Sabtu, 06 Juni 2015

Kenapa Nabi Muhammad Masih Memohon Ampunan Allah, Padahal Sudah Dijamin Masuk Surga?


Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya.

Terdapat beberapa kabar dari hadits shahih bahwa Nabi shallallau 'alaihi wa sallam banyak beristighfar (meminta ampun) dalam sehari semalam. Di antaranya bersumber dari Abu Hurairahradhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallau 'alaihi wa sallam bersabda:

وَاللهِ إِنِّيْ لأَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ فِي الْيَوْمِ أَكْثَرُ مِنْ سَبْعِيْنَ مَرَّةً

Demi Allah! Sesungguhnya aku minta ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali.” (HR. al-Bukhari)

Dalam hadits lain, beliau Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوْبُوْا إِلَى اللهِ فَإِنِّيْ أَتُوْبُ فِي الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ مَرَّةٍ

Wahai manusia! Bertaubatlah kepada Allah, sesungguhnya aku bertaubat kepada-Nya seratus kali dalam sehari.” (Muslim)

Para ulama menjelaskan tentang istighfarnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang cukup banyak, di antaranya untuk menampakkan ubudiyah beliau kepada Allah Ta’ala dan bersyukur kepada-Nya atas semua nikmat yang telah dianugerahkan kepadanya. Makna lainnya yang dijelaskan para ulama, supaya umatnya meniru dan mengikutinya dalam taubat dan istighfar tersebut sebagaimana yang ditunjukkan dalam hadits shahih bahwa beliau mengumpulkan manusia lalu bersabda, “Wahai manusia! Bertaubatlah kepada Allah, sesungguhnya aku bertaubat kepada-Nya seratus kali dalam sehari.” (Muslim dan Nasai)

Sedangkan al-Hafidz Ibnul Hajar dalam Fathul Baari menyebutkan, boleh jadi istighfarnya Nabishallallau 'alaihi wa sallam dan taubatnya karena kesibukan beliau dengan perkara-perkara mubah, seperti: makan, minum, jima’, ridur, istirahat, berbincang dengan orang-orang, melihat usaha-usaha mereka, memerangi musuh mereka, dan lain-lainnya yang menghalanginya dari sibuk zikrullah dan tadharru’ serta bermuraqabah kepada-Nya, lalu beliau menilai semua itu sebagai dosa bila dinisbatkan kepada kedudukan yang super tinggi.

Sebagaimana yang sudah maklum dan disepakati, Allah Ta’ala telah mengampuni semua dosa-dosa Nabi shallallau 'alaihi wa sallam yang lampau dan yang akan datang. Allah Ta’ala berfirman,

لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ

Supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang.” (QS. Al-Fath: 2)

Hanya saja janji ampunan semua dosa untuk Rasulullah shallallau 'alaihi wa sallam yang lalu dan akan datang tersebut bukan berarti menghalangi beliau untuk menjalankan berbagai ibadah yang bermanfaat bagi dirinya sebagai sebab diperolehnya ampunan yang telah Allah tetapkan untuknya. Karena sesungguhnya Allah, Apabila Dia menetapkan sesuatu maka Dia juga menetapkan sebab-sebab yang menghantarkannya. Dan istighfar merupakan sebab utama datangnya ampunan.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan tentang sabda Nabi shallallau 'alaihi wa sallam dalam hadits shahih yang bunyi ujungnya berasal dari Allah, “Sungguh Aku telah ampuni hamba-Ku, maka hendaknya dia lakukan apa saja yang dia mau.” Bahwa Nabi shallallau 'alaihi wa sallam tidak menjadikan hadits tersebut berlaku pada semua dosa, yakni dari setiap orang yang berdosa, bertaubat dan mengulanginya lagi. Sesungguhnya beliau menyebutkan itu sebagai hikayat kondisi seorang hamba yang mendapatkan ampunan itu. Maka dapat diambil faidah, bahwa seorang hamba terkadang mengerjakan amal-amal baik yang besar dan dengan itu menjadi sebab ampunan terhadap dosa-dosanya yang akan datang, walaupun dia diberi ampunan melalui sebab lain.

Lalu Ibnu Taimiyah memberi contoh dengan kisah Hatib bin Abi Balta’ah radhiyallahu 'anhu yang Nabi shallallau 'alaihi wa sallam bersabda kepada Umar yang mengusulkan ingin memenggal kepalanya, “Tidakkah engkau tahu bahwa Allah telah melihat hati Ahli Badar, lalu Dia berfirman, ‘Berbuatlah sesuka kalian, karena sungguh aku telah mengampuni kalian’.” Dan juga jawaban beliau terhadap pangaduan budaknya Hatib yang mengadukannya, “Demi Allah, wahai Rasulullah pasti Hatib akan masuk neraka,” lalu Rasulullah shallallau 'alaihi wa sallam bersabda, “Kamu dusta, sesungguhnya dia telah ikut serta perang Badar dan perjanjian Hudaibiyah.” Dalam hadits-hadits tersebut terdapat keterangan bahwa seorang mukmin terkadang melakukan amal-amal kebaikan yang bisa mengampuni dosa-dosanya yang akan datang, walaupun dia diampuni dengan sebab selainnya. Hadits itu juga menunjukkan bahwa dia meninggal sebagai seorang mukmin dan menjadi ahlul jannah. Jika ada dosa yang telah dikerjakannya, maka Allah mengampuninya. Hal ini juga sebagaimana yang berlaku pada ahli Badar seperti Qudamah bin Abdillah radhiyallahu 'anhusaat minum khamer karena sebab takwil, lalu Umar dan para sahabat memberi istitabah (kesempatan taubat) dan menderanya. Dengan sebab itu dan taubatnya dia menjadi bersih walau ia termasuk orang yang dikatakan padanya, “berbuatlah sesuka kalian.”

Sesungguhnya jaminan ampunan Allah untuk hamba-Nya tidak meniadakan sebab-sebab (usaha-usaha) untuk mendapatkan ampunan dan tidak menghalangi taubat dari orang tersebut. Karena ampunan Allah untuk hamba-Nya tuntutannya adalah Allah tidak menyiksanya sesudah meninggal dunia. Dan Allah Mahatahu segala sesuatu sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Maka apabila Dia tahu seorang hamba akan bertaubat atau mengerjakan amal-amal baik yang menghapuskan dosa, maka Dia mengampuninya dalam satu waktu. Karena itulah, tidak ada perbedaan antara orang yang dihukumi mendapat ampunan atau masuk surga. Dan yang sudah maklum bahwa kabar gembira masuk surga yang disampaikan Nabi shallallau 'alaihi wa sallamadalah berdasarkan pengetahuan beliau terhadap kondisi kematian yang dialami orang itu dan tidak melarang untuk melakukan sebab-sebab untuk masuk surga.

Begitu juga orang yang dikabarkan akan mendapat kemenangan atas musuhnya, tidak melarang orang tadi melakukan sebab-sebab kemenangan. Begitu juga orang yang diberitahu akan punya anak tidak menghalanginya untuk menikah dan berkeluarga. Maka seperti itu juga orang yang dikabarkan mendapat ampunan atau surga, tidak melarangnya untuk melakukan sebab (usaha) ke arah itu, yakni menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh.

