Senin, 08 Juni 2015

Tersembunyi dari Pengetahuan Manusia

Tak ada yang lebih gusar melebihi makhluk Allah yang bernama gula pasir. Pemanis alami dari olahan tumbuhan tebu ini membandingkan dirinya dengan makhluk sejenisnya yang bernama sirup.

Masalahnya sederhana. Gula pasir merasa kalau selama ini dirinya tidak dihargai manusia. Dimanfaatkan, tapi dilupakan begitu saja. Walau ia sudah mengorbankan diri untuk memaniskan teh panas, tapi manusia tidak menyebut-nyebut dirinya dalam campuran teh dan gula itu. Manusia cuma menyebut, "Ini teh manis." Bukan teh gula. Apalagi teh gula pasir.

Begitu pun ketika gula pasir dicampur dengan kopi panas. Tak ada yang mengatakan campuran itu dengan ‘kopi gula pasir’, melainkan, kopi manis. Hal yang sama ia alami ketika dirinya dicampur berbagai adonan kue dan roti.

Gula pasir merasa kalau dirinya cuma dibutuhkan, tapi kemudian dilupakan. Ia cuma disebut manakala manusia butuh. Setelah itu, tak ada penghargaan sedikit pun. Tak ada yang menghargai pengorbanannya, kesetiaannya, dan perannya yang begitu besar sehingga sesuatu menjadi manis. Berbeda sekali dengan sirup.

Dari segi eksistensi, sirup tidak hilang ketika bercampur. Warnanya masih terlihat. Manusia pun mengatakan, "Ini es sirup." Bukan es manis. Bahkan tidak jarang sebutan diikuti dengan jati diri yang lebih lengkap, "Es sirup mangga, es sirup lemun, kokopandan, " dan seterusnya.

Gula pasir pun akhirnya bilang ke sirup, "Andai aku seperti kamu." 

Sosok gula pasir dan sirup merupakan pelajaran tersendiri buat mereka yang giat berbuat banyak untuk umat. Sadar atau tidak, kadang ada keinginan untuk diakui, dihargai, bahkan disebut-sebut namanya sebagai yang paling berjasa. Terkadang tatkala kita melakukan bersedekah, ada keinginan agar orang melihat bahwa kita yang paling banyak bersedekah. Ketika membantu orang lain, ada rasa untuk dipuji dan disanjung-sanjung. Persis seperti yang disuarakan gula pasir.

Kalau saja gula pasir paham bahwa sebuah kebaikan kian bermutu ketika tetap tersembunyi. Kalau saja gula pasir sadar bahwa setinggi apa pun sirup dihargai, toh asalnya juga dari gula pasir. Kalau saja para pegiat kebaikan memahami kekeliruan gula pasir, tidak akan ada ungkapan, "Andai aku seperti sirup!"
 
Hal ini juga sesuai dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِىَّ الْغَنِىَّ الْخَفِىَّ

“Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertakwa, hamba yang hatinya selalu merasa cukup dan yang suka mengasingkan diri.”Mengasingkan diri berarti amalannya pun sering tidak ditampakkan pada orang lain.

Ibnul Mubarok mengatakan, “Jadilah orang yang suka mengasingkan diri (sehingga amalan mudah tersembunyi), dan janganlah suka dengan popularitas.”

Az Zubair bin Al ‘Awwam mengatakan, “Barangsiapa yang mampu menyembunyikan amalan shalehnya, maka lakukanlah.”

Ibrahim An Nakho’i mengatakan, “Kami tidak suka menampakkan amalan shaleh yang seharusnya disembunyikan.”

Sufyan bin ‘Uyainah mengatakan bahwa Abu Hazim berkata, “Sembunyikanlah amalan kebaikanmu sebagaimana engkau menyembunyikan amalan kejelekanmu.”

Al Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan, “Sebaik-baik ilmu dan amal adalah sesuatu yang tidak ditampakkan di hadapan manusia.”

Basyr Al Hafiy mengatakan, “Tidak selayaknya orang-orang semisal kita menampakkan amalan shaleh walaupun hanya sebesar dzarroh (semut kecil). Bagaimana lagi dengan amalan yang mudah terserang penyakit riya’?”

