Selasa, 09 Juni 2015

Kisah Sebuah Jenazah yang Mendapat Azab Allah


Ini adalah kisah nyata, kisah proses penguburan seorang pejabat di sebuah kota di Jawa Timur. Nama dan alamat sengaja tidak disebutkan untuk menjaga nama baik jenazah dan keluarga yang ditinggalkan. Insya Allah kisah ini menjadi hikmah dan cermin bagi kita semua sebelum ajal menjemput.

Kisah ini diceritakan langsung oleh seorang Modin (pengurus jenazah) kepada saya. Dengan gaya bertutur, selengkapnya ceritanya begini:

Saya terlibat dalam pengurus jenazah lebih dari 16 tahun, berbagai pengalaman telah saya lalui, sebab dalam jangka atau kurun waktu tersebut macam-macam jenis mayat sudah saya tangani. Ada yang meninggal dunia akibat kecelakaan, sakit tua, sakit jantung, bunuh diri dan sebagainya.

Bagaimanapun, pengalaman mengurus satu jenazah seorang pejabat yang kaya serta berpengaruh ini, menyebabkan saya dapat kesempatan 'istimewa' sepanjang hidup. Inilah pertama kalinya saya merasakan pengalaman yang cukup aneh, menyedihkan, menakutkan dan sekaligus memberikan banyak hikmah.

Sebagai Modin tetap di desa, saya diminta oleh anak almarhum mengurus jenazah Bapaknya. Saya terus pergi ke rumahnya. Ketika saya tiba sampai ke rumah almarhum tercium bau jenazah itu sangat busuk. Baunya cukup memualkan perut dan menjijikan.

Saya telah mengurus banyak jenazah tetapi tidak pernah saya bertemu dengan mayat yang sebusuk ini. Ketika saya lihat wajah almarhum, sekali lagi saya tersentuh. Saya tengok wajahnya seperti dirundung oleh macam-macam perasaan takut, cemas, kesal dan macam-macam. Wajahnya seperti tidak mendapat nur dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Kemudian saya pun ambil kain kafan yang dibeli oleh anak almarhum dan saya potong. Secara kebetulan pula, disitu ada dua orang yang pernah mengikuti kursus "fardu kifayah" atau pengurus jenazah yang pernah saya ajar. Saya ajak mereka membantu saya dan mereka setuju.

Tetapi selama memandikan mayat itu, kejadian pertama pun terjadi, sekedar untuk pengetahuan pembaca, apabila memandikan jenazah, badan mayat itu perlu dibangunkan sedikit dan perutnya hendaklah diurut-urut untuk mengeluarkan kotoran yang tersisa. Maka saya pun urut-urut perut almarhum.

Tapi apa yang terjadi, pada hari itu sangat mengejutkan.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berkehendak dan menunjukkan kekuasaannya karena pada hari tersebut, kotoran tidak keluar dari dubur akan tetapi melalui mulutnya. Hati saya berdebar-debar. Apa yang sedang terjadi di depan saya ini? Telah dua kali mulut mayat ini memuntahkan kotoran, saya harap hal itu tidak terulang lagi karena saya mengurut perutnya untuk kali terakhir.

Tiba-tiba ketentuan Allah Subhanahu Wa Ta'ala berlaku, ketika saya urut perutnya keluarlah dari mulut mayat itu kotoran bersama beberapa ekor ulat yang masih hidup. Ulat itu adalah seperti ulat kotoran (belatung).

Padahal almarhum meninggal dunia akibat diserang jantung dan waktu kematiannya dalam tempo yang begitu singkat mayatnya sudah menjadi demikian rupa? Saya lihat wajah anak almarhum.

Mereka seperti terkejut. Mungkin malu, terperanjat dan aib dengan apa yang berlaku pada Bapaknya. Kemudian saya tengok dua orang pembantu tadi, mereka juga terkejut dan panik. Saya katakan kepada mereka,"Inilah ujian Allah terhadap kita". Kemudian saya minta salah satu seorang dari pada pembantu tadi pergi memanggil semua anak almarhum.

Almarhum pada dasarnya seorang yang beruntung karena mempunyai tujuh orang anak, kesemuanya laki-laki. Seorang berada di luar negeri dan enam lagi berada di rumah.

Ketika semua anak almarhum masuk, saya nasehati mereka. Saya mengingatkan mereka bahwasanya tanggung jawab saya adalah membantu menguruskan jenazah Bapak mereka, bukan menguruskan semuanya, tanggung jawab ada pada ahli warisnya.

