Senin, 08 Februari 2016

Trimakasih Musuhku

TERIMA KASIH BANYAK WAHAI MUSUH-MUSUHKU

Apakah yang harus aku katakan kepada kalian wahai musuh-musuhku…
Sungguh rasa gembira yang keluar dari lubuk hatiku yang paling dalam…

Kalian telah benar-benar membantuku di dunia dan terlebih-lebih di akhirat…

Di akhirat kelak…
kalian akan memikul banyak bebanku yang berat…padahal kalian sendiri benar- benar dalam keadaan lemah…
sungguh ini merupakan kebaikan yang tiada bandingannya…

Kalian telah menghadiahkan kepadaku pahala-pahala amal kebajikan kalian kepadaku, di saat kalian benar-benar sangat membutuhkannya….
Sungguh kebaikan yang tiada tara…
Wahai kalian yang menggibahku…
yang memakan hartaku…
yang merendahkan harga diriku…
yang berdusta atas namaku…
yang hobi mencari-cari kesalahanku…
Sungguh kalian telah berbuat kebaikan yang tiada tara bagiku…, teruskanlah perjuangan kalian menzolimiku…
Sungguh aku sangat butuh dengan hadiah kalian pada hari kiamat kelak…
Aku sangat butuh –pemberian- kalian untuk memperberat timbangan kebaikanku…

Sungguh betapa bahagianya aku tatkala aku tahu bahwasanya aku tidak bisa meraih tempat yang sangat mulia hanya sekedar mengandalkan amal kebajikanku?
akan tetapi berkat hadiah kalian akupun dapat meraih kedudukan mulia tersebut. Karenanya jangan ragu-ragu untuk meneruskan perjuangan kalian menjatuhkan aku…!!!

Sakit Adalah Rahmat

Sakit Itu adalah ujian-Nya

Kemuliaan baginya karena sabar dan membuat malaikat yg selalu sehat takjub.
Sakit adalah jalan kenabian Ayub yang bersejarah.
Kesabarannya yg lebih dari batas (disebut dalam sebuah hadits 18 tahun menderita penyakit aneh) diabadikan jadi teladan semesta

Imam As-Syafi’i wasir sebab banyak duduk menelaah ilmu,
Imam Malik lumpuh tangannya dizhalimi penguasa, Nabi tercinta kita pun pernah sakit oleh racun paha kambing di Khaibar yg menyelusup melalui celah gigi yg patah di
perang Uhud.

Bukankah setelah akhirnya sakit, semuanya
semakin mulia di mata Allah bahkan juga di mata sejarah manusia.

Sakit itu zikrullah, yang menderitanya akan lebih sering dan syahdu menyebut Asma Allah disbanding ketika dalam sehatnya.

Sakit itu menguatkan tauhid. Bukankah saat sedang hebat rasa sakit, kita semakin sadar bahwa hanya Allah Maha Penolong.

Sakit itu muhasabah. Dia yg sakit akan punya lebih banyak waktu untuk merenungi diri.

Sakit itu jihad. Dia yg sakit tak boleh menyerah kalah, terus berikhtiar, berjuang
demi kesembuhannya.

Sakit itu silaturrahim. Saat jenguk, bukankah keluarga yg jarang datang akhirnya datang membesuk, penuh senyum
dan rindu mesra?

Karena itu pula sakit adalah perekat ukhuwah. Sakit itu gugur dosa, anggota badan yg sakit dinyerikan dan dicuci-Nya.

Sakit itu mustajab doa. Imam As-Suyuthi keliling kota mencari orang sakit lalu minta didoakan oleh yg sakit.

Sakit itu salah satu keadaan yg menyulitkan syaitan. Diajak maksiat tak mampu-tak mau, dosa lalu malah disesali kemudian diampuni.

Sakit itu membuat sedikit tertawa dan banyak menangis, satu sikap keinsyafan yg disukai Nabi dan para makhluk langit.