Imam Asy Syafi’i mengatakan, “Sudah sepatutnya bagi seorang alim memiliki amalan rahasia yang tersembunyi, hanya Allah dan dirinya saja yang mengetahuinya. Karena segala sesuatu yang ditampakkan di hadapan manusia akan sedikit sekali manfaatnya di akhirat kelak.”

Ar Robi bin Khutsaim –murid ‘Abdullah bin Mas’ud- tidak  pernah mengerjakan shalat sunnah di masjid kaumnya kecuali hanya sekali saja.Ayub As Sikhtiyaniy memiliki kebiasaan bangun setiap malam. Ia pun selalu berusaha menyembunyikan amalannya. Jika waktu shubuh telah tiba, ia pura-pura mengeraskan suaranya seakan-akan ia baru bangun ketika itu.

Dan di antara golongan yang mendapatkan naungan Allah di hari kiamat nanti adalah,
وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ

Seseorang yang bersedekah kemudian ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya.” (HR. Bukhari no. 1423 dan Muslim no.1031,dari Abu Hurairah).

Contoh yang mempraktekan hadits di atas adalah ‘Ali bin Al Husain bin ‘Ali. Beliau biasa memikul karung berisi roti setiap malam hari. Beliau pun membagi roti-roti tersebut ke rumah-rumah secara sembunyi-sembunyi. Beliau mengatakan,
إِنَّ صَدَقَةَ السِّرِّ تُطْفِىءُ غَضَبَ الرَّبِّ عَزَّ وَ جَلَّ

Sesungguhnya sedekah secara sembunyi-sembunyi akan meredam kemarahan Rabb ‘azza wa jalla.
Penduduk Madinah tidak mengetahui siapa yang biasa memberi mereka makan. Tatkala ‘Ali bin Al Husain meninggal dunia, mereka sudah tidak lagi mendapatkan kiriman makanan setiap malamnya. Di punggung Ali bin Al Husain terlihat bekas hitam karena seringnya memikul karung yang dibagikan kepada orang miskin Madinah di malam hari. Subhanallah, kita mungkin sudah tidak pernah melihat makhluk semacam ini di muka bumi ini lagi.
Semoga Allah memudahkan kita untuk beramal secara sembunyi-sembunyi dan menghilangkan sifat ingin disanjung dan menerima pengakuan dari orang lain. Aamiin.
Referensi : rumaysho dan eramuslim

Pandangan Pria dan Perangkap Setan




Di penghujung zaman yang semakin sepi ini, perangkap-perangkap setan kian canggih dan modern. Ujian dan godaan para pengikut shirathal mustaqiim kian mengepung, baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Harta, tahta, dan wanita adalah godaan yang mengggiurkan itu. Mungkin banyak diantara orang-orang shaleh atau para penggerak dakwah tidak bergeming dengan jebakan harta dan kekuasaan akan tetapi bisa jadi mereka tidak tahan dan akhirnya tergelincir dengan provokasi keindahan wanita atau pun sebaliknya. Maka bersyukurlah kaum Adam yang bisa lolos dari tiga jenis godaan yang mematikan ini.

Setan dalam menggoda manusia memiliki berbagai macam strategi, dan yang sering dipakai adalah dengan memanfaatkan hawa nafsu, yang memang memiliki kecenderungan mengajak kepada keburukan (ammaratun bissu’). Setan tahu persis kecenderungan nafsu kita, dia terus berusaha agar manusia keluar dari garis yang telah ditentukan Allah, termasuk memandangi lawan jenis yang bukan muhrimnya hingga menimbulkan syahwat.

Secara naluri, fitrah manusia memang menyukai keindahan dan memandanginya dengan penuh takjub. Tetapi disinilah peluang fitnahnya. Seperti dalam kisah keindahan rupa Nabi Yusuf as. Yang mampu menghipnotis para wanita istana kala itu. Karena tak tahan, Zulaiha sang permaisuri kerajaan membuat konspirasi untuk menjebak Nabi Yusuf agar mau berzina. Di satu sisi, ketampanan dan kecantikan rupa adalah anugerah yang harus di syukuri, tapi di sisi lain bisa menjadi pintu syaitan untuk mengelabui manusia supaya terjerumus ke lumpur kemaksiatan.