Sementara firman Allah kepada Nabi-Nya pada tahun keenam Hijriyah, “Supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang.” (QS. Al-Fath: 2), maka dengan ini beliau selalu beristighfar (memohon ampunan) kepada Rabbnya pada sisa umurnya. Lalu Allah menurunkan surat al-Nashr pada akhir-akhir dari kehidupan beliau shallallau 'alaihi wa sallam,

فسبح بِحَمْد رَبك وَاسْتَغْفرهُ إِنَّه كَانَ تَوَّابًا

Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.” Beliau mengimplementasikan isi ayat itu dalam ruku’ dan sujud beliau dengan membaca:

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ, اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي

Maha Suci Engkau Ya Allah Tuhan kami dan dengan memuji Engkau, Ya Allah berilah ampunan untuk aku.” (Lihat Mukhtashar Fatawa Mishriyah: 322-324)

Kesimpulan
 Dari ulasan yang sudah dipaparkan di atas, tidak ada pertentangan antara ayat yang berisi jaminan ampunan untuk Nabi shallallau 'alaihi wa sallam dan beristighfarnya beliau yang terhitung cukup sering. Karena jaminan ampunan dosa tidak menghalangi seseorang dari beristighfar, bertaubat dan mengerjakan amal-amal shalih. Bahkan boleh jadi dengan istighfar, taubat dan amal-amal shalih menjadi sebab-sebab untuk didapatkannya janji yang agung itu. Sehingga apa yang dikerjakan Nabi shallallau 'alaihi wa sallam di atas adalah sebagai sebab dan usaha untuk terealisirnya apa yang dijanjikan Allah padanya. Wallahu Ta’ala a’lam.
Sumber: voa-islam