Sepatutnya sebagai anak, mereka yang lebih afdal menguruskan jenazah Bapak mereka itu, bukan hanya imam, hanya bilal, atau guru. Saya kemudian meminta ijin serta bantuan mereka untuk menunggingkan mayat itu. Takdir Allah ketika ditunggingkan mayat tersebut, tiba-tiba keluarlah ulat-ulat yang masih hidup, hampir sebaskom banyaknya.

Baskom itu kira-kira besar sedikit dari penutup saji meja makan. Subhanallah suasana menjadi makin panik. Benar-benar kejadian yang luar biasa sulit diterima akal pikiran manusia biasa. Saya terus berdoa dan berharap tidak terjadi lagi kejadian yang lebih ganjil. Selepas itu saya memandikan kembali mayat tersebut dan saya ambilkan wudhu. Saya meminta anak-anaknya kain kafan.

Saya bawa mayat ke dalam kamarnya dan tidak diijinkan seorang pun melihat upacara itu terkecuali waris yang terdekat sebab saya takut kejadian yang lebih aib akan terjadi.

Peristiwa apa pula yang terjadi setelah jenazah diangkat ke kamar dan hendak dikafani, takdir Allah jua yang menentukan, ketika mayat ini diletakkan di atas kain kafan, saya dapati kain kafan itu hanya cukup menutupi ujung kepala dan kaki tidak ada lebih, maka saya tak dapat mengikat kepala dan kaki.

Tidak keterlaluan kalau saya katakan tampak seperti kain kafan itu tidak mau menerima mayat tadi. Tidak apalah, mungkin saya yang khilaf dikala memotongnya. Lalu saya ambil pula kain, saya potong dan tampung di tempat-tempat yang kurang.

Memang kain kafan jenazah itu jadi sambung-menyambung, tapi apa mau dikata, itulah yang dapat saya lakukan. Dalam waktu yang sama saya berdoa kepada Allah "Ya Allah, jangan kau hinakan jenazah ini ya Allah, cukuplah sekedar peringatan kepada hamba-Mu ini."

Selepas itu saya beri taklimat tentang sholat jenazah tadi, satu lagi masalah timbul, jenazah tidak dapat dihantar ke tanah pekuburan karena tidak ada mobil jenazah/mobil ambulance. Saya hubungi kelurahan, pusat Islam, masjid, dan sebagainya, tapi susah. Semua sedang terpakai, beberapa tempat tersebut juga tidak punya kereta jenazah lebih dari satu karena kereta yang ada sedang digunakan pula.

Suatu hal yang saya pikir bukan sekedar kebetulan. Dalam keadaan itu seorang hamba Allah muncul menawarkan bantuan. Lelaki itu meminta saya menunggu sebentar untuk mengeluarkan van/sejenis mobil pick-up dari garasi rumahnya. Kemudian muncullah sebuah van.

Tapi ketika dia sedang mencari tempat untuk meletakkan vannya itu dirumah almarhum, tiba-tiba istrinya keluar. Dengan suara yang tegas dia berkata dikhalayak ramai: "Mas, saya tidak perbolehkan mobil kita ini digunakan untuk angkat jenazah itu, sebab semasa hayatnya dia tidak pernah mengizinkan kita naik mobilnya."

Renungkanlah kalau tidak ada apa-apanya, tidak mungkin seorang wanita yang lembut hatinya akan berkata demikian. Jadi saya suruh tuan yg punya van itu membawa kembali vannya.

Selepas itu muncul pula seorang lelaki menawarkan bantuannya. Lelaki itu mengaku dia anak murid saya. Dia meminta ijin saya dalam 10-15 menit membersihkan mobilnya itu. Dalam jangka waktu yang ditetapkan itu, muncul mobil tersebut, tapi dalam keadaan basah kuyup. Mobil yang dimaksudkan itu sebenarnya lori.

Dan lori itu digunakan oleh lelaki tadi untuk menjual ayam ke pasar, dalam perjalanan menuju kawasan pekuburan, saya berpesan kepada dua pembantu tadi supaya masyarakat tidak usah membantu kami menguburkan jenazah, cukup tinggal di camping saja akan lebih baik. Saya tidak mau mereka melihat lagi peristiwa ganjil. Rupanya apa yang saya takutkan itu berlaku sekali lagi, takdir Allah yang terakhir amat memilukan.