Menurut informasi, jumlah populasi wanita di dunia ini lebih banyak dibanding dengan pria. Konon kabarnya 10:1. Artinya 1 pria diperebutkan 10 wanita. Fenomena ini tentunya, mau tidak mau menimbulkan polemik. Senada dengan itu, Rasulullah Saw. bersabda, “Engkau akan melihat seorang laki-laki diikuti oleh empat puluh wanita, yang tak lain hal ini disebabkan oleh sedikitnya jumlah laki-laki dan banyaknya jumlah wanita”. (HR. Bukhari).

Banyaknya jumlah populasi wanita dan dibarengi tingkah-polahnya mengundang mata kaum pria untuk melotot. Hal inilah yang menjadikan kaum laki-laki harus berjuang ekstra keras, melawan hawa nafsu dan bisikan setan yang berseliweran. Apalagi di zaman sekarang banyak sekali wanita yang tidak menutup aurat di tempat-tempat umum.

Seperti yang dirasakan pemuda tetangga saya, setiap kali melangkahkan kaki ke luar rumah, di dalam angkutan umum, di bis kota, di pinggiran jalan, dan di tempat umum lainnya secara sengaja atau tidak sengaja (terpaksa) melihat aurat wanita. Para wanita ini tanpa merasa bersalah bergentayangan di tempat umum dengan model pakaian serba mini. “Apakah itu tidak menjadi fitnah bagi kaum laki-laki,” keluhnya kepadaku.

Saya juga pernah mengalami keresahan sang pemuda tetangga saya itu, jika saya berjalan di tempat umum, sudut pandang mata saya selalu menemukan para ’mahluk lembut’ dengan model pakaian serba mini dan super ketat. Sedang saya tidak mungkin berjalan dengan terus menerus menundukkan kepala saya. Beruntung, saya mempunyai istri tangguh, yang selalu memberikan warning jika temanya berhubungan dengan mahluk yang bernama wanita. Yang tak bosan memberikan nasihat agar saya tidak tergelincir dalam perangkap setan. “Jangan jadi laki-laki genit, ghodul bashar-lah suamiku,“ kata sang istri mengingatkan.

Pernah suatu ketika, saya meminjam buku dari seorang teman perempuan yang bertemakan ghoswul fikri karya Adian Husaini. Hati kecil saya hanya berniat meminjam buku itu, karena sudah lama saya ingin membaca buku itu tapi belum kesampaian membeli. Saat sang istri tahu bahwa saya pinjam dari seorang teman perempuan, sang istri meradang, setelah seharian perang dingin, barulah mengungkapkan alasannya mengapa dia marah besar. Karena dengan meminjam buku pada lawan jenis adalah salah satu perangkap pintu setan. “Sekarang pinjam buku, besok mendiskusikan buku setelah itu akan berbuat yang lebih jauh lagi!,“ ungkapnya penuh khawatir.

Ia mengatakan istilah persahabatan itu bisa berkonotasi adanya hubungan yang lebih jauh dari sekedar berinteraksi. Istilah persahabatan dengan lawan jenis lebih dekat kepada apa yang dikatakan oleh orang sebagai “teman tetapi mesra”. “Karena itu hendaklah memperhatikan rambu-rambu syariat dalam bergaul wahai suamiku,“ serunya.

Aku pun tertegun dengan argumentasi sang istri, dan memaksa kepalaku untuk manggut-manggut tanda setuju. Walau teman yang meminjamkan buku itu adalah wanita yang sopan, baik akhlak dan pakaiannya, akan tetapi jika keseringan interaksi dan tidak bisa menahan pandangan, maka seperti yang di khawatirkan sang istri, panah setan itu bisa menancap ke ulu hati dan akhirnya akan berujung pada “hubungan tanpa status“. Sebuah kekhawatiran yang wajar.

Memang benar, rekayasa setan itu bisa datang dari mana saja. Apalagi di zaman yang penuh fitnah ini dimana para wanita dengan berani dan bebas mengumbar auratnya di tempat umum, dan ikhtilat dengan lawan jenis pun tak bisa terhindarkan. Bahkan di dunia maya interaksi yang berlebihan dengan lawan jenis dalam situs jejaring sosial bisa menimbulkan fitnah dan sudah memakan korban, rusaknya hubungan rumah tangga karena sang istri atau suami berselingkuh dengan teman lawan jenisnya di situs jejaring itu.

