Selasa, 16 Februari 2016

Bagaimana Alfatehahmu

Assalamu'alaikum..

"ALLAH MENJAWAB AL-FATIHAH KITA"

Banyak sekali orang yang cara membacanya tegesa-gesa tanpa spasi, dan seakan-akan ingin cepat menyelesaikan shalatnya. Padahal di saat kita selesai membaca satu ayat dari surah Al-Fatihah tersebut, ALLAH menjawab setiap ucapan kita.

Dalam Sebuah Hadits Qudsi Allah Subhanahu Wata'ala ber-Firman:
"Aku membagi shalat menjadi dua bagian, untuk Aku dan untuk Hamba-Ku."
■ Artinya, tiga ayat di atas Iyyaka Na'budu Wa iyyaka nasta'in adalah Hak Allah, dan tiga ayat kebawahnya adalah urusan Hamba-Nya.
■ Ketika Kita mengucapkan "AlhamdulillahiRabbil 'alamin". Allah menjawab: "Hamba-Ku telah memuji-Ku."
■ Ketika kita mengucapkan "Ar-Rahmanir-Rahim", Allah menjawab: "Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku."
■ Ketika kita mengucapkan "Maliki yaumiddin", Allah menjawab: "Hamba-Ku memuja-Ku."
■ Ketika kita mengucapkan “Iyyaka na’ budu wa iyyaka nasta’in”, Allah menjawab: “Inilah perjanjian antara Aku dan hamba-Ku.”
■ Ketika kita mengucapkan “Ihdinash shiratal mustaqiim, Shiratalladzinaan’amta alaihim ghairil maghdhubi alaihim waladdhooliin.” Allah menjawab: “Inilah perjanjian antara Aku dan hamba-Ku. Akan Ku penuhi yang ia minta.” (HR. Muslim dan At-Tirmidzi)
■ Berhentilah sejenak setelah membaca setiap satu ayat. Rasakanlah jawaban indah dari Allah karena Allah sedang menjawab ucapan kita.
■ Selanjutnya kita ucapkan "Aamiin" dengan ucapan yang lembut, sebab Malaikat pun sedang mengucapkan hal yang sama dengan kita.
■ Barangsiapa yang ucapan “Aamiin-nya” bersamaan dengan para Malaikat, maka Allah akan memberikan Ampunan kepada-Nya.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud)

Sahabat jika Artikel Ini bermanfaat silahkan dibagikan , sampaikan walau satu ayat

Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam; "Siapa yang menyampaikan satu ilmu dan orang membaca mengamalkannya maka dia akan beroleh pahala walaupun sudah tiada."
(HR. Muslim)

Kisah Nyata

Kisah Nyata, Mushaf Tetap Utuh Meski Masjid Dibom Hingga Hancur Luluh

Diserang dan dibombardir Israel, Gaza memiliki banyak kisah keajaiban. Atau lebih tepatnya, karamah dari Allah.

Seperti kisah nyata yang dituturkan oleh Imam Masjid An Nur di kampung Syaikh Ridwan ini, yang juga disaksikan oleh jamaah masjid tersebut.

Kisah nyata ini terjadi pada perang Al Furqan, tepatnya Desember 2008. Saat itu Israel membombardir Gaza selama 22 hari.

Bukan hanya manusia yang diincar oleh pesawat-pesawat tempur Zionis, tetapi juga masjid-masjid. Salah satu masjid yang menjadi sasaran rudal Israel itu adalah Masjid An Nur.

Di langit kampung Syaikh Ridwan, suara F-16 Israel laksana sirine kematian yang menakutkan bagi banyak orang. Kecepatan pesawat tempur itu seketika mempercepat denyut jantung warga yang melihatnya.

Perasaan dekat dengan kematian menggelayuti jiwa orang tua, wanita, hingga para remaja.

Seakan malaikat maut telah tampak di depan mata. Memanggil, dengan seruannya yang menggelegar, membuat bulu kuduk berdiri.