Sesampainya Jenazah tiba di tanah pekuburan, saya perintahkan tiga orang anaknya turun ke dalam liang dan tiga lagi menurunkan jenazah. Allah Maha Berkehendak atas semua makhluk ciptaan-Nya, saat jenazah itu menyentuh ke tanah tiba-tiba air hitam yang busuk baunya keluar dari celah tanah yang pada asal mulanya kering.

Hari itu tidak ada hujan, tapi dari mana datang air itu? sukar untuk saya menjawabnya. Lalu saya arahkan anak almarhum, supaya jenazah bapak mereka dikemas dalam peti dengan hati-hati. Papan keranda diturunkan dan kami segera timbun kubur tersebut. Selepas itu kami injak-injak tanah supaya mampat dan bila hujan ia tidak mendap/ambrol. Tapi sungguh mengherankan, saya perhatikan tanah yang diinjak itu menjadi becek. Saya tahu, jenazah yang ada di dalam telah tenggelam oleh air hitam yang busuk itu.

Melihat keadaan tersebut, saya arahkan anak-anak almarhum supaya berhenti menginjak tanah itu. Tinggalkan lobang kubur 1/4 meter. Artinya kubur itu tidak ditimbun hingga ke permukaan lubangnya, tapi ia seperti kubur berlobang. Tidak cukup dengan itu, apabila saya hendak bacakan talqin, saya lihat tanah yang diinjak itu ada kesan serapan air.

Masya Allah, dalam sejarah peristiwa seperti itu terjadi. Melihat keadaan itu, saya ambil keputusan untuk selesaikan penguburan secepat mungkin.

Sejak lama terlibat dalam penguburan jenazah, inilah mayat yang saya tidak talqimkan. Saya bacakan tahlil dan doa yang paling ringkas. Setelah saya pulang ke rumah almarhum dan mengumpulkan keluarganya. Saya bertanya kepada istri almarhum, apakah yang telah dilakukan oleh almarhum semasa hayatnya.

1. Apakah dia pernah menzalimi orang alim ?

2. Mendapat harta secara merampas, menipu dan mengambil yang bukan haknya?

3. Memakan harta masjid dan anak yatim ?

4. Menyalahkan jabatan untuk kepentingan sendiri ?

5. Tidak pernah mengeluarkan zakat, shodaqoh atau infaq ?

Istri almarhum tidak dapat memberikan jawabannya. Memikirkan mungkin dia malu Untuk memberi tahu, saya tinggalkan nomor telepon rumah. Tapi sedihnya hingga sekarang, tidak seorang pun anak almarhum menghubungi saya.

Untuk pengetahuan umum, anak almarhum merupakan orang yang berpendidikan tinggi hingga ada seorang yg beristrikan orang Amerika, seorang dapat istri orang Australia, dan seorang lagi istrinya orang Jepang.

Peristiwa ini akan tetap saya ingat. Dan kisah ini benar-benar nyata bukan rekaan atau isapan jempol. Semua kebenaran saya kembalikan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala pencipta jagad raya ini.

Kepada semua Sahabat, tanyalah diri kita akankah kita menginginkan peristiwa itu terjadi pada diri kita sendiri, ibu, bapak kita, anak kita atau kaum keluarga kita ?

Semoga ALLAH memberikan hidayah kepada kita untuk terus menuju kepada ALLAH, dan pada akhir hayat kita, semoga ALLAH mewafatkan kita dalam keadaan khusnul khatimah. Aamiin.

Sumber: Strawberry

Ahli Kubur Menangis Karena Pernah Tidak Wudhu Saat Shalat Subuh


Siksa kubur itu memang benar adanya, tak diragukan lagi. Dan salah satunya adalah yang diceritakan oleh Imam Ghazali ketika dia sedang bermimpi. Kala itu ia sedang melihat seorang pemuda yang disiksa dan dihadang srigala.

Inilah Kisahnya : 

Setelah selesai berdakwah di beberapa tempat, Imam Ghazali tiba di rumahnya tengah malam. Ia nampaknya sangat senang sekali karena banyak orang yang tertarik dengan ajaran Agama Islam. "Alhamdulillah...mudah-mudahan dakwahku membuat banyak orang tertarik," kata Imam Ghazali setibanya di rumah.

