaq mulia dan perilaku yang indah ditengah-tengah masyarakat. “Bila salah seorang dari kalian berpuasa maka hendaknya ia tidakberbicara buruk dan aib. dan jangan berbicara yang tiada manfaatnya dan bila dimaki seseorang maka berkatalah, ‘Aku berpuasa'”. (HR. Bukhori).
Petunjuk puasa dari Nabi Saw adalah petunjuk yang paling benar dan sempurna untuk diikuti. Serta petunjuk Nabi Saw paling mengena dalam mencapai maksud dan tujuan, serta paling mudah penerapannya bagi umat Islam. Di antara petunjuk puasa dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pada bulan Ramadhan diantaranya adalah memperbanyak melakukan berbagai macam ibadah. Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwasannya malaikat Jibril’alaihis salam senantiasa membacakan Al-Qur’anul Karim untuk beliau pada bulan Ramadhan. Selain itu, Nabi Saw pada bulan Ramadhan juga memperbanyak sedekah, kebajikan,shalat, dzikir, i’tikaf dan bahkan beliau mengkhususkan beberapa macam ibadah pada bulan Ramadhan, hal yang tidak beliau lakukan pada bulan-bulan lain.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika berpuasa dan mendapatkan matahari sudah tenggelam, maka Nabi Saw menyegerakan berbuka dan menganjurkan demikian pada umatnya. Nabi Saw menghimbau agar berbuka dengan kurma. Bila tidak mendapatkannya, Nabi Saw mencukupkan diri dengan air saja. Adapun ketika sahur Nabi Saw makan sahur maka mengakhirkannya. Hal demikian dianjurkan pula untuk umatnya. Nabi’shallallahu ‘alaihi wasallam melarang orang yang berpuasa dari ucapan keji dan caci-maki. Sebaliknya beliau memerintahkan agar ia mengatakan kepada orang yang mencacinya, “Sesungguhnya aku sedang puasa.”
Jika Nabi Saw melakukan perjalanan di bulan Ramadhan, maka terkadang beliau meneruskan puasanya, namun terkadang pula berbuka. Hal tersebut menjadi pelajaran bagi para sahabat, membiarkan mereka memilih antara berbuka atau puasa ketika dalam perjalanan. Selanjutnya yang merupakan petunjuk dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah membebaskan dari qadha’ puasa bagi orang yang makan atau minum karena lupa, dan bahwasanya hal demikian karena Allahlah yang memberinya makan dan minum.
Bocah Penghafal Qur’an dengan 14 Jahitan: Ya Allah… Tolonglah Aku
Ahmad Yasin. Ia baru memasuki usia yang kesembilan. Namun perjuangannya dalam menghafal Qur’an telah membuat banyak orang di sekelilingnya tak kuasa menahan air mata; abi, umi, para ustadz hingga teman-temannya. Jum’at (27/3/2015) lalu, Yasin menuntaskan hafalannya 30 juz. Ia menyetorkan hafalan juz terakhirnya kepada musyrif disaksikan puluhan hadirin dan teman seangkatan program Super Manzil. Tak sedikit hadirin yang menyeka air matanya, mengiringi ayat demi ayat yang mengalir syahdu dari bocah yang baru berusia sembilan tahun itu. Terutama kedua orangtuanya yang hadir di sana tanpa sepengetahuan Yasin. Ketika Yasin selesai menyetorkan hafalannya dan tahu ada abi umi di sana, ia pun ikut menangis. Suasana menjadi sangat haru. Bocah kecil itu terisak-isak tanpa sanggup berkata apa-apa saat kedua orangtuanya diminta berbicara. Kini, cita-citanya memakaikan mahkota surga untuk kedua orangtuanya telah ia usahakan dan tentunya dengan mengharap ridha Allah yang akan mengabulkannya. Bukan kali ini saja Yasin membuat haru abi dan uminya. Keharuan pertama telah ia persembahkan ketika berniat menjadi hafidz. Saat itu ia baru duduk di semester kedua kelas 1 SD, tapi ia berani jauh dari rumah untuk nyantri di Daurah Qabliyah Darut Tauhid Bandung. Waktu itu Yasin baru bisa Iqro’ jilid 3. Tapi Allah memberkahi kesungguhannya. Dalam tiga bulan Yasin sudah bisa baca Al Qur’an dan hafal juz 30. Siapa ibu yang rela jauh dari anaknya. Menangis saat berpisah, pasti. Rindu saat tidak bertemu, tentu. Namun demi cita-cita Yasin, keharuan itu berbuah manis pada masanya. Pada pertengahan 2013 lalu, Yasin ikut Mukhayam Al Qur’an yang digelar oleh Al Hikmah Bogor. Ia menjadi peserta termuda. Satu hal yang sangat mengharukan dan menguras air mata orang-orang di sekitarnya terjadi saat sesi game perang-perangan. Yasin yang bertugas membawa bendera berusaha menjaga agar tidak direbut oleh ‘musuh’. Bendera akhirnya terebut. Dan saat itulah Yasin baru sadar bahwa darah telah membasahi sekujur lengannya. Ternyata tiang bendera dari bambu itu melukai tangannya. Sejumlah santri senior bergegas membantu Yasin. Mereka panik karena luka Yasin cukup besar. Ustadz menggendong Yasin dan membawanya ke Posko. “Ustadz, jangan bilang orang tua saya, nanti mereka sedih,” pinta Yasin. Yasin tidak menangis. Tetapi ustadzah yang ada di sana yang berkaca-kaca mendengar rintihannya. Dengan darah yang memenuhi sekujur lengan, Yasin berdoa, “Ya Allah… tolonglah aku… aku masih ingin menghafal…” “Ya Allah… tolonglah aku… aku masih ingin menghafal…” Yasin mengulang-ulang doa itu. Membuat siapapun yang mendengarnya pasti terenyuh hatinya. Yasin sempat dibawa ke Bareskrim untuk mendapat pertolongan pertama. Namun karena peralatannya kurang memadai, Bareskrim menganjurkan agar Yasin segera dilarikan ke rumah sakit. Di Rumah Sakit Ciawi, Yasin harus dijahit dengan 14 jahitan.
Mungkin bagi sebagian penderita penyakit diabetes, bulan puasa ramadhan ini menjadi ujian yang tidak mudah. Setelah menahan lapar dari terbit pagi sampai terbenamnya matahari dan menjaga diri dari perbuatan yang dapat merusak amal puasa, penderita penyakit diabetes mungkin berpikir kembali untuk memakan makanan manis yang disunahkan. Yang mempunyai banyak kadar gula, karena penyakit diabetes adalah penyakit kelebihan zat gula dalam darah.
Bagi pengguna diabetes terlebih dahulu yang harus diketahui adalah tidak memakan makanan berkarbohidrat, karena dalam karbohidrat mempunyai zat gula yang banyak, maka penggguna diabetes bisa mencari alternatifnya seperti kentang. Sebenarnya berpuasa bagi pengguna diabetes sangatlah baik untuk menjaga kadar gula dalam darah mereka. Tentu saja dengan terus berkonsultasi dengan dokter atau para ahli gizi. Penderita diabetes boleh untuk melakukan puasa jika itu tidak menjadi masalah pada kesehatannya, dengan kata lain jika dokter yang menangani kesehatannya mengijinkan penderita untuk berpuasa.
Menjaga kondisi fisik saat puasa tentunya sangatlah diperlukan bagi siapapun terutama bagi mereka penderita diabetes. Agar tetap kuat menjaga puasanya untuk itu perlu disusun menu yang tepat. Saat memasuki keadaan berbuka puasa saja, maka ada baiknya penderita menghindari makanan atau minuman manis yang menggunakan gula. Sebaiknya menggunakan pemanis seperti madu, jus buah, Namun ada baiknya malah dihindari, dan bila tetap menginginkan meminum atau makan tersebut usahakan tidak berlebihan.
Selain karena berlebihan itu tentunya tidak baik untuk kesehatan, Agama Islam juga melarang melakukan sesuatu dengan berlebihan. Untuk itu, selama berpuasa penderita diabetes tetap memerhatikan jenis, jadwal, dan jumlah makanan. Seperti halnya pada saat makan sahur maka selain karena disunahkan untuk mengakhirkannya, hal tersebut juga membuat kadar gula lebih terjaga selama melakukan aktivitas puasa.
Berikut ini Adalah kiat tertentu bagi penderita diabetes dalam melaksanakan ibadah puasa. Pertama, makan sahur harus diakhirkan. Kedua, usahakan konsumsi total serat 50 gram sehari. Ketiga, beristirahat sejenak dan lakukan sholat dan mengaji setelah sholat dhuhur atau beristirahat saja. Keempat, jumlah asupan kalori selama puasa harus seperti yang disarankan oleh dokter dan ahli gizi. Terakhir, perlunya untuk mengenal tanda-tanda gejala hipoglikemia, seperti gelisah, berkeringat, bingung, gemetar, berdebar-debar, rasa kesemutan (pada lidah, bibir, dsb), penglihatan dobel atau berbayang, bila berlanjut maka kesadaran menurun, kejang-kejang, hingga pingsan.