Tetapi bagi penduduk Gaza yang kokoh imannya, mereka yang hatinya dekat dengan masjid, tawakal kepada Allah membuat mereka berani menghadapi apapun. Termasuk siap mati kapan saja.

Raungan F-16 tidak menambah apapun kecuali keyakinan kepada Allah, bahwa Dia yang menggenggam jiwa manusia.

Tidak ada yang sanggup mengambil nyawa kecuali Dia. Secanggih apapun senjata, sehebat apapun mesin perang.

“Blhuouommmmmm.......” terdengar ledakan rudal berkali-kali. Tidak jauh dari tempat tinggal mereka.

Hening sesaat. Kemudian suara kepanikan mulai terdengar diantara warga yang berhamburan memeriksa keadaan, setelah F-16 menghilang. Untuk sementara, entah berapa lama ia kembali ke atas kampung mereka...

Inna lillaahi wa inna ilaihi raaji’uun.

Siapakah yang lebih durjana selain yahudi keturunan kera.

Siapakah yang lebih biadab daripada kaum yang menghancurkan rumah-rumah Allah?

Rupanya jet tempur Israel itu membombardir Masjid An Nur.

Masjid yang menjadi tempat sujud kaum muslimin di kampung Syaikh Ridwan itu kini telah hancur berkeping-keping. Rata dengan tanah.

Bahkan, tidak satupun bebatuan yang tersisa, semuanya hancur, atau minimal pecah.

Warga memeriksa masjid kesayangan mereka dengan duka yang menyesakkan dada. O, siapakah yang hatinya tidak teriris melihat tempat sujudnya diratakan dengan tanah.

Siapakah yang air matanya tidak meleleh menyaksikan rumah Allah diluluhlantakkan.

Bagi seorang mukmin, bahkan jika tubuhnya disayat pedang, itu masih lebih ringan daripada masjidnya dirobohkan.

Bagi seorang mukmin, dadanya ditembus peluru masih lebih ringan baginya daripada tempat mengaji anak-anak, tempat shalat jamaah, dan tempat munajatnya dihancurleburkan.

Warga mendapatkan semuanya hancur. Hingga batu-batu penyusun bangunan masjid itu. Namun, betapa terkejutnya mereka.

“Allaahu akbar!” takbir pantas dikumandangkan menyaksikan tanda-tanda kebesaranNya.

Tumpukan mushaf di masjid itu masih utuh. Bahkan tidak sobek sedikitpun.

“Masjid ini dihancurkan dengan tiga rudal. Semuanya hancur lebur. Tak tersisa satupun batu yang utuh dari bangunannya,” kata Abu Ahid, sang imam masjid, “kecuali tumpukan mushaf Al Qur’anul karim yang masih utuh tanpa ada sobekan sedikitpun.

Subhanallah... ini adalah perlindungan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang luar biasa.”Yang lebih ajaib, diantara mushaf itu ada yang terbuka, tepat pada halaman di mana di ayat itu Allah menerangkan ujian, kesabaran, dan janji kemenangan.

“Kami mendapatkan sejumlah mushaf dalam kondisi terbuka.

Lembaran yang terbuka itu tepat pada ayat-ayat kemenangan dan kesabaran.

Diantaranya surat Al Baqarah ayat 155: ‘Dan pasti kami akan menguji kalian dengan suatu ketakutan dan kelaparan...’” tambah Abu Ahid memungkasi kisay nyata ini. [BK/DJG]

Sumber : http://www.bersamadakwah.co/2013/01/kisah-nyata-mushaf-tetap-utuh-meski.htmlSemesta Ilmu 

Kisah Murtad Wanita Muslimah

Kisah-kisah berikut semoga jadi pelajaran bagi wanita muslimah supaya sejak dini menjauh dari pergaulan dengan laki-laki non muslim, baik dengan pacaran atau serius sampai ke jenjang pernikahan. Lima kisah di bawah ini menunjukkan langkah licik kaum Nashrani dalam memurtadkan wanita muslimah.

Kisah pertama dari Ibu Dewi:“Saya seorang ibu 29 tahun dan suami 31 tahun.
Kami telah dikaruniai dua anak. Yang pertama pria (6), dan kedua putri (2).

Kami menikah 7 tahun yang lalu, dia adalah teman sekampus saya.

Saat pertama mengenalnya, saya benar-benar benci.

Maklum, saya lahir dari keluarga Muslim yang taat, sementara dia pemeluk Protestan.

Tapi entahlah, mungkin karena dia tak pernah putus asa, saya kemudian menerimanya menjadi pacar.

Saya benar-benar semakin sayang setelah dia kemudian menerima menikah dalam Islam.

Saya benar-benar bahagia sekali.”

Tetapi setelah datangnya anak pertama lalu disusul anak kedua, banyak perubahan yang terjadi pada suami saya.

Tiba-tiba dia jarang shalat dan sering keluar tanpa pamit.

Belakangan saya tahu ternyata dia tidak benar-benar meninggalkan agamanya.

Bahkan, sejak anak kedua kami lahir, secara terang-terangan dia pernah mengatakan kepada saya. `Saya masih seperti dulu, jadi jangan harap ada perubahan.’”

“Mendengar kata-katanya, saya hampir tidak percaya.

Suami saya yang tadinya pendiam itu tiba-tiba seperti itu. Yang membuat saya benar-benar takut dan sedih, hari-hari ini, dia sering memaksa saya mengikuti jejaknya untuk datang di kebaktian.’

Kisah kedua dari seorang ibu asal Palu

Wanita berperawakan sedang ini datang bersama suaminya dengan wajah sembab.

Kepada Sahid, ia menceritakan musibah yang menimpa keluarganya.

Singkat cerita, sang adik diketahui hamil di luar nikah sesaat sebelum menyelesaikan gelar sarjananya.

Yang membuat musibah itu terasa amat berat, pacar sang adik itu ternyata pemuda beragama lain.

“Adik saya dihamili oleh pemuda Kristen,” ucapnya sembari menyeka linangan air matanya.

Padahal, sang adik dikenal sebagai wanita pendiam dan jarang keluar rumah.

Selain itu, selama ini, dia dibesarkan dan dididik dalam lingkungan keluarga Muslim yang sangat taat.

Peristiwa memalukan itu memang kemudian bisa dicarikan solusinya.

Singkatnya, sang adik akhirnya menikah dengan pacarnya pemuda Kristen dalam upacara Islam. Setelah itu, keduanya pindah kota yang jauh dari keluarga, di Palu.

Hanya saja, kepergiannya masih tetap menyisakan luka yang mendalam bagi pihak keluarga.

Terutama setelah diketahui bila sang adik telah ikut sang suami menjadi aktifis gereja bersama semua anaknya.

Kisah cinta seperti Dewi dan adik si ibu tadi bukan hal baru di negeri ini.

Banyak pemuda dan pemudi pernah mengalami hal serupa.

Memiliki teman dekat atau calon suami yang berbeda agama.

Ujung-ujungnya, dalam banyak kasus, hubungan keduanya kemudian terhambat karena adanya perbedaan agama.

Bagi yang taat pada agama, mereka memutuskan untuk berpisah.

Sebagian lagi memilih kompromi, yakni memilih mengikuti salah satu dari agama yang dianut pasangannya.

Pada pilihan yang terakhir inilah yang perlu diwaspadai, utamanya para gadis muslimah.

Kisah ketiga lewat pemerkosaan

Kejahatan kristenisasi itu, kini dilengkapi dengan kenyataan kristenisasi yang sangat menghina umat Islam, yaitu memperkosa muslimah murid Madrasah Aliyah di Padang yang selanjutnya dimurtadkan.

Khairiyah Enisnawati alias Wawah (17 thn) pelajar Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Gunung Pangilun, Padang, Sumatera Barat adalah salah satu dari 500 orang Minang yang dimurtadkan.

Gadis berjilbab itu diculik, diperkosa dan dipaksa keluar dari agamanya lewat misi rahasia yang dijalankan sekelompok orang Kristen, di rumah Salmon seorang Jemaat Gereja Protestan di Jl. Bagindo Aziz Chan, Padang tempat memaksa Wawah untuk membuka jilbab dan masuk Kristen.

Gereja itu dipimpin Pendeta Willy, sedang Salmon adalah jemaat yang juga karyawan PDAM Padang. (Dialog Jumat, 6 Agustus 1999).

Kisah keempat dari H. Kacep

Banyak muslimah telah jadi korban pemurtadan.

Hanya orang-orang yang tinggal di selatan Pasar Tambun yang mengenal H Kacep.

Mungkin sebab itu, kasus kematian mubaligh kondang untuk ukuran kampungnya yang sungguh mengenaskan, sama sekali luput dari pemberitaan media massa.

Kejadiannya sekitar setahun yang lalu.

Berawal dari pertemuan puterinya dengan seorang pemuda. Pertemuan itu berlanjut. Kian hari kian akrab.

Gadis muslimah itu kian sering dijumpai berduaan dengan sang pemuda. Sang ayah, H. Kacep, suatu waktu memanggil keduanya.

Mubaligh itu bagaimana pun tahu bahwa berpacaran adalah sesuatu yang dilarang dalam Islam. “Wa la taqrabuu zina, demikian peringatan Allah SWT dalam al-Qur’an.”

Karena hubungan antara puterinya dengan sang pemuda sudah terlihat begitu erat dan berjalan sudah relatif lama, maka sebagai seorang ayah yang bertanggungjawab, H. Kacep berniat untuk meresmikan hubungan kedua insan itu ke dalam jenjang pernikahan.

Secara bijak H. Kacep mengutarakan keinginannya pada sang pemuda.

Puterinya menyimak baik-baik apa yang dikatakan ayahnya itu.

Hatinya berbunga-bunga. Yakin bahwa sang pemuda pujaan tidak akan keberatan dengan maksud ayahnya.

Setelah mendengar penuturan H. Kacep, sang pemuda dengan enteng menjawab, “Ya, saya mau saja menikahi anak bapak.
Asalkan pernikahannya dilakukan di gereja!”

Bagai disamber geledek di siang bolong. Bapak dan anak puterinya terkaget-kaget dibuatnya.

Sama sekali tidak pernah terlintas di pikirannya bahwa pemuda yang selama ini dekat dengannya ternyata seorang non-Muslim.

Padahal dulunya ia pernah bilang bahwa dirinya juga Islam.

Dari hari ke hari gadis muslimah tersebut mengurung diri di kamarnya.

Hingga suatu hari sosok remaja tersebut ditemukan terbujur kaku dengan mulut berbusa.

Sekaleng racun serangga ditemukan tergolek di sampingnya.

Besar kemungkinan, sesuatu yang berharga telah dipersembahkan gadis tersebut pada sang pemuda hingga ia memilih mati ketimbang menanggung malu.

Kematian puteri tercintanya membuat H. Kacep menangung kesedihan yang amat sangat.

Belum lagi kasak-kusuk tetangganya yang kerap terdengar tidak sedap.

Akhirnya H. Kacep jatuh sakit. Dua bulan kemudian, sang ayah menyusul puteri tercintanya ke alam baka.

Pesantren yang dikelolanya pun bubar.

Kisah kelima karena pertemanan akrab dengan pemuda Nashrani

Di daerah Kranji, masih Bekasi, beberapa tahun lalu juga terjadi kasus yang mirip.

Seorang Muslimah berteman akrab dengan seorang pemuda.

Dari pertemanan tersebut, si gadis pun hamil.

Sang ayah yang tahu sedikit banyak tentang Islam pun marah besar.

Segera dipanggilnya sang pemuda untuk dimintai pertanggungjawabannya.

Juga dengan enteng, si pemuda menjawab, “Saya mau nikah dengan anak bapak, asal dilakukan di gereja!”

Ayah beranak itu kaget mendengarnya.

Sama sekali mereka tak menyangka siapa gerangan pemuda itu.

Tapi sikap dan pendirian sang ayah cukup tegas: ketimbang anaknya murtad, lebih baik menolak mentah-mentah syarat sang pemuda Kristen tersebut.

Janin yang dikandung anaknya dibiarkan lahir tanpa ayah. “Kini anaknya dirawat oleh orangtua si gadis”, ujar Drs. Abu Deedat Syihabuddin, MH, Sekjen FAKTA (Forum Antisipasi Kegiatan Pemurtadan) Jakarta.

Kristenisasi melalui jalur pemerkosaan gadis-gadis muslimah.

Khairiyah Anniswah alias Wawah, siswi MAN Padang, setelah diculik dan dijebak oleh aktivis Kristen, diberi minuman perangsang lalu diperkosa.

Setelah tidak berdaya, dia dibaptis dan dikristenkan. Kasus serupa menimpa Linda, siswi SPK Aisyah Padang. Setelah diculik dan disekap oleh komplotan aktivis Kristen, dia diperlakukan secara tidak manusiawi dengan teror kejiwaan supaya murtad ke Kristen dan menyembah Yesus Kristus.

Di Bekasi, modus pemerkosaan dilakukan lebih jahat lagi.

Seorang pemuda Kristen berpura-pura masuk Islam lalu menikahi seorang gadis muslimah yang salehah.

Setelah menikah, mereka mengadakan hubungan suami isteri.

Adegan ranjang yang telah direncanakan, itu foto oleh kawan pemuda Kristen tersebut. Setelah foto dicetak, kepada muslimah tersebut disodorkan dua pilihan: “Tetap Islam atau Pindah ke Kristen?”.

Kalau tidak pindah ke Kristen, maka foto-foto talanjang muslimah tersebut akan disebarluaskan.

Karena tidak kuat mental, maka dengan hati berontak muslimah tersebut dibaptis dongan sangat-sangat terpaksa sekali, untuk menghindari aib.

Di Cipayung Jakarta Tirnur, seorang gadis muslimah yang taat dan shalehah terpaksa kabur dari rumahnya.

Masuk Kristen mengikuti pemuda gereja yang berhasil menjebaknya dengan tindakan pemerkosaan dan obat-obat terlarang. 

Baca mengenai Pacaran Beda Agama di  RemajaIslam.cml. 

Referensi:Un2kmu.wordpress.co—Artikel RemajaIslam.co

Remaja Islam Mau Mengenal Islam™

SUAMI HARUS PEKA ISI HATI ISTRINYA

SUAMI HARUS PEKA
ISI HATI SEORANG ISTRI

Istri sulit melupakan halhal kecil yang melukai hatinya. Meskipun kamu merasa itu tidak melukainya.

Istri itu paling gabisa kalo ga smsan/bbman sama suaminya sehari aja. Karena Istri itu takut suaminya malah bbman/smsan sama Istri lain. :')

Istri cemburu karena sayang. Curiga karena takut kehilangan. Bawel karena perduli. Tapi terkadang kamu itu gak ngerti.
Perasaan seorang Istri untuk dijaga dan dihargai, bukan untuk disakiti dan diacuhkan begitu aja.

Disaat seorang Istri terlihat seakan ga peduli dengan suaminya, disaat itulah sebenarnya dia ingin diperhatikan duluan. :')

Istri itu ga butuh janji. Nggak sama sekali! Karena, janji dari suami itu cuma bisa bikin Istri sakit! Ga lebih! :')

Istri itu kalau lagi bete dan cemburu sama suaminya cuma bisa bilang "Aku gapapa kok" dan si Istri ingin suaminya peka sama perasaan dia.

Istri kuat yah. Dia sabar nungguin pacarnya sesibuk apapun itu. Padahal Istri itu gak suka nunggu. Dan itu sebenernya bete banget.

Istri cemburuan banget karena ia memang sudah sayang banget.

Istri itu ibarat kayu jati. Semua suami bisa menghancurkan hatinya, tapi dia masih tetap bisa bertahan karena hatinya yang kuat. :')

Tingkat kepeka'an Istri itu lebih besar dibanding suami. Makanya Istri itu sering nyesek.

Kadang, Istri yang pamit tidur, hanya ingin menguji; apakah kau akan menahannya untuk pergi?

Istri yang sudah care dan perhatian itu akan sulit berubah menjadi cuek dan sok gak memperdulikan. Sekalipun bisa, itu hanya maksa.

Jangan pernah ngebentak Istri sekesel/semarah apapun km sama cewek km. Karena itu sangat menyakiti perasaan dan hati mereka.

Istri itu kalo lagi kangen suka memendam gitu, dia gak berani buat bilang langsung kalo dia kangen. Biasanya dia nunggu suaminya biar peka.

Istri paling gak suka dipaksa dan dikasarin. Lo bisa buat luluh Istri dengan cara yang lebih halus. Itu baru bisa buat dia senang.

Istri yang sudah dicuekin tapi tetep perduli, masih mau perhatian walaupun kamu cuek, pertahanin! Jangan di sia siain .....

Bapak penjual Amplop

Kisah Bapak Tua Penjual Amplop Itu

Setiap menuju ke Masjid Salman ITB untuk shalat Jumat saya selalu melihat seorang bapak tua yang duduk terpekur di depan dagangannya.

Dia menjual kertas amplop yang sudah dibungkus di dalam plastik. Sepintas barang jualannya itu terasa “aneh” di antara pedagang lain yang memenuhi pasar kaget di seputaran Jalan Ganesha setiap hari Jumat.

Pedagang di pasar kaget umumnya berjualan makanan, pakaian, DVD bajakan, barang mainan anak, sepatu dan barang-barang asesori lainnya.

Tentu agak aneh dia “nyempil” sendiri menjual amplop, barang yang tidak terlalu dibutuhkan pada zaman yang serba elektronis seperti saat ini.

Masa kejayaan pengiriman surat secara konvensional sudah berlalu, namun bapak itu tetap menjual amplop.

Mungkin bapak itu tidak mengikuti perkembangan zaman, apalagi perkembangan teknologi informasi yang serba cepat dan instan, sehingga dia pikir masih ada orang yang membutuhkan amplop untuk berkirim surat.

Kehadiran bapak tua dengan dagangannya yang tidak laku-laku itu menimbulkan rasa iba.

Siapa sih yang mau membeli amplopnya itu?

Tidak satupun orang yang lewat menuju masjid tertarik untuk membelinya.
Lalu lalang orang yang bergegas menuju masjid Salman seolah tidak mempedulikan kehadiran bapak tua itu.

Kemarin ketika hendak shalat Jumat di Salman saya melihat bapak tua itu lagi sedang duduk terpekur.

Saya sudah berjanji akan membeli amplopnya itu usai shalat, meskipun sebenarnya saya tidak terlalu membutuhkan benda tersebut.

Yach, sekedar ingin membantu bapak itu melariskan dagangannya. Seusai shalat Jumat dan hendak kembali ke kantor, saya menghampiri bapak tadi.

Saya tanya berapa harga amplopnya dalam satu bungkusa plastik itu. “Seribu”, jawabnya dengan suara lirih.

Oh Tuhan, harga sebungkus amplop yang isinnya sepuluh lembar itu hanya seribu rupiah?

Uang sebesar itu hanya cukup untuk membeli dua gorengan bala-bala pada pedagang gorengan di dekatnya.

Uang seribu rupiah yang tidak terlalu berarti bagi kita, tetapi bagi bapak tua itu sangatlah berarti.

Saya tercekat dan berusaha menahan air mata keharuan mendengar harga yang sangat murah itu. “Saya beli ya pak, sepuluh bungkus”, kata saya.Bapak itu terlihat gembira karena saya membeli amplopnya dalam jumlah banyak.

Dia memasukkan sepuluh bungkus amplop yang isinya sepuluh lembar per bungkusnya ke dalam bekas kotak amplop.

Tangannya terlihat bergetar ketika memasukkan bungkusan amplop ke dalam kotak.

Saya bertanya kembali kenapa dia menjual amplop semurah itu. Padahal kalau kita membeli amplop di warung tidak mungkin dapat seratus rupiah satu. Dengan uang seribu mungkin hanya dapat lima buah amplop. Bapak itu menunjukkan kepada saya lembar kwitansi pembelian amplop di toko grosir.

Tertulis di kwitansi itu nota pembelian 10 bungkus amplop surat senilai Rp7500. “Bapak cuma ambil sedikit”, lirihnya. Jadi, dia hanya mengambil keuntungan Rp250 untuk satu bungkus amplop yang isinya 10 lembar itu.

Saya jadi terharu mendengar jawaban jujur si bapak tua.

Jika pedagang nakal ‘menipu’ harga dengan menaikkan harga jual sehingga keuntungan berlipat-lipat, bapak tua itu hanya mengambil keuntungan yang tidak seberapa.

Andaipun terjual sepuluh bungkus amplop saja keuntungannya tidak sampai untuk membeli nasi bungkus di pinggir jalan. Siapalah orang yang mau membeli amplop banyak-banyak pada zaman sekarang?

Dalam sehari belum tentu laku sepuluh bungkus saja, apalagi untuk dua puluh bungkus amplop agar dapat membeli nasi.

Setelah selesai saya bayar Rp10.000 untuk sepuluh bungkus amplop, saya kembali menuju kantor.

Tidak lupa saya selipkan sedikit uang lebih buat bapak tua itu untuk membeli makan siang.

Si bapak tua menerima uang itu dengan tangan bergetar sambil mengucapkan terima kasih dengan suara hampir menangis.

Saya segera bergegas pergi meninggalkannya karena mata ini sudah tidak tahan untuk meluruhkan air mata.

Sambil berjalan saya teringat status seorang teman di fesbuk yang bunyinya begini: “bapak-bapak tua menjajakan barang dagangan yang tak laku-laku, ibu-ibu tua yang duduk tepekur di depan warungnya yang selalu sepi.

Carilah alasan-alasan untuk membeli barang-barang dari mereka, meski kita tidak membutuhkannya saat ini.

Jangan selalu beli barang di mal-mal dan toko-toko yang nyaman dan lengkap….”.

Si bapak tua penjual amplop adalah salah satu dari mereka, yaitu para pedagang kaki lima yang barangnya tidak laku-laku.

Cara paling mudah dan sederhana untuk membantu mereka adalah bukan memberi mereka uang, tetapi belilah jualan mereka atau pakailah jasa mereka.

Meskipun barang-barang yang dijual oleh mereka sedikit lebih mahal daripada harga di mal dan toko, tetapi dengan membeli dagangan mereka insya Allah lebih banyak barokahnya, karena secara tidak langsung kita telah membantu kelangsungan usaha dan hidup mereka.

Dalam pandangan saya bapak tua itu lebih terhormat daripada pengemis yang berkeliaran di masjid Salman, meminta-minta kepada orang yang lewat.

Para pengemis itu mengerahkan anak-anak untuk memancing iba para pejalan kaki.

Tetapi si bapak tua tidak mau mengemis, ia tetap kukuh berjualan amplop yang keuntungannya tidak seberapa itu.

Di kantor saya amati lagi bungkusan amplop yang saya beli dari si bapak tua tadi.

Mungkin benar saya tidak terlalu membutuhkan amplop surat itu saat ini, tetapi uang sepuluh ribu yang saya keluarkan tadi sangat dibutuhkan si bapak tua.

Kotak amplop yang berisi 10 bungkus amplop tadi saya simpan di sudut meja kerja. Siapa tahu nanti saya akan memerlukannya.

Mungkin pada hari Jumat pekan-pekan selanjutnya saya akan melihat si bapak tua berjualan kembali di sana, duduk melamun di depan dagangannya yang tak laku-laku.

(Sumber: http://rinaldimunir.wordpress.co/2011/11/19/bapak-tua-penjual-amplop-itu/ via http://gizanherbal.wordpress.co