Beberapa saat kemudian, sebelum tidur, Imam Ghazali mengambil air wudhu untuk mengerjakan shalat Tahajud. Usai shalat, ia berzikir sebagaimana biasa ia kerjakan.

Selepas zikir, sebenarnya ia ingin membaca Al Qur'an, namun tiba-tiba dia merasakan kantuk yang sangat luar biasa. Akhirnya ia tertidur di mushola.

Tak lama kemudian, dia bermimpi yang cukup mengejutkan. "Astaghfirullah ... kenapa aku bermimpi seperti itu?" gumannya dalam hati.

Setelah mimpinya berakhir, ia bangun dari tidurnya. Lalu Imam Ghazali melakukan shalat malam lagi hingga menjelang shalat subuh.

Setelah shalat subuh berjamaah, sebagaimana biasanya, Imam Ghazali memberikan fatwa kepada jamaah subuhnya. Setelah memberikan salam, Imam Ghazali menghentikan pembicaraannya.

Kemudian Imam Ghazali berkata kepada para jamaahnya,
"Tadi malam aku baru saja bermimpi yang cukup mengejutkan. Baru kali ini aku mimpi seperti itu," ujarnya kepada para jamaahnya.

"Segera saja utarakan kepada kami, aku yakin mimpi itu pasti sangat menarik bagi kita semua," kata salah satu jamaahnya.

Setelah mendengarkan dari salah satu jamaah itu, Imam Ghazali mengatakan, dalam mimpi itu ada kejadian yang cukup aneh. Menurut Imam Ghazali, ia bermimpi melihat sebuah kuburan yang terbelah. Lalu keluarlah beberapa orang yan telah mati. Di antara mayat-mayat itu ada seorang pemuda yang disiksa dengan berbagai jenis siksaan.

"Aku kasihan sekali dengan dia, meski dia bukan keluargaku. Karena itulah aku mendekatinya," kata Imam Ghazali.

Kemudian dalam mimpinya Imam Ghazali mendekati pemuda itu. Setelah dekat, Imam Ghazali memberi salam. Usai salam dari Imam Ghazali dijawab, maka ia bertanya dengan nada pelan,

"Hai anak muda penghuni kubur, ada apa denganmu? Mengapa engkau disiksa, sementara temanmu tidak?" tanta Imam Ghazali.

Ahli Kubur Menangis ..

Pertanyaan dari Imam Ghazali membuat anak muda itu menangis. Kemudian pemuda ahli kubur itu menjawab dengan nada pelan juga.

"Hai Imam Ghazali. Demi Allah, bantulah keterasinganku. Mudah-mudahan Allah memberikan jalan keluar bagiku dari siksa ini melaluimu, Siksaan yang sangat pedih ini."

Setelah berbicara demikian, pemuda itu menangis sesenggukan. Lalu Imam Ghazali bertanya lagi,

"Coba kamu ceritakan. Aku ingin mengetahuinya."

Mendapat pertanyaan dari Imam Ghazali, pemuda itu menghentikan tangisnya. kemudian mulailah ia menceritakan apa yang terjadi. Ia berkata bahwa ketika ia masih hidup, pernah meninggalkan wudhu ketika akan melaksanakan shalat.

"Aku pernah tidak wudhu ketika akan shalat subuh, karena aku takut kedinginan," kata pemuda itu.

Mendengar cerita dari pemuda itu, Imam Ghazali sedih sekali, karena itulah ia bertanya,

"Apa hubungannya antara siksaan yang kamu terima yang begitu dahsyat dengan kamu tidak berwudhu ketika shalat subuh?"

Pemuda itu menjelaskan dengan terbata-bata sambil menangis, "Akibat aku tidak wudhu itulah aku disiksa dan dalam kuburku ini aku dihadang oleh serigala yang menakutkan sekali. Keadaanku semakin bertambah buruk."

Begitulah beritanya kawan.

Seorang muslim yang shalat tanpa wudhu sekali saja sudah sangat dahsyat siksaannya, apalagi yang tidak shalat... Mari kita berwudhu terlebih dahulu sebelum melaksanakan shalat.

Subhanallah.....

Semoga ALLAH senantiasa membimbing kita dan menguatkan iman dan ketakwaan islam kepada diri kita sehingga kita bisa istiqomah dalam melaksanakan shalat 5 waktu. Aamiin.