Kejadian-kejadian Misterius di Gaza, Palestina


Kejadian – Kejadian Aneh Dan Misterius Seputar Perang Gaza. Gaza, itulah nama hamparan tanah yang luasnya tidak lebih dari 360 km persegi. Berada di Palestina Selatan, “potongan” itu “terjepit” di antara tanah yang dikuasai penjajah Zionis Israel, Mesir, dan laut Mediterania, serta dikepung dengan tembok di sepanjang daratannya.Sudah lama Israel “bernafsu” menguasai wilayah ini. Namun, jangankan menguasai, untuk bisa masuk ke dalamnya saja Israel tidak mampu.Sudah banyak cara yang mereka lakukan untuk menundukkan kota kecil ini. Blokade rapat yang membuat rakyat Gaza kesulitan memperoleh bahan makanan, obat-obatan, dan energi, telah dilakukan sejak 2006 hingga kini. Namun, penduduk Gaza tetap bertahan, bahkan perlawanan Gaza atas penjajahan Zionis semakin menguat.Akhirnya Israel melakukan serangan “habis-habisan” ke wilayah ini. Mereka”mengguyurkan” ratusan ton bom dan mengerahkan semua kekuatan hingga pasukan cadangannya.Namun, sekali lagi, negara yang tergolong memiliki militer terkuat di dunia ini harus mundur dari Gaza.Di atas kertas, kemampuan senjata AK 47, roket anti tank RPG, ranjau, serta beberapa jenis roket buatan lokal yang biasa dipakai para mujahidin Palestina, tidak akan mampu menghadapi pasukan Israel yang didukung tank Merkava yang dikenal terhebat di dunia. Apalagi menghadapi pesawat tempur canggih F-16, heli tempur Apache, serta ribuan ton “bom canggih” buatan Amerika Serikat.Akan tetapi di sana ada “kekuatan lain” yang membuat para mujahidin mampu membuat “kaum penjajah” itu hengkang dari Gaza dengan muka tertunduk, walau hanya dengan berbekal senjata-senjata “kuno”.Itulah pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang diberikan kepada para pejuangnya yang taat dan ikhlas. Kisah tentang munculnya “pasukan lain” yang ikut bertempur bersama para mujahidin, semerbak harum jasad para syuhada, serta beberapa peristiwa “aneh” lainnya selama pertempuran, telah beredar di kalangan masyarakat Gaza, ditulis para jurnahs, bahkan disiarkan para khatib Palestina di khutbah-khutbah Jumat mereka.Wartawan kami, Thoriq, merangkum kisah-kisah “ajaib” tersebut dari berbagai sumber untuk para pembaca yang budiman. Selamat mengikuti. ***Pasukan ‘Berseragam Putih’ di GazaAda “pasukan lain” membantu para mujahidin Palestina. Pasukan Israel sendiri mengakui adanya pasukan berseragam putih itu.Suatu hari di penghujung Januari 2009, sebuah rumah milik keluarga Dardunah yang berada di antara Jabal Al Kasyif dan Jabal Ar Rais, tepatnya di jalan Al Qaram, didatangi oleh sekelompok pasukan Israel.Seluruh anggota keluarga diperintahkan duduk di sebuah ruangan. Salah satu anak laki-laki diinterogasi mengenai ciri-ciri para pejuang al-Qassam.Saat diinterogasi, sebagaimana ditulis situs Filisthin Al Aan, mengutip cerita seorang mujahidin al-Qassam, laki-laki itu menjawab dengan jujur bahwa para pejuang al-Qassam mengenakan baju hitam-hitam. Akan tetapi tentara itu malah marah dan memukulnya hingga laki-laki malang itu pingsan.Selama tiga hari berturut-turut, setiap ditanya, laki-laki itu menjawab bahwa para pejuang al-Qassam memakai seragam hitam. Akhirnya, tentara itu naik pitam dan mengatakan dengan keras, “Wahai pembohong! Mereka itu berseragam putih!”Cerita lain yang disampaikan penduduk Palestina di situs milik Brigade Izzuddin al-Qassam, Multaqa al-Qasami, juga menyebutkan adanya “pasukan lain” yang tidak dikenal. Awalnya, sebuah ambulan dihentikan oleh sekelompok pasukan Israel. Sopirnya ditanya apakah dia berasal dari kelompok Hamas atau Fatah? Sopir malang itu menjawab, “Saya bukan kelompok mana-mana. Saya cuma sopir ambulan.”Akan tetapi tentara Israel itu masih bertanya, “Pasukan yang berpakaian putih-putih dibelakangmu tadi, masuk kelompok mana?” Si sopir pun kebingungan, karena ia tidak melihat seorangpun yang berada di belakangnya. “Saya tidak tahu,” jawaban satu-satunya yang ia miliki.Suara Tak BersumberAda lagi kisah karamah mujahidin yang kali ini disebutkan oleh khatib masjid Izzuddin Al Qassam di wilayah Nashirat Gaza yang telah ditayangkan oleh TV channel Al Quds, yang juga ditulis oleh Dr Aburrahman Al Jamal di situs Al Qassam dengan judul Ayaat Ar Rahman fi Jihad Al Furqan (Ayat-ayat Allah dalam Jihad Al Furqan).Sang khatib bercerita, seorang pejuang telah menanam sebuah ranjau yang telah disiapkan untuk menyambut pasukan Zionis yang melalui jalan tersebut.“Saya telah menanam sebuah ranjau. Saya kemudian melihat sebuah helikopter menurunkan sejumlah besar pasukan disertai tank-tank yang beriringan menuju jalan tempat saya menanam ranjau,” kata pejuang tadi.Akhirnya, sang pejuang memutuskan untuk kembali ke markas karena mengira ranjau itu tidak akan bekerja optimal. Maklum, jumlah musuh amat banyak.Akan tetapi, sebelum beranjak meninggalkan lokasi, pejuang itu mendengar suara “Utsbut, tsabatkallah” yang maknanya kurang lebih, “tetaplah di tempat maka Allah menguatkanmu.” Ucapan itu ia dengar berulang-ulang sebanyak tiga kali.“Saya mencari sekeliling untuk mengetahui siapa yang mengatakan hal itu kapada saya. Akan tetapi saya malah terkejut, karena tidak ada seorang pun yang bersama saya,” ucap mujahidin itu, sebagaimana ditirukan sang khatib.Akhirnya sang mujahid memutuskan untuk tetap berada di lokasi. Ketika sebuah tank melewati ranjau yang tertanam, sesualu yang “ajaib” terjadi. Ranjau itu justru meledak amat dahsyat. Tank yang berada di dekatnya langsung hancur. Banyak serdadu Israel meninggal seketika. Sebagian dari mereka harus diangkut oleh helikopter. “Sedangkan saya sendiri dalam keadaan selamat,” kata mujahid itu lagi, melalui lidah khatib.Cerita yang disampaikan oleh seorang penulis Mesir, Hisyam Hilali, dalam situs alraesryoon.com, ikut mendukung kisah-kisah sebelumnya. Abu Mujahid, salah seorang pejuang yang melakukan ribath (berjaga) mengatakan, “Ketika saya mengamati gerakan tank-tank di perbatasan kota, dan tidak ada seorang pun di sekitar, akan tetapi saya mendengar suara orang yang bertasbih dan beritighfar. Saya berkali-kali mencoba untuk memastikan asal suara itu, akhirnya saya memastikan bahwa suara itu tidak keluar kecuali dari bebatuan dan pasir.”Cerita mengenai “pasukan tidak dikenal” juga datang dari seorang penduduk rumah susun wilayah Tal Islam yang handak mengungsi bersama keluarganya untuk menyelamatkan diri dari serangan Israel.Di tangga rumah ia melihat beberapa pejuang menangis. “Kenapa kalian menangis?” tanyanya. “Kami menangis bukan karena khawatir keadaan diri kami atau takut dari musuh. Kami menangis karena bukan kami yang bertempur. Di sana ada kelompok lain yang bertempur memporak-porandakan musuh, dan kami tidak tahu dari mana mereka datang,” jawabnyaSaksi Serdadu IsraelCerita tentang “serdadu berseragam putih” tak hanya diungkap oleh mujahidin Palestina atau warga Gaza. Beberapa personel pasukan Israel sendiri menyatakan hal serupa.Situs al-Qassam memberitakan bahwa TV Chan*nel 10 milik Israel telah menyiarkan seorang anggota pasukan yang ikut serta dalam pertempuran Gaza dan kembali dalam keadaan buta.“Ketika saya berada di Gaza, seorang tentara berpakaian putih mendatangi saya dan menaburkan pasir di mata saya, hingga saat itu juga saya buta,” kata anggota pasukan ini.Di tempat lain ada serdadu Israel yang mengatakan mereka pernah berhadapan dengan “hantu”. Mereka tidak diketahui dari mana asalnya, kapan munculnya, dan ke mana menghilangnya.Masih dari Channel 10, seorang Lentara Israel lainnya mengatakan, “Kami berhadapan dengan pasukan berbaju putih-putih dengan jenggot panjang. Kami tembak dengan senjata, akan tetapi mereka tidak mati.”Cerita ini menggelitik banyak pemirsa. Mereka bertanya kepada Channel 10, siapa sebenarnya pasukan berseragam putih itu? ***Sudah Meledak, Ranjau Masih UtuhDi saat para mujahidin terjepit, hewan-hewan dan alam tiba-tiba ikut membantu, bahkan menjelma menjadi sesuatu yang menakutkan.Sebuah kejadian “aneh” terjadi di Gaza Selatan, tepatnya di daerah AI Maghraqah. Saat itu para mujahidin sedang memasang ranjau. Di saat mengulur kabel, tiba-tiba sebuah pesawat mata-mata Israel memergoki mereka. Bom pun langsung jatuh ke lokasi itu.Untunglah para mujahidin selamat. Namun, kabel pengubung ranjau dan pemicu yang tadi hendak disambung menjadi terputus. Tidak ada kesempatan lagi untuk menyambungnya, karena pesawat masih berputar-putar di atas.Tak lama kemudian, beberapa tank Israel mendekati lokasi di mana ranjau-ranjau tersebut ditanam. Tak sekadar lewat, tank-tank itu malah berhenti tepat di atas peledak yang sudah tak berfungsi itu.Apa daya, kaum Mujahidin tak bisa berbuat apa-apa. Kabel ranjau jelas tak mungkin disambung, sementara tank-tank Israel telah berkumpul persis di atas ranjau.Mereka merasa amat sedih, bahkan ada yang menangis ketika melihat pemandangan itu. Sebagian yang lain berdoa, “allahumma kama lam tumakkinna minhum, allahumma la tumakkin lahum,” yang maknanya, “Ya Allah, sebagaimana engkau tidak memberikan kesempatan kami menghadapi mereka, jadikanlah mereka juga lidak memiliki kesempatan serupa.”Tiba-tiba, ketika fajar tiba, terjadilah keajaiban. Terdengar ledakan dahsyat persis di lokasi penanaman ranjau yang tadinya tak berfungsi.Setelah Tentara Israel pergi dengan membawa kerugian akibat ledakan lersebut, para mujahidin segera melihal lokasi ledakan. Sungguh aneh, ternyata seluruh ranjau yang telah mereka tanam itu masih utuh. Dari mana datangnva ledakan? Wallahu a’lam.Masih dari wilayah Al Maghraqah. Saat pasukan Israel menembakkan artileri ke salah satu rumah, hingga rumah itu terbakar dan api menjalar ke rumah sebelahnya, para mujahidin dihinggapi rasa khawatir jika api itu semakin tak terkendali.Seorang dari mujahidin itu lalu berdoa,”Wahai Dzat yang merubah api menjadi dingin dan tidak membahayakan untuk Ibrahim, padamkanlah api itu dengan kekuatan-Mu.”Maka, tidak lebih dari tiga