Dari sinilah keimanan kita di uji. Mampukah kita melawan tiga jenis godaan itu? Khusus untuk ujian dan godaan jenis wanita, saya akan selalu ingat-ingat pesan istri, “Tundukkanlah pandanganmu wahai suamiku!”

Sumber: eramuslim
3 Bekal Menyambut Ramadhan 

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Tinggal menunggu hitungan hari kita akan memasuki bulan penuh barokah, Ramadhan mubarok. Tidak terlambat memang, walau hal ini baru rumaysho.com sampaikan karena mengingat beberapa waktu lalu website dalam masa rekontruksi server. Kita akan melihat tiga bekal yang semestinya disiapkan sebelum memasuki bulan Ramadhan yang kami simpulkan dari wejangan para ulama. Tiga bekal tersebut adalah:

Pertama: Bekal ilmu.

Bekal ini amat utama sekali agar ibadah kita menuai manfaat, berfaedah, dan tidak asal-asalan. ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz berkata,

مَنْ عَبَدَ اللهَ بِغَيْرِ عِلْمٍ كَانَ مَا يُفْسِدُ أَكْثَرَ مِمَّا يُصْلِحُ

“Barangsiapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu, maka dia akan membuat banyak kerusakan daripada mendatangkan kebaikan.”  (Al Amru bil Ma’ruf, hal. 15). Tidak tahu akan hukum puasa, bisa jadi puasa kita rusak. Tidak tahu apa saja hal-hal yang disunnahkan saat puasa, kita bisa kehilangan pahala yang banyak. Tidak tahu jika maksiat bisa mengurangi pahala puasa, kita bisa jadi hanya dapat lapar dan dahaga saja saat puasa. Tidak tahu jika dzikir bareng-bareng entah sehabis shalat lima waktu atau di antara tarawih atau sehabis witir, itu tidak ada dalilnya, akhirnya yang didapat hanya rasa capek karena tidak menuai pahala. Ingatlah syarat diterimanya ibadah bukan hanya ikhlas. Ibadah bisa diterima jika mengikuti tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, alias ada dalilnya. Namun demikianlah masyarakat kita kadang beribadah asal-asalan, asal ‘ngikut’, yang penting ikhlas katanya, padahal ibadah yang dilakukan tidak ada dalil dan tuntunannya. Apa saja kata pak Kyai, pokoknya ‘manut’? Wallahul musta’an. 

Silakan pembaca rumaysho.com membaca artikel-artikel puasa dan amalan di bulan Ramadhan di web ini. Sudah disajikan di kategory puasa dan amalan secara lebih lengkap. Semoga dengan ilmu tersebut, ibadah kita menjadi lebih baik dan diterima oleh Allah.

Kedua: Perbanyak taubat.

Inilah yang dianjurkan oleh para ulama kita. Sebelum memasuki bulan Ramadhan, perbanyaklah taubat dan istighfar. Semoga di bulan Ramadhan kita bisa menjadi lebih baik. Kejelekan dahulu hendaklah kita tinggalkan dan ganti dengan kebaikan di bulan Ramadhan. Ingatlah bahwa syarat taubat yang dijelaskan oleh para ulama sebagaimana dinukil oleh Ibnu Katsir rahimahullah, “Menghindari dosa untuk saat ini. Menyesali dosa yang telah lalu. Bertekad tidak melakukannya lagi di masa akan datang. Lalu jika dosa tersebut berkaitan dengan hak sesama manusia, maka ia harus menyelesaikannya/ mengembalikannya.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14:61). Inilah yang disebut dengan taubat nashuha, taubat yang tulus dan murni. Moga Allah menerima taubat-taubat kita sebelum memasuki waktu barokah di bulan Ramadhan sehingga kita pun akan mudah melaksanakan kebaikan.

Di antara do’a untuk meminta segala ampunan dari Allah adalah do’a berikut ini:

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى خَطِيئَتِى وَجَهْلِى وَإِسْرَافِى فِى أَمْرِى وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّى اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى جِدِّى وَهَزْلِى وَخَطَئِى وَعَمْدِى وَكُلُّ ذَلِكَ عِنْدِى

“Allahummagh-firlii khothii-atii, wa jahlii, wa isrofii fii amrii, wa maa anta a’lamu bihi minni. Allahummagh-firlii jiddi wa hazlii, wa khotho-i wa ‘amdii, wa kullu dzalika ‘indii” (Ya Allah, ampunilah kesalahanku, kejahilanku, sikapku yang melampaui batas dalam urusanku dan segala hal yang Engkau lebih mengetahui hal itu dari diriku. Ya Allah, ampunilah aku, kesalahan yang kuperbuat tatkala serius maupun saat bercanda dan ampunilah pula kesalahanku saat aku tidak sengaja maupn sengaja, ampunilah segala kesalahan yang kulakukan) (HR. Bukhari no. 6398 dan Muslim no. 2719).

Catatan penting yang mesti kami sampaikan. Mungkin selama ini tersebar sms maaf-maafkan di tengah-tengah kaum muslimin menjelang Ramadhan. Ingat bahwa meminta maaf itu memang disyariatkan  terhadap sesama apalagi ketika berbuat salah, betul memang bentuk taubatnya adalah minta dimaafkan. Namun bukan jadi kelaziman setiap orang harus minta maaf, padahal tidak ada salah apa-apa. Apalagi kelirunya lagi jika hal ini dianggap kurang afdhol jika tidak dijalani menjelang Ramadhan. Hanya Allah yang beri taufik.

Ketiga: Banyak memohon kemudahan dari Allah.

Selain dua hal di atas, kita juga harus pahami bahwa untuk mudah melakukan kebaikan di bulan Ramadhan, itu semua atas kemudahan dari Allah. Jika kita terus pasrahkan pada diri sendiri, maka ibadah akan menjadi sulit untuk dijalani. Karena diri ini sebenarnya begitu lemah. Oleh karena itu, hendaklah kita banyak bergantung dan tawakkal pada Allah dalam menjalani ibadah di bulan Ramadhan. Terus memohon do’a pada Allah agar kita mudah menjalankan berbagai bentuk ibadah baik shalat malam, ibadah puasa itu sendiri, banyak berderma, mengkhatamkan atau mengulang hafalan Qur’an dan kebaikan lainnya.

Do’a yang bisa kita panjatkan untuk memohon kemudahan dari Allah adalah sebagai berikut.

اللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً وَأَنْتَ تَجْعَلُ الحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً

“Allahumma laa sahla illa maa ja’altahu sahlaa, wa anta taj’alul hazna idza syi’ta sahlaa” [artinya: Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau buat mudah. Dan engkau menjadikan kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendaki pasti akan menjadi mudah]. (Hadits ini dikeluarkan oleh Ibnu Hibban dalam Shahihnya 3:255. Dikeluarkan pula oleh Ibnu Abi ‘Umar, Ibnus Suni dalam ‘Amal Yaum wal Lailah).

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَتَرْكَ الْمُنْكَرَاتِ

“Allahumma inni as-aluka fi’lal khoiroot wa tarkal munkaroot.” (Ya Allah, aku memohon pada-Mu agar mudah melakukan kebaikan dan meninggalkan kemungkaran). (HR. Tirmidzi no. 3233, shahih menurut Syaikh Al Albani).

Semoga Allah menjadikan Ramadhan kita lebih baik dari sebelumnya. Marilah kita menyambut Ramadhan mubarok dengan suka cita, diiringi ilmu, taubat dan perbanyak do’a kemudahan.

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.

Wallahu waliyyut taufiq.
Sumber: rumaysho

Kisah Aneh Tapi Nyata yang Terjadi Pada Sebuah Jenazah



Ini adalah kisah nyata, kisah proses penguburan seorang pejabat di sebuah kota di Jawa Timur. Nama dan alamat sengaja tidak disebutkan untuk menjaga nama baik jenazah dan keluarga yang ditinggalkan.

Insya Allah kisah ini menjadi hikmah bagi kita semua sebelum ajal menjemput. Kisah ini diceritakan langsung oleh seorang modin (pengurus jenazah) kepada Bapak Wahyudi Wahidin, seorang sahabat Ustad Yusuf Mansur. Inilah kisah selengkapnya :

"Saya (modin/pengurus jenazah) sudah terlibat dalam kepengurusan jenazah lebih dari 16 tahun. Sudah berbagai pengalaman telah saya lalui, sebab dalam kurun waktu tersebut sudah bermacam-macam jenis mayat yang saya tangani. Ada yang meninggal dunia akibat kecelakaan, sakit di usia tua, sakit jantung, bunuh diri dan sebagainya.
Bagaimanapun, pengalaman mengurus jenazah seorang pejabat yang kaya serta berpengaruh ini, menyebabkan saya mendapat kesempatan paling 'istimewa' di sepanjang hidup saya. Inilah pertama kalinya saya mengalami kejadian yang cukup aneh, menyedihkan, menakutkan, dan sekaligus memberikan banyak hikmah.

Sebagai modin tetap di desa, saya diminta oleh anak almarhum untuk mengurus jenazah bapaknya. Saya pun pergi ke rumahnya. Ketika saya tiba di rumah almarhum, tercium bau yang sangat busuk dari jenazah itu. Baunya cukup menjijikan dan membuat perut saya mual. Saya telah mengurus banyak jenazah tetapi baru kali ini saya bertemu dengan jenazah yang sebusuk ini.

Ketika saya lihat wajah almarhum, saya merasa tersentuh. Saya tengok wajahnya seperti dirundung oleh bermacam-macam perasaan antara takut, cemas, kesal dan lain-lain. Wajahnya seperti tidak mendapat cahaya dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Kemudian saya pun mengambil kain kafan yang dibeli oleh anak almarhum. Kemudian saya memotongnya. Kebetulan, disana ada dua orang yang pernah saya ajarkan ketika mereka mengikuti kursus kepengurusan jenazah. Saya ajak mereka membantu saya dan mereka pun setuju.

Tetapi selama memandikan mayat itu, kejadian yang aneh pun terjadi. Apabila memandikan jenazah, tubuh mayat itu perlu dibangunkan sedikit kemudian perutnya diurut-urut untuk mengeluarkan kotoran yang tersisa dalam tubuhnya. Maka saya pun mengurut-urut perut almarhum. Namun apa yang terjadi pada hari itu sangat mengejutkan.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala menunjukkan kekuasaannya pada hari itu, karena kotoran tidak keluar dari dubur jenazah melainkan melalui mulutnya. Hati saya berdebar-debar. “Apa yang sedang terjadi ini?”, saya pun bertanya-tanya. Telah dua kali mulut mayat ini memuntahkan kotoran, saya berharap hal itu tidak terulang lagi. Lalu saya mengurut perutnya untuk ketiga kalinya. Tiba-tiba ketentuan Allah Subhanahu Wa Ta'ala berlaku kembali, ketika saya urut perutnya, keluarlah dari mulut mayat itu kotoran bersama beberapa ekor ulat yang masih hidup. Ulat itu seperti belatung.

Padahal almarhum meninggal dunia akibat serangan jantung dan waktu kematiannya dalam tempo yang begitu singkat. Namun mengapa mayatnya sudah menjadi sedemikian rupa? Saya perhatikan wajah anak almarhum. Mereka terlihat terkejut, mungkin malu, dikarenakan apa yang terjadi kepada bapaknya. Kemudian saya menoleh ke dua orang yang membantu saya tadi, mereka juga terkejut dan panik. Saya katakan kepada mereka: “Ini adalah ujian dari Allah kepada kita!” Kemudian saya minta salah seorang yang membantu saya tadi untuk pergi memanggil semua anak almarhum.

Almarhum sebenarnya adalah orang yang beruntung karena mempunyai tujuh orang anak, semuanya laki-laki. Seorang berada di luar negeri dan enam lagi berada di rumah. Ketika semua anak almarhum masuk, saya nasihati mereka. Saya mengingatkan mereka bahwa tanggung jawab saya adalah membantu mengurus jenazah bapak mereka, bukan mengurus semuanya. Tanggung jawab sisanya dikenakan pada ahli warisnya. Sepatutnya sebagai anak, mereka yang lebih afdhal mengurus jenazah bapak mereka, jadi bukan hanya imam, bilal, atau guru saja yang mengurusnya.

Saya kemudian meminta izin serta bantuan mereka untuk menunggingkan jenazah itu. Takdir Allah kembali berlaku. Ketika ditunggingkan jenazah tersebut, tiba-tiba keluarlah ulat-ulat yang masih hidup, hampir sebaskom banyaknya, sementara baskom itu ukurannya kira-kira lebih besar sedikit dari tudung saji meja makan. Allahuakbar, suasana menjadi semakin menegangkan. Benar-benar kejadian yang sulit diterima akal sehat kita. Saya terus berdo’a dan berharap tidak terjadi kejadian yang lebih buruk. 
Setelahnya saya memandikan kembali almarhum dan saya wudhukan. Saya meminta kain kafan kepada anak-anaknya. Saya bawa jenazah almarhum ke dalam kamarnya dan tidak saya izinkan seorang pun melihat prosesi itu kecuali ahli waris yang dekat karena saya takut kejadian yang lebih buruk akan terjadi.

Peristiwa yang terjadi setelah jenazah diangkat ke kamar dan hendak dikafani juga ganjil. Ketika jenazah ini diletakkan di atas kain kafan, saya lihat kain kafan itu hanya cukup menutupi ujung kepala atau kakinya saja. Apabila kain kafan itu ditarik menutupi kepalanya, maka kakinya terlihat, begitu juga sebaliknya. Maka saya tidak bisa mengikat kepala atau kakinya. Kain kafan itu bagaikan tidak mau menerima mayat tadi. Tidak mengapalah, mungkin saya yang salah mengukur dikala memotongnya Lalu saya pun mengambil kain lainnya, saya potong, dan disambungkan dengan kafan tadi agar bisa menutupi kaki jenazah. Memang kain kafan jenazah itu jadi sambung-menyambung, tapi apa mau dikata, itulah yang bisa saya lakukan.

Lalu saya berdo’a kepada Allah, “Ya Allah, jangan kau hinakan jenazah ini ya Allah, cukuplah sebagai peringatan kepada hamba-Mu ini.”

Sehabis saya beri taklimat tentang shalat jenazah tadi, satu lagi masalah timbul, yaitu jenazah tidak dapat diantar ke tanah pekuburan karena tidak ada mobil jenazah maupun ambulans. Saya hubungi kelurahan, pusat Islam, masjid, dan sebagainya, tapi tetap tidak ada jalan keluar. Semua mobil sedang terpakai, beberapa tempat tersebut juga tidak punya kereta jenazah lebih dari satu karena semua kereta juga sedang digunakan. Saya pikir hal ini bukan sekedar kebetulan.

Dalam keadaan sulit itu seorang lelaki muncul menawarkan bantuan. Lelaki itu meminta saya menunggu sebentar agar dia bisa mengeluarkan mobil van dari garasi rumahnya. Kemudian muncullah sebuah van. Tapi ketika dia sedang mencari tempat untuk memarkir vannya itu di rumah almarhum, tiba-tiba istrinya keluar. Dengan suara yang tegas dia berkata di hadapan orang-orang yang hadir: “Mas, saya tidak izinkan mobil kita ini digunakan untuk mengangkat jenazah itu, sebab semasa hidupnya dia tidak pernah mengizinkan kita naik mobilnya.” Jadi saya menyuruh lelaki yang punya van itu untuk membawa kembali vannya.

Selepas itu muncul pula seorang lelaki lain yang menawarkan bantuannya. Lelaki itu mengaku sebagai murid saya. Dia meminta izin kepada saya untuk mengambil dan membersihkan mobilnya selama kira-kira 10-15 menit. Akhirnya, muncullah mobil tersebut, tapi dalam keadaan basah sehabis dicuci. Mobil itu sebenarnya sebuah lori. Dan lori itu sebenarnya digunakan oleh lelaki tadi untuk menjual ayam ke pasar.

Akhirnya jenazah almarhum pun diangkut menggunakan lori tersebut diikuti rombongan pengiring jenazah. Dalam perjalanan menuju kawasan pemakaman, saya berpesan kepada dua orang yang membantu saya tadi agar masyarakat tidak usah membantu kami menguburkan jenazah, cukup tinggal di kamp saja. Hal ini dikarenakan saya tidak mau mereka melihat peristiwa yang ganjil lagi.

Rupanya apa yang saya takutkan berlaku sekali lagi, takdir Allah yang terakhir terasa amat memilukan. Sesampainya Jenazah tiba di tanah pekuburan, saya perintahkan tiga orang anaknya untuk turun ke dalam liang lahat dan tiga orang lagi menurunkan jenazah dari atas. Allah Subhanahu Wa Ta'ala Maha berkehendak atas semua makhluk ciptaan-Nya! Saat jenazah itu menyentuh tanah liang lahat, tiba-tiba air hitam yang busuk baunya keluar dari celah tanah yang pada awalnya kering. Hari itu tidak ada hujan, tapi dari mana air itu muncul? Saya pun tidak tahu jawabannya.

Lalu saya arahkan anak almarhum untuk memasukkan jenazah bapak mereka di dalam keranda dengan hati-hati karena saya takut nanti ia terlentang atau telungkup, na'udzubillah. Kalau mayat terlungkup, maka tak ada harapan untuk mendapat syafa’at Nabi. Papan keranda pun diturunkan perlahan dan kami segera menimbun kubur tersebut dengan tanah. Setelahnya kami injak-injak tanah tersebut supaya padat dan bila hujan ia tidak longsor ke bawah.
Tapi sungguh mengherankan, saya perhatikan tanah yang diinjak itu menjadi becek. Saya tahu, jenazah yang ada di dalam pasti tenggelam oleh air hitam yang busuk itu. Melihat keadaan tersebut, saya arahkan anak-anak almarhum supaya berhenti menginjak tanah itu dan meninggalkan lubang kubur sedalam 1/4 meter. Jadi kuburan itu tidak ditimbun hingga ke permukaan lubangnya, jadi seperti ada lubangnya. Tidak hanya itu, ketika saya hendak membaca talqin, saya melihat tanah yang diinjak itu ada resapan airnya. Masya Allah, peristiwa seperti ini bisa terjadi. Melihat keadaan ini, saya memutuskan untuk menyelesaikan penguburan secepat mungkin.

Sejak lama mengerjakan penguburan jenazah, inilah mayat yang saya tidak bacakan talqin. Jadi saya bacakan tahlil dan do’a yang paling ringkas. Kemudian saya kembali ke rumah almarhum dan mengumpulkan keluarganya. Saya bertanya kepada istri almarhum, apakah yang telah dilakukan oleh almarhum semasa hidupnya.

  1. Pernahkah dia pernah menzalimi orang?
  2. Pernahkah dia mendapat harta dengan jalan yang haram seperti merampas, menipu, riba, atau mengambil yang bukan haknya?
  3. Pernahkah dia memakan harta masjid atau anak yatim?
  4. Pernahkah dia menyalahgunakan jabatan untuk kepentingan pribadi?
  5. Atau apakah dia tidak pernah berzakat, bersedekah, atau infaq?

Istri almarhum tidak dapat memberikan jawabannya. Saya rasa mungkin dia malu untuk memberi tahu. Lalu saya pun memberikan nomor telepon rumah saya kepada mereka dan pamit untuk beranjak dari sana. Namun sedihnya, hingga sekarang, tidak seorang pun anak almarhum yang menghubungi saya.

Sekedar tahu saja, anak almarhum merupakan orang yang berpendidikan tinggi. Malah ada di antara anak almarhum yang beristrikan orang Amerika, anak yang lain dapat istri orang Australia, dan seorang lagi beristri orang Jepang.

Peristiwa ini akan tetap saya ingat. Ini adalah kisah nyata yang saya alami. Semua kebenaran saya kembalikan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala pemilik langit dan bumi.

Tanyakanlah pada diri kita masing-masing, apakah kita menginginkan peristiwa itu terjadi pada diri kita, ibu kita, bapak kita, anak kita, atau keluarga kita.? Semoga akhir hidup kita semua dalam keadaan khusnul khatimah. Aamiin Yaa Rabbal'aalamiin.

Itulah pengalaman yang dialami oleh seorang modin (pengurus jenazah). Semoga ini bisa jadi renungan untuk kita semua yang masih hidup. Semoga bermanfaat.