Sumber: Strawberry

Mintalah Pendapat Pada Hati Anda


Setiap orang memiliki cermin di dalam diri, itulah hati nurani. Perkataan hati nurani adalah kejujuran. Anjurannya adalah kebaikan. Kecenderungannya adalah pada kebenaran, sifatnya adalah kasih sayang. Ia akan tenang bila kita berbuat baik dan gelisah bila kita berbuat dosa. Bila ia bersih dan sehat maka ia akan menjadi juru bicara Tuhan di dalam diri kita. Bila ia bening dan berkilat maka ia akan menangkap wajah Tuhan. Hanya sayangnya kita sering mencampakkan nurani kita sendiri bahkan membunuhnya dengan perilaku-perilaku kita.

Curang hanya demi serupiah (nilai uang) keuntungan, bohong hanya untuk kesenangan sesaat, kikir padahal harta melimpah, dengki terhadap kebahagian orang lain, menolak kebenaran karena sebuah gengsi (pengaruh; harga diri; martabat). Akibatnya nurani kita tertutup dan mati sehingga tidak dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Seorang sahabat Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam yang bernama Wabishah radhiallahu’anhu datang dengan menyimpan pertanyaan di dalam hatinya tentang bagaimanakah cara membedakan antara kebajikan dan dosa. Sebelum Wabishah bertanya, cermin hati Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam telah menangkap isi hatinya.

”Wahai Wabishah, mau aku jawab langsung atau engkau utarakan pertanyaanmu terlebih dahulu?”

Wabishah menjawab, ”Jawab langsung saja, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, ”Engkau datang untuk bertanya bagaimana membedakan antara kebajikan dan dosa.” Wabishah berkata, “Benar.”

Beliau, shalallahu ‘alaihi wasallam merapatkan jari-jarinya dan menempelkannya pada dada Wabishah, seraya bersabda,

“Mintalah pendapat pada hatimu dan mintalah pendapat pada jiwamu, wahai Wabishah. Sesuatu itu adalah kebaikan bila ia membuat hati tenteram, membuat jiwa tenteram, sedangkan dosa membuat kegelisah dalam hati dan kegoncangan dalam dada.(Mintalah pendapat pada hatimu dan mintalah pendapat pada jiwamu), meskipun orang-orang telah memberikan pendapat mereka kepadamu tentang hal itu.” ( HR.Al-Darimi dari Wabishah radhiallahu ‘anhu)

Namun bagi sebahagian orang yang banyak berbuat dosa dan maksiat akan sulit sekali mendapatkan pertimbangan hati. Karena hatinya sudahnya tertutup oleh tumpukan dosa, sehingga sulit membedakan mana yang benar dan mana yang salah dan tidak ada lagi rasa malu atau perasaan tidak enak ketika melakukan suatu perbuatan berdosa. Hati, mata, dan telinganya sudah ditutup. Makanya orang tersebut sering sekali melakukan dosa, misalnya berdusta/berbohong dan akan terus dilakukannya tanpa ada perasaan bersalah/berdosa lagi.

Sekarang ini cobalah kita tanyakan dengan jujur pada diri kita sendiri, pada posisi mana kita berada saat ini. Apakah kita termasuk orang yang merasa ”tidak nyaman” ketika kita mau melakukan perbuatan dosa? Atau kita tidak merasakan ketidaknyamanan itu lagi? Kalau iya, kita masih merasakan ketidaknyamanan, kegelisahan ketika kita mau melakukan suatu perbuatan dosa, maka bersyukurlah, itu berarti hati nurani kita masih hidup dan pertahankan serta tingkatkanlah, ketakwaan, keimanan dan kedekatan kita kepada Allah.

Namun jika ternyata kita temukan diri kita, sudah tidak pernah merasakan rasa bersalah, gelisah, saat kita mau dan sudah melakukan perbuatan dosa, maka segera bertobatlah, karena jangan-jangan kita sudah terlalu lama berada dalam kelompok orang-orang yang tidak malu melakukan dosa, atau merasa biasa-biasa saja ketika melakukan suatu perbuatan dosa yang kita anggap sebagai dosa kecil, misalnya berdusta? Tanyakan dengan jujur pada diri kita masing-masing, dan hanya kita sendiri yang bisa menjawabnya.

“Wahai Tuhan yang membolak-balikkan hati, tetapkan hatiku untuk senantiasa berpegang pada agama-Mu.” (HR Muslim, Tirmidzi dan Ibnu Majah)

SUBHANALLAH...