menit, api pun padam. Para niujahidin menangis terharu karena mereka merasa Allah Subhanuhu wa Ta’ala (SWT) telah memberi pertolongan dengan terkabulnya doa mereka dengan segera.Merpati dan AnjingSeorang mujahid Palestina menuturkan kisah “aneh” lainnya kepada situs Filithin AlAan. Saat bertugas di wilayah Jabal Ar Rais, sang mujahid melihat seekor merpati terbang dengan suara melengking, yang melintas sebelum rudal-rudal Israel berjatuhan di wilayah itu.Para mujahidin yang juga melihat merpati itu langsung menangkap adanya isyarat yang ingin disampaikan sang merpati.Begitu merpali itu melintas, para mujahidin langsung berlindung di tempat persembunyian mereka. Ternyata dugaan mereka benar. Selang beberapa saat kemudian bom-bom Israel datang menghujan. Para mujahidin itu pun selamat.Adalagi cerita “keajaiban” mengenai seekor anjing, sebagaimana diberitakan situs Filithin Al Aan. Suatu hari, tatkala sekumpulan mujahidin Al Qassam melakukan ribath di front pada tengah malam, tiba-tiba muncul seekor anjing militer Israel jenis doberman. Anjing itu kelihatannya memang dilatih khusus untuk membantu pasukan Israel menemukan tempat penyimpanan senjata dan persembunyian para mujahidin.Anjing besar ini mendekat dengan menampakkan sikap tidak bersahabat. Salah seorang mujahidin kemudian mendekati anjing itu dan berkata kepadanya, “Kami adalah para mujahidin di jalan Allah dan kami diperintahkan untuk tetap berada di tempat ini. Karena itu, menjauhlah dari kami, dan jangan menimbulkan masalah untuk kami.”Setelah itu, si anjing duduk dengan dua tangannya dijulurkan ke depan dan diam. Akhirnya, seorang mujahidin yang lain mendekatinya dan memberinya beberapa korma. Dengan tenang anjing itu memakan korma itu, lalu beranjak pergi.Kabut pun Ikut MembantuAda pula kisah menarik yang disampaikan oleh komandan lapangan Al Qassam di kamp pengungsian Nashirat, langsung setelah usai shalat dhuhur di masjid Al Qassam.Saat itu sekelompok mujahidin yang melakukan ribath di Tal Ajul terkepung oleh tank-tank Israel dan pasukan khusus mereka. Dari atas, pesawat mata-mata terus mengawasi.Di saat posisi para mujahidin terjepit, kabut tebal tiba-tiba turun di malam itu. Kabut itu lelah menutupi pandangan mata tentara Israel dan membantu pasukan mujahidin keluar dari kepungan.Kasus serupa diceritakan oleh Abu Ubaidah. salah satu pemimpin lapangan Al Qassam, sebagaimana ditulis situs almesryoon.com. la bercerita bagaimana kabut tebal tiba-tiba turun dan membatu para mujahidin untuk melakukan serangan.Awalnya, pasukan mujahiddin tengah menunggu waktu yang tepat untuk mendekati tank-tank tentara Israel guna meledakkannya. “Tak lupa kami berdoa kepada Allah agar dimudahkan untuk melakukan serangan ini,” kata Abu Ubaidah.Tiba-tiba turunlah kabut tebal di tempat tersebut. Pasukan mujahidin segera bergerak menyelinap di antara tank-tank, menanam ranjau-ranjau di dekatnya, dan segera meninggalkan lokasi tanpa diketahui pesawat mata-mata yang memenuhi langit Gaza, atau oleh pasukan infantri Israel yang berada di sekitar kendaraan militer itu. Lima tentara Israel tewas di tempat dan puluhan lainnya luka-luka setelah ranjau-ranjau itu meledak.Selamat dengan al-Qur’anCerita ini bermula ketika salah seorang pejuang yang menderita luka memasuki rumah sakit As Syifa’. Seorang dokter yang memeriksanya kaget ketika mengelahui ada sepotong proyektil peluru bersarang di saku pejuang tersebut.Yang membuat ia sangat kaget adalah timah panas itu gagal menembus jantung sang pejuang karena terhalang oleh sebuah buku doa dan mushaf al-Qur’an yang selalu berada di saku sang pejuang.Buku kumpulun doa itu berlobang, namun hanya sampul muka mushaf itu saja yang rusak, sedangkan proyektil sendiri bentuknya sudah “berantakan”.Kisah ini disaksikan sendiri oleh Dr Hisam Az Zaghah, dan diceritakannya saat Festival Ikatan Dokter Yordan sebagaimana ditulis situs partai Al Ikhwan Al Muslimun.Dr Hisam juga memperlihatkan bukti berupa sebuah proyektil peluru, mushaf Al Qur’an, serta buku kumpulan doa-doa berjudul Hishnul Muslim yang menahan peluru tersebut.Abu Ahid, imam Masjid AnNur di Hay As Syeikh Ridzwan, juga punya kisah menarik. Sebelumnya, Israel telah menembakkan 3 rudalnya ke masjid itu hingga tidak tersisa kecuali hanya puing-puing bangunan. “Akan tetapi mushaf-mushaf Al Quran tetap berada di tampatnya dan tidak tersentuh apa-apa,” ucapnya seraya tak henti bertasbih.“Kami temui beberapa mushaf yang terbuka tepat di ayat-ayat yang mengabarkan tentang kemenangan dan kesabaran, seperti firman Allah, ‘Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka berkata, sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali,”(Al-Baqarah [2]: 155-156),” jelas Abu Ahid sebagaimana dikutip Islam Online.***Harum Jasad Para SyuhadaAbdullah As Shani adalah anggota kesatuan sniper (penembak jitu) al-Qassam yang menjadi sasaran rudal pesawat F-16 Israel ketika sedang berada di pos keamanan di Nashirat, Gaza.Jasad komandan lapangan al-Qassam dan pengawal khusus para tokoh Hamas ini “hilang” setelah terkena rudal. Selama dua hari jasad tersebut dicari, ternyata sudah hancur tak tersisa kecuali serpihan kepala dan dagunya. Serpihan-serpihan tubuh itu kemudian dikumpulkan dan dibawa pulang ke rumah oleh keluarganya untuk dimakamkan.Sebelum dikebumikan, sebagaimana dirilis situs syiria-aleppo. com, serpihan jasad tersebut sempat disemayamkan di sebuah ruangan di rumah keluarganya. Beberapa lama kemudian, mendadak muncul bau harum misk dari ruangan penyimpanan serpihan tubuh tadi.Keluarga Abdullah As Shani’ terkejut lalu memberitahukan kepada orang-orang yang mengenal sang pejuang yang memiliki kuniyah (julukan) Abu Hamzah ini.Lalu, puluhan orang ramai-ramai mendatangi rumah tersebut untuk mencium bau harum yang berasal dari serpihan-serpihan tubuh yang diletakkan dalam sebuah kantong plastik.Bahkan, menurut pihak keluarga, 20 hari setelah wafatnya pria yang tak suka menampakkan amalan-amalannya ini, bau harum itu kembali semerbak memenuhi rungan yang sama.Cerita yang sama terjadi juga pada jenazah Musa Hasan Abu Nar, mujahid Al Qassam yang juga syahid karena serangan udara Israel di Nashiriyah. Dr Abdurrahman Al Jamal, penulis yang bermukim di Gaza, ikut mencium bau harum dari sepotong kain yang terkena darah Musa Hasan Abu Nar. Walau kain itu telah dicuci berkali-kali, bau itu tetap semerbak.Ketua Partai Amal Mesir, Majdi Ahmad Husain, menyaksikan sendiri harumnya jenazah para syuhada. Sebagaunana dilansir situs Al Quds Al Arabi, saat masih berada di Gaza, ia menyampaikan, “Saya telah mengunjungi sebagian besar kota dan desa-desa. Saya ingin melihat bangunan-bangunan yang hancur karena serangan Israel. Percayalah, bahwa saya mencium bau harumnya para syuhada.”Dua Pekan Wafat, Darah Tetap MengalirYasir Ali Ukasyah sengaja pergi ke Gaza dalam rangka bergabung dengan sayap milisi pejuang Hamas, Brigade Izzuddin al-Qassam. Ia meninggalkan Mesir setelah gerbang Rafah, yang menghubungkan Mesir-Gaza, terbuka beberapa bulan lalu.Sebelumnya, pemuda yang gemar menghafal al-Qur’an ini sempat mengikuti wisuda huffadz (para penghafal) al-Qur’an di Gaza dan bergabung dengan para mujahidin untuk memperoleh pelatihan militer. Sebelum masuk Gaza, di pertemuan akhir dengan salah satu sahabatnya di Rafah, ia meminta didoakan agar memperoleh kesyahidan.Untung tak dapat ditolak, malang tak dapat diraih, di bumi jihad Gaza, ia telah memperoleh apa yang ia cita-citakan. Yasir syahid dalam sebuah pertempuran dengan pasukan Israel di kamp pengungsian Jabaliya.Karena kondisi medan, jasadnya baru bisa dievakuasi setelah dua pekan wafatnya di medan pertempuran tersebut.Walau sudah dua pekan meninggal, para pejuang yang ikut serta melakukan evakuasi menyaksikan bahwa darah segar pemuda berumur 21 tahun itu masih mengalir dan fisiknya tidak rusak. Kondisinya mirip seperti orang yang sedang tertidur.Sebelum syahid, para pejuang pernah menawarkan kepadanya untuk menikah dengan salah satu gadis Palestina, namun ia menolak. “Saya meninggalkan keluarga dan tanah air dikarenakan hal yang lebih besar dari itu,” jawabnya.Kabar tentang kondisi jenazah pemuda yang memiliki kuniyah Abu Hamzah beredar di kalangan penduduk Gaza. Para khatib juga menjadikannya sebagai bahan khutbah Jumat mereka atas tanda-tanda keajaiban perang Gaza. Cerita ini juga dimuat oleh Arab Times (7/2/ 2009)Terbunuh 1.000, Lahir 3.000Hilang seribu, tumbuh tiga ribu. Sepertinya, ungkapan ini cocok disematkan kepada penduduk Gaza. Kesedihan rakyat Gaza atas hilangnya nyawa 1.412 putra putrinya, terobati dengan lahirnya 3.700 bayi selama 22 hari gempuran Israel terhadap kota kecil ini.Hamam Nisman, Direktur Dinas Hubungan Sosial dalam Kementerian Kesehatan pemerintahan Gaza menyatakan bahwa dalam 22 hari 3.700 bayi lahir di Gaza. “Mereka lahir antara tanggal 27 Desember 2008 hingga 17 Januari 2009, ketika Is*rael melakukan serangan yang menyebabkan meninggalnya 1.412 rakyat Gaza, yang mayoritas wanita dan anak-anak,” katanya.Bulan Januari tercatat sebagai angka kelahiran tertinggi dibanding bulan-bulan sebelumnya. “Setiap tahun 50 ribu kasus kelahiran tercatat di Gaza. Dan, dalam satu bulan tercatat 3.000 hingga 4.000 kelahiran. Akan tetapi di masa serangan Israel 22 hari, kami mencatat 3.700 kelahiran dan pada sisa bulan Januari tercatat 1.300 kelahiran. Berarti dalam bulan Januari terjadi peningkatan kelahiran hingga 1.000 kasus,” katanya kepada islamonline.net.Rasio antara kematian dan kelahiran di Gaza memang tidak sama. Angka kelahiran, jelasnya lagi, mencapai 50 ribu tiap tahun, sedang kematian mencapai 5 ribu.“Israel sengaja membunuh para wanita dan anak-anak untuk menghapus masa depan Gaza. Sebanyak 440 anak-anak dan 110 wanita telah dibunuh dan 2.000 anak serta 1.000 wanita mengalami luka-luka,” ungkapnya.Sumber: pancatunggal.info. Dipublikasikan ulang oleh ldkalihsan.wordpress.com 

Jeruk Asam yang Terasa Manis

Suatu hari, ketika saya sedang menjenguk salah satu saudara yang tengah dirawat di rumah sakit, terdengar suara makian keras dari pasien sebelah, “Bawa jeruk kok busuk, mau ngeracunin saya? biar saya cepat mati?”

Suara marah itu berasal dari lelaki tua yang kedatangan salah satu keluarganya dengan membawa jeruk. Boleh jadi benar, bahwa beberapa jeruk dalam jinjingan itu busuk atau masam. Meski tidak semua jeruk yang dibawanya itu busuk dan sangat kebetulan yang terambil pertama oleh si pasien yang busuk. Dan tanpa bertanya lagi, marahlah ia kepada si pembawa jeruk.

Sebenarnya, boleh dibilang wajar jika seorang pasien marah lantaran kondisinya labil dan kesehatannya terganggu. Ketika ia marah karena jeruk yang dibawa salah satu keluarganya itu busuk, mungkin itu hanya pemicu dari segunung emosi yang terpendam selama berhari-hari di rumah sakit. Penat, bosan, jenuh, mual, pusing, panas, dan berbagai perasaan yang menderanya selama berhari-hari, belum lagi ditambah dengan bisingnya rumah sakit, perawat yang kadang tak ramah, keluarga yang mulai uring-uringan karena kepala keluarganya sekian hari tak bekerja, semuanya membuat dadanya bergemuruh. Lalu datanglah salah satu saudaranya dengan setangkai ketulusan berjinjing jeruk. Namun karena jeruk yang dibawanya itu tak bagus, marahlah ia.

Wajar. Sekali lagi wajar. Tetapi tidak dengan peristiwa lain yang hampir mirip terjadi di acara keluarga besar belum lama ini. Seorang keluarga yang tengah diberi ujian Allah menjalani kehidupannya dalam ekonomi menengah ke bawah, berupaya untuk tetap berpartisipasi dalam acara keluarga besar tersebut. Tiba-tiba, “Kalau nggak mampu beli jeruk yang bagus, mending nggak usah beli. Jeruk asam gini siapa yang mau makan?” suara itu terdengar di tengah-tengah keluarga dan membuat malu keluarga yang baru datang itu.

Pupuslah senyum keluarga itu, rusaklah acara kangen-kangenan keluarga oleh kalimat tersebut. Si empunya suara mungkin hanya melihat dari jeruk masam itu, tapi ia tak mampu melihat apa yang sudah dilakukan satu keluarga itu untuk bisa membawa sekantong jeruk yang boleh jadi harganya tak seberapa.

Harga sekantong jeruk mungkin tak lebih dari sepuluh ribu rupiah. Tapi tahukah seberapa besar pengorbanan yang dilakukan satu keluarga itu untuk membelinya? Rumahnya sangat jauh dari rumah tempat acara keluarga, dan sedikitnya tiga kali tukar angkutan umum. Sepuluh ribu itu seharusnya bisa untuk makan satu hari satu keluarga. Boleh jadi mereka akan menggadaikan satu hari mereka tanpa lauk pauk di rumah. Atau jangan-jangan pagi hari sebelum berangkat, tak satu pun dari anggota keluarga itu sempat menyantap sarapan karena uangnya dipakai untuk membeli jeruk. Yang lebih parah, mungkin juga mereka rela berjalan kaki dari jarak yang sangat jauh dan memilih tak menumpang satu dari tiga angkutan umum yang seharusnya. “Ongkos bisnya kita belikan jeruk saja ya, buat bawaan. Nggak enak kalau nggak bawa apa-apa,” kata si Ayah kepada keluarganya.

Kalimat sang Ayah itu, hanya bisa dijawab dengan tegukan ludah kering si kecil yang sudah tak sanggup menahan lelah dan panas berjalan beberapa ratus meter. Tak tega, Ayah yang bijak itu pun menggendong gadis kecil yang hampir pingsan itu. Ia tetap memaksakan hati untuk tega demi bisa membeli harga dari di depan keluarga besarnya walau hanya dengan sekantong jeruk. Menahan tangisnya saat mendengar lenguhan nafas seluruh anggota keluarganya sambil berkali-kali membungkuk, jongkok, atau bahkan singgah sesaat untuk mengumpulkan tenaga. Itu dilakukannya demi mendapatkan sambutan hangat keluarga besar karena menjinjing sesuatu.

Setibanya di tempat acara, sebuah rumah besar milik salah satu keluarga jauh yang sukses, menebar senyum di depan seluruh keluarga yang sudah hadir sambil bangga bisa membawa sejinjing jeruk, lupa sudah lelah satu setengah jam berjalan kaki, tak ingat lagi terik yang memanggang tenggorokan, bertukar dengan sejumput rindu berjumpa keluarga. Namun, terasa sakit telinga, layaknya dibakar dua matahari siang. Lebih panas dari sengatan yang belum lama memanggang kulit, ketika kalimat itu terdengar, “Jeruk asam begini kok dibawa…”

Duh. Jika semua tahu pengorbanan yang dilakukan satu keluarga itu untuk bisa menjinjing sekantong jeruk tadi, pastilah semua jeruk asam itu akan terasa manis. Jauh lebih manis dari buah apa pun yang dibawa keluarga lain yang tak punya masalah keuangan. Yang bisa datang dengan kendaraan pribadi atau naik taksi dengan ongkos yang cukup untuk membeli sepeti jeruk manis dan segar.

Mampukah kita melihat sedalam itu? Sungguh, manisnya akan terasa lebih lama, meski jeruknya sudah dimakan berhari-hari yang lalu.

Kisah Abdullah ibn Mubarak dan Seorang Tukang Sepatu


Abdullah ibn Mubarak adalah imam yang shaleh dan sangat dihormati oleh orang-orang. Dia tinggal di daerah bernama Merv, Asia Tengah. Setiap tahunnya dia selalu berhaji. Dan pada suatu tahun sehabis pulang berhaji dia pun tertidur. Dia bermimpi ada dua malaikat yang turun. Salah satu malaikat itu berkata “Berapa banyak orang yang berhaji tahun ini?” Yang satunya menjawab “60.000 orang.”

“Berapa banyak orang yang hajinya diterima?” Malaikat yang satu menjawab “Tidak seorang pun kecuali seorang pria bernama Abdullah ibn Mufiq, seorang tukang sepatu dari Damaskus. Dia bahkan tidak berhaji tapi Allah menerima hajinya.”

Abdullah ibn Mubarak r.h terbangun keesokan paginya. Dia begitu khawatir tentang mimpi ini, tubuhnya gemetar dan keringat membasahi keningnya. Dia pun pergi ke Damaskus untuk mengetahui siapakah gerangan Abdullah ibn Mufiq. Sesampainya disana, dia bertanya kepada penduduk Damaskus “Apakah kalian tahu seorang pria bernama Abdullah ibn Mufiq?” Salah seorang dari mereka menunjukkan rumahnya. Abdullah ibn Mubarak bergegas ke rumahnya, mengetuk pintunya. Kemudian Abdullah ibn Mufiq membukanya dan Abdullah ibn Mubarak bertanya, “Siapakah namamu?” Orang itu berkata “Saya Abdullah ibn Mufiq.”

“Apa pekerjaanmu?” tanya Abdullah. Orang itu berkata “Aku tukang sepatu.” Abdullah berkata “Aku bermimpi dan ingin menanyakan kepadamu perihal mimpi ini.”

Jadi Abdullah menceritakan mimpinya pada orang itu. Abdullah ibn Mufiq berkata “Aku seorang tukang sepatu dan aku sangat ingin berhaji, tapi pendapatanku sangat kecil. Selama 20 tahun terakhir aku telah menabung untuk berhaji dan tahun ini aku punya cukup uang untuk berhaji. Istriku sedang hamil dan dia mencium bau daging dari rumah tetangga. Anda tahu bahwa wanita hamil sering mengidamkan sesuatu. Jadi dia memintaku untuk meminta sebagian daging itu. Aku pergi ke rumah tetangga, dan aku ketuk pintunya. Sang wanita membuka pintunya, dan aku berkata “Istriku sedang hamil, sedangkan kau sedang memasak daging. Bolehkah aku meminta sebagian dari daging itu?’ Wanita itu berkata “Dagingnya halal bagi kami tapi haram untukmu.’”

Abdullah ibn Mufiq berkata “Bagaimana mungkin halal untukmu tapi haram bagi kami?” Wanita itu berkata “Selama beberapa hari anak-anakku kelaparan karena kami tidak punya makanan. Dan hari ini ketika aku sedang berjalan, aku menemukan bangkai seekor keledai, jadi aku mengambil daging keledai mati itu untuk memberi makan anak-anakku. Daging yang sedang kumasak adalah daging bangkai keledai itu. Jadi ini halal bagi kami dan haram bagimu.”

Abdullah ibn Mufiq berkata “Aku pulang dan membawa semua uang yang sudah kukumpulkan selama 20 tahun, dan aku memberikannya kepada wanita ini, dan berucap dalam hati ‘Inilah hajiku ya Allah.’” Subhanallah, do’anya dikabulkan oleh Allah. Abdullah ibn Mufiq bahkan tidak berhaji, tapi Allah memberinya pahala berhaji.

Kisah Nyata Pertaubatan Seorang Muslimah Asal Australia




Diriwayatkan dari Anas r.a., “Aku mendengar Rasulullah s.a.w bersabda:

Allah s.w.t berfirman: “Wahai keturunan Adam. Selama kau memohon kepada-Ku dan berharap kepada-Ku, Aku akan mengampunimu dan Aku tidak peduli (pada banyaknya dosamu). Wahai keturunan Adam, jika dosamu mencapai awan di langit dan kau meminta ampunan-Ku, maka Aku akan mengampunimu dan Aku tidak peduli (pada banyaknya dosamu).” (H.R Tirmidzi, hadist hasan-sahih)

Ini kisah nyata yang diceritakan seorang da’i dari Mesir, Amr Khaled. Dia berkata “Tiga hari yang lalu aku menerima email dari seorang gadis Australia. Dan email itu berbunyi sebagai berikut.

Aku seorang gadis Lebanon yang memiliki ayah Muslim dan ibu Kristen. Selama 10 tahun pertama kehidupanku, aku tinggal di Lebanon, kemudian kami pindah ke Australia. Hal ini membuat hubunganku dengan orang-orang di Timur Tengah terputus. Saat ini aku berusia 22 tahun. Dan setelah pindah ke Australia, hubunganku dengan agamaku juga berakhir. Satu-satunya hal yang kutahu adalah bahwa aku seorang Muslimah. Aku tidak tahu bagaimana bentuk Quran, aku tidak tahu caranya shalat, dan aku tidak menjalankan agama dalam hidupku.

Ibu dan ayahku bercerai, masing-masing dari mereka menikah kembali dengan orang lain. Ketika aku masuk kuliah, ibu dan ayahku meninggalkan Australia. Mereka meninggalkanku sendirian tanpa keluarga, tanpa saudara. Aku tidak tahu apa-apa tentang sanak familiku di Lebanon.

Aku hidup sendiri dan harus bekerja untuk menyambung hidup. Aku kuliah di pagi hari dan bekerja di bar pada malam hari. Aku punya seorang pacar, dan telah banyak melakukan berbagai perbuatan haram dimana aku melakukannya tanpa rasa malu. Aku sepenuhnya mengikuti gaya hidup Barat.

Aku tahu sedikit bahasa Arab. Dan karena aku berparas cantik, aku mengikuti kompetisi kecantikan di Selandia Baru dan memenangkan kompetisi ini. Aku berencana untuk mengikuti kompetisi yang lebih besar di Selandia Baru, dan saat ini aku melakukan modelling untuk cover majalah-majalah.

Pada saat ini, aku seringkali mengunjungi seorang keluarga asal Lebanon yang tinggal di Australia. Dan aku menonton sebuah episode Ramadhan di TV yang membicarakan tentang kesantunan. Episode itu mencantumkan alamat websitenya. Aku menjadi sadar, seakan-akan episode ini memang diperuntukkan bagiku. Aku mengirimkan email ini untuk bertanya: Apakah mungkin Allah mengampuniku?”

Dan disinilah email dari Sarah berakhir. Subhanallah! Tidak peduli sudah berapa lama seseorang jauh dari Tuhannya, jiwanya selalu rindu akan Tuhannya. Sebagaimana perut menginginkan makanan, begitu juga jiwa rindu akan Allah.

Kemudian sang da’i menulis email jawaban untuk menasihati gadis itu tentang persyaratan untuk bertaubat, dan bahwa tentu saja Allah akan mengampuninya jika dia bertaubat. Dua hari kemudian gadis itu menghubungi Amr Khalid dan berkata: “Aku telah bertaubat kepada Allah, dan aku telah meninggalkan pacarku dan berjanji untuk tidak menemuinya lagi.”

Setelah dua hari berikutnya, Sarah menghubungi Amr lagi dan berkata: “Aku ingin belajar caranya shalat.”

Kemudian dua hari lagi berlalu dan gadis itu berkata: “Aku menginginkan Mp3 Al-Qur’an.” Jadi Amr mengirimkan beberapa Mp3 melalui DHL Korea.

Seminggu berlalu dan dia tidak mendengar kabar dari gadis itu sampai gadis itu memberitahunya bahwa dia telah melepaskan gelar kecantikannya dari kota itu.

Kemudian datanglah sebuah kejutan. Gadis itu menghubunginya dan berkata “Aku telah mengenakan hijab.”

Meski begitu, kisah ini tak berakhir disini. Dua hari setelah mengenakan hijab, Sarah mengalami nyeri yang teramat sangat di kepalanya. Jadi Sarah mengunjungi dokter yang hasil diagnosisnya menunjukkan dia terkena kanker otak dan hidupnya tak lama lagi.

Sarah pun masuk rumah sakit untuk dioperasi. Tingkat kesuksesan dari operasi ini adalah 20 persen sebagaimana dikatakan oleh dokternya di Australia.

Dan dengarlah apa yang dikatakan Sarah pada email yang ditulisnya. Dia berkata “Aku senang untuk bertemu Allah. Aku senang karena telah bertaubat sebelum mengetahui penyakitku. Aku tidak tahu apakah ibu dan ayahku akan mengetahui tentang kondisiku. Jika aku hidup, aku akan mendukung websitemu, karena website ini adalah jendelaku menuju Islam.”

Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Ternyata dia meninggal dunia. Semoga Allah merahmati Sarah yang meninggal pada umur 22. Mereka menguburkannya bersama umat Muslim di Selandia Baru.
Sebelum kematiannya, Sarah mengirim email pendek ke Amr Khalid mengatakan: “Aku telah hidup jauh dari Tuhanku selama 22 tahun. Tapi aku bertaubat dan kembali kepada Allah 3 minggu yang lalu. Aku tidak tahu banyak Muslim selain dirimu dan forum internet ini. Aku memohonmu untuk mendo’akanku semoga Allah merahmati dan mengampuniku. Berdo’alah kepada Allah agar memberi hidayah pada ibuku, karena dia tidak tahu apapun tentangku. Tertanda, Sarah.”

Semoga Allah memberikan Sarah surga tingkat tertinggi. Aamiin. Terakhir, ingatlah firman Allah berikut ini:

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).” (Qs. 66:8)

Kisah Ketulusan Seorang Suami Kepada Istrinya



Empat tahun sudah keduanya menikah. Namun pasangan suami istri itu belum juga dikaruniai buah hati. Mulanya mereka tidak merasa ada masalah. Namun saat terdengar bisik-bisik tetangga, sang istri mulai resah. “Kok belum punya anak ya mereka. Yang punya masalah suami atau istri?” kalimat-kalimat itu sampai juga di telinga mereka.
Akhirnya suami istri itu pergi ke dokter. “Mohon bersabar pak,” kata dokter kepada pria itu sambil menyerahkan hasil lab. “Istri anda mandul dan agaknya tidak ada harapan untuk bisa hamil.”“Kalau begitu, jangan sampaikan ini kepadanya Dok”
“Maksud Anda?”
“Saya khawatir itu akan melukai perasaannya. Dokter katakan saja kalau saya yang mandul”
“Tidak bisa begitu. Anda kan tidak ada masalah”
Cukup lama mereka berbincang, hingga pria tersebut berhasil meyakinkan dokter untuk mengatakan sesuai keinginannya.
Entah bagaimana ceritanya, tetangga-tetangga yang dulu bertanya siapa diantara suami istri itu yang bermasalah akhirnya mendengar bahwa pria itu mandul. Kabar itu juga sampai kepada kerabat mereka. Kasak kusuk pun semakin kencang. Meski demikian, rumah tangga keduanya masih bertahan. Hingga suatu hari, lima tahun setelah hasil lab itu, wanita itu tak dapat lagi bersabar.
“Sembilan tahun sudah kita berkeluarga, dan selama itu aku dapat bersabar. Sampai-sampai para tetangga kasihan melihatku dan mengatakan ‘kasihan yang wanita shalihah itu. Ia telah bersabar hidup bertahun-tahun dengan suaminya yang mandul.’ Terus terang, aku ingin menggendong anak, mengasuh dan membesarkannya. Kini aku tak dapat lagi memperpanjang kesabaranku. Tolong ceraikan aku agar aku bisa menikah dengan laki-laki lain dan mendapat anak darinya,” kata wanita itu kepada suaminya.
Sang suami dengan sabar mendengar tuntutan itu sambil menasehatinya. “Ini ujian dari Allah sayang… Kita perlu bersabar…”
Mendengar nasihat tersebut, emosi istri sedikit mereda. “Baiklah, aku akan bersabar. Tapi hanya satu tahun. Jika berlalu masa itu dan kau tidak juga memberiku keturunan, ceraikan saja aku.”
Selang beberapa hari, tiba-tiba wanita itu jatuh sakit. Hasil lab menunjukkan, ia mengalami gagal ginjal. “Ini semua gara-gara kamu,” kata wanita itu kepada suaminya yang saat itu menungguinya di rumah sakit, “Aku terus menahan sabar karenamu. Inilah akibatnya. Sudah tidak punya anak, kini aku kehilangan ginjalku.”
“Apa? Kau akan pergi ke luar negeri?” kata wanita itu dengan nada tinggi, esok harinya ketika sang suami berpamitan kepadanya. Entah bagaimana perasaannya, ia yang kini bad rest di rumah sakit harus berjuang sendiri tanpa suami.
“Ini tugas dinas, Sayang. Dan sekaligus aku akan mencari pendonor ginjal buatmu”
Beberapa hari kemudian, wanita itu mendapatkan kabar gembira bahwa telah ada seseorang yang mau mendonorkan ginjalnya. Tetapi dokter merahasiakan namanya.
“Orang itu sungguh baik, Dokter. Ia mendonorkan ginjalnya untukku tanpa mau diketahui namanya. Sementara suamiku sendiri, ia justru pergi ke luar negeri, meninggalkanku sendiri,” mata dokter yang mendengar komentar itu berkaca-kaca. Ia tahu persis siapa yang mendonorkan ginjal untuk wanita itu.
Dengan izin Allah, operasi berhasil dengan baik. Wanita itu sembuh. Dan yang lebih menakjubkan, tak lama kemudian ia hamil, lalu melahirkan seorang bayi yang lucu. Ucapan selamat datang dari kerabat dan tetangga. Kini bisik-bisik itu telah selesai. Dan kehidupan rumah tangga keduanya pun normal kembali.
Kini sang suami telah menjadi seorang panitera di pengadilan Jeddah, setelah menyelesaikan pendidikan S2 dan S3-nya. Ia juga telah hafal Qur’an dengan mendapatkan sanad riwayat Hafs dari ‘Ashim.
Suatu hari saat sang suami dinas luar, tak sengaja wanita itu menemukan buku harian suaminya di atas meja. Mungkin karena terburu-buru, sang suami itu lupa menyimpannya seperti biasa.
Betapa terkejutnya wanita itu membaca halaman demi halaman episode rumah tangga yang selama ini tak diketahuinya. Bahwa ternyata yang mandul adalah dirinya. Bahwa pendonor ginjal itu adalah suaminya sendiri. Ia pun menangis sejadi-jadinya. Hampir pingsan ia menyadari kekeliruannya selama ini. Ia yang tak tahan dan ingin minta cerai, padahal suaminya lah manusia paling sabar yang ia temui. Ia kesal dengan suaminya yang pergi saat ia operasi, padahal suaminya terbaring lemah saat itu demi menghibahkan satu ginjal untuknya.
Ketika sang suami pulang, wanita itu tak mampu memandang wajahnya. Ia tertunduk malu. Hampir seratus hari lamanya, ia terus begitu. Malu di depan pria yang paling dicintainya dan paling berjasa dalam hidupnya.
Sumber: keluargacinta.com 

Seorang Ibu dan Putranya yang Meninggal

Aku akan menceritakan padamu sebuah insiden. Beberapa tahun yang lalu di Chicago ada seorang nyonya yang putranya sakit parah. Putranya masih remaja. Kondisinya sangat parah sehingga dia diberikan bantuan pernapasan. Dan dokter akan mencabut selang pernapasan itu karena dia menderita dan kemungkinannya untuk pulih hampir tidak ada. Dan nyonya itu berkata padaku “Aku ingin kau hadir saat putraku meninggal.” Jadi aku berkata pada nyonya itu “Insya Allah aku akan datang.”
Aku masih mengingat kejadian waktu itu. Aku datang ke rumah sakitnya, dan nyonya itu berdiri di samping tempat tidur putranya. Suami nyonya itu duduk di sampingku. Suaminya memakai kursi roda. Sang nyonya berkata pada dokternya “Silahkan, cabutlah bantuan pernapasannya.” Maka dokter pun mencabut selang pernapasan itu dari putranya.
Allahuakbar. Melihat seorang ibu mengggenggam tangan putranya, seiring putranya menghadapi sakaratul maut... Ini adalah sesuatu yang terlalu sukar untuk dilihat. Aku duduk disana karena nyonya itu butuh dukungan dariku. Tapi sangat sulit bagiku mengamati semua ini, sehingga aku menunduk dan air mata mulai mengaliri pipiku. Dan nyonya ini hanya menggenggam tangan putranya sambil menggigit bibir, dia terus berkata pada putranya dalam nada lembut. Dia terus mengulang-ulang ucapannya, “Semua akan baik-baik saja, semua akan baik-baik saja.” Dia tahu bahwa denyut nadi putranya makin lemah. Dia dapat merasakannya karena menggenggam tangan putranya.
Kemudian dia berkata pada dokternya, “Ketika saat terakhirnya tiba, beritahu aku.” Dokternya berkata “Inilah saat-saat terakhirnya.”Allahuakbar, nyonya ini membungkuk dan mengecup putranya, dan tetap dalam posisi itu untuk beberapa saat lamanya. Dia terus mengecup putranya sampai ia meninggal. Setelah putranya meninggal, aku berdiri dan berkata padanya “Bibi, maaf karena aku tidak bisa memberimu dukungan pada momen yang sulit ini, karena aku sendiri juga menangis.” Dia berkata padaku “Nak, aku tidak mengundangmu untuk memberiku dukungan. Untuk hal itu aku memintanya pada Allah. Aku telah belajar setelah bertahun-tahun, bahwa satu-satunya yang jadi tempat bergantungmu adalah Allah. Meski begitu, alasan aku memintamu hadir disini adalah aku ingin kau menjadi saksi bahwa aku mencintai putraku.
Ketahuilah, beberapa minggu yang lalu, aku dan anakku bertengkar. Kemudian dia jatuh sakit sementara kami masih bertengkar. Aku tidak punya kesempatan untuk memberitahu betapa aku mencintainya.”
Dan kemudian nyonya itu berkata padaku “Wallahi al-azim, aku bersumpah demi Allah, pada hari dia terlahir, adalah tangan ini yang pertama kali membawanya ke dunia. Aku adalah orang pertama yang mendekapnya dan mengecupnya. Dan hari ini ketika dia meninggalkan dunia, aku ingin kau menjadi saksi bahwa akulah yang terakhir mendekapnya dan mengecupnya.”
Jadi terkadang kita melupakan kedekatan dengan ibu kita pada saat pertengkaran. Tapi dapatkah anda mengakhiri hubungan seorang ibu dan anaknya? Sang nyonya mengecup anaknya setelah anaknya meninggal dunia. Sebelum dia lahir, ibunya yang membawa anak itu di rahimnya. Bahkan pada awal-awal kehamilan, saat anaknya belum bernyawa, ibunya masih tetap mengelus perutnya dan berbicara kepada janinnya. Dia tersenyum padanya dan telah berencana untuk bayi itu.
Begitu juga, sebagaimana ibu mencintai anda, ALLAH S.W.T MENCINTAI ANDA 99 KALI LIPAT MELEBIHI ITU. Tidak peduli betapa seorang ibu mencintai anda, dan sebagian ibu bahkan tidak bisa mengungkapkan rasa cintanya kepada anak-anaknya. Cinta ini tidak mungkin diungkapkan dengan kata-kata karena cinta ini berasal dari hatinya.
Anda tahu bahwa Romeo dan Juliet tidak bisa mengungkapkan cinta mereka satu sama lain. Tanyakan pada ibu manapun, dapatkah cintanya Romeo dan Juliet menyamai cinta seorang ibu pada anak-anaknya? Sang ibu akan berkata, “Cinta Romeo dan Juliet masih amatiran. Kamilah (para ibu) yang cintanya profesional.” Dan jika anda berpikir bahwa para ibu sudah profesional, Allah s.w.t 99 KALI LIPAT CINTANYA MELEBIHI ITU.