Sakit itu memperbaiki akhlak, kesombongan terkikis, sifat tamak dipaksa tunduk, pribadi dibiasakan santun, lembut dan tawadhu.

Dan pada akhirnya sakit membawa kita untuk selalu ingat mati. Mengingat mati dan bersiap amal untuk menyambutnya, adalah pendongkrak derajat ketaqwaan. Karena itu mulailah belajar untuk tetap tersenyum dengan sakit

Ikhlas

“Sesungguhnya Allah tidak menerima suatu amal perbuatan kecuali yang murni dan hanya mengharap ridho Allah”
[HR. Abu Dawud dan Nasa’i]

Salah satu ciri orang ikhlas adalah senantiasa beramal dan bersungguh-sungguh dalam beramal, baik

dalam keadaan sendiri atau bersama orang banyak, baik ada pujian ataupun celaan. Ali bin Abi Thalib

r.a. berkata, “Orang yang riya memiliki beberapa ciri; malas jika sendirian dan rajin jika di

hadapan banyak orang. Semakin bergairah dalam beramal jika dipuji dan semakin berkurang jika

dicela.” Perjalanan waktulah yang akan menentukan seorang itu ikhlas atau tidak dalam beramal.

Dengan melalui berbagai macam ujian dan cobaan, baik yang suka maupun duka, seorang akan terlihat

kualitas keikhlasannya dalam beribadah, berdakwah, dan berjihad.

Al-Qur’an telah menjelaskan sifat orang-orang beriman yang ikhlas dan sifat orang-orang munafik,

membuka kedok dan kebusukan orang-orang munafik dengan berbagai macam cirinya. Di antaranya

disebutkan dalam surat At-Taubah ayat 44-45
.
“Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, tidak akan meminta izin kepadamu untuk (tidak

ikut) berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa.

Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah

dan hari akhir, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya.”

Jangan Bangga

Jangan bangga dengan kecantikan fisik. Karna semua itu hanya titipan, dan kapan saja Allah mau ambil. Allah akan ambil... Entah dengan cara seperti apa.

Hari ini mungkin bisa bangga dengan kecantikan yang dimiliki. Entah esok apa masih bisa kita banggakan ?

Ketika ada seorang laki-laki yang menikahi seorang wanita, ia hanya melihat dari kecantikan fisiknya. Apakah ia tidak berfikir ? Jika kecantikan yang nampak itu hanya kulit yang melapisi tulang.

Kecantikan itu bisa luntur karna usia. Mau kita coba permak sedemikian rupa. Secanggih apapun alatnya. Kecantikan itu hanya sementara. Akan ada masanya... Itulah Kuasa Allah.

Bila kelak Allah takdirkan wanita itu cacat fisiknya, sebab kecelakaan. Apa masih ada cinta untuknya ??? Apa masih akan setia untuk menemani sampai akhir hayatnya ???

Semua yang nampak indah didunia ini hanya sementara. Begitupun dengan wanita cantik.

Bukan berarti tidak boleh memilih yang cantik. Tapi pilihlah wanita yang cantik Akhlaknya. Yang cantik Hatinya. Yang cantik Agamanya. Yang cantik fisiknya dengan istiqomah menjaga Izzahnya. In Syaa Allah hidup kita tenang bersamanya.

Meski tak cantik rupanya. Tapi ia menenangkan hati.

Setiap hari ia tak akan banyak menuntut soal penghasilan suami yang pas pasan. Ia qanaah dalam setiap pemberian yang diberikan. Ia melayani suami dengan keikhlasan. Ia menjadi pengingat dikala suami sedang futur. Ia menjadi sandaran ketika suami lelah. Dan ia paham tentang ilmu syariat, sehingga ia jaga kehormatannya dengan menutup auratnya dengan sempurna. Itu semua karna untuk menyenangkanmu demi meraih pahala dari-Nya.

Pilihlah pilihan yang membawa kita pada ketenangan Akhirat. Bukan semata pada kebahagiaan