Semoga ALLAH Senantiasa membimbing kita selalu dalam keadaan istiqomah untuk taat dan bertakwa kepada ALLAH dan selalu dalam keimanan, dan mudah2n ALLAH memberikan kita ganjaran yang lebih baik berupa surga dunia maupun surga akhirat kelak. Aamiin

Sumber: Kaligrafi 

Manusia Bisa Lebih Mulia Dibanding Malaikat, atau Lebih Hina dari Hewan



Perlu disampaikan terlebih dahulu, pengetahuan kita tentang malaikat, khususnya umat Islam, berpedoman kepada informasi yang disampaikan dalam Al-Qur’an dan hadits, karena keduanya memang berasal dari Allah yang Maha Tahu, Al-Qur’an adalah wahyu dengan redaksi kalimat yang sepenuhnya berasal dari Allah, sedangkan hadits adalah wahyu yang redaksi kalimatnya berasal dari Rasulullah, namun keduanya adalah wahyu juga (dengan catatan hadits yang dimaksud memang berasal dari ucapan Rasulullah). Sebagai seorang Muslim, kita tidak mengetahui tentang malaikat diluar jalur tersebut. Mungkin saja ada yang mengenal malaikat melalui kontak langsung misalnya Lia Aminuddin yang mengaku nabi dan menikah dengan malaikat Jibril, atau juga banyak orang yang menyatakan diri sebagai wali atau orang sakti karena mengaku telah bertemu malaikat, namun baiknya hal tersebut kita abaikan saja.

Informasi Al-Qur’an dan hadits menyatakan malaikat diciptakan Allah dengan desain sebagai makhluk yang dimuliakan :

Dan mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak", Maha Suci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang dimuliakan, (Al-Anbiyaa': 26)

Bentuk kalimat ‘makhluk yang dimuliakan’ adalah kalimat pasif, artinya kemuliaan malaikat bukan merupakan hasil dari tindakan bebas mereka untuk menjadi mulia, tapi karena memang sudah ‘dicetak’ seperti itu.

Penjelasan Al-Qur’an yang lain tentang sosok malaikat misalnya : Malaikat selalu mentaati perintah Allah dan tidak pernah bermaksiat kepada-Nya (QS 21:27), menjalankan kewajiban yang penting seperti menyangga ‘arsy (QS 69:17) mengatur urusan yang terkait kehidupan manusia (QS 79:5), mengambil nyawa manusia dan makhluk hidup lain (QS 7:37), sebagai pengawas dan pencatat perbuatan manusia (QS 82:10-12). Semua penjelasan tersebut menunjukkan malaikat berfungsi sebagai ‘instrument’ yang melengkapi kehidupan manusia, sebagai ‘perpanjang-tangan’ Allah dalam interaksi-Nya dengan manusia.

Malaikat tidak mempunya nafsu, Al-Qur’an menceritakan bahwa mereka tidak memiliki nafsu untuk makan dan minum melalui kisah kedatangan mereka kepada nabi Ibrahim dan menolak makanan yang disodorkan beliau (QS 11:69-70). Dalam suatu pernyataannya Ali bin Abi Thalib menyatakan :“Tidak ada kelelahan dan kelalaian di dalam diri mereka, serta tidak pula ada penentangan … Rasa kantuk tidak pernah terlihat pada wajah-wajah mereka, dan akal mereka tidak akan pernah berada dalam kekuasaan hawa nafsu dan kelalaian. Badan mereka tidak pernah diselimuti oleh rasa lelah, dan mereka pun tidak pernah berada dalam sulbi seorang ayah dan rahim seorang ibu.”

Dengan demikian maka malaikat juga tidak pernah melakukan jihad karena inti dari jihad adalah pengorbanan harta dan nyawa. Ketika Allah menugaskan para malaikat membantu kaum muslimin dalam perang Badar (QS 33:9), hal tersebut tidak bisa diartikan malaikat ikut berjihad, karena mereka tidak akan pernah mati dan bahkan tidak akan capek dan lelah, apalagi harus kehilangan harta pada saat itu. Berbeda dengan manusia, akibat dari desain mereka yang bisa melakukan pengorbanan maka manusia memiliki konsep jihad yang bisa mereka pilih untuk dilakukan.

Malaikat juga bukan berjenis kelamin laki-laki ataupun perempuan. Al-Qur’an mencela kaum musyrik Makkah ketika mereka menyatakan malaikat berjenis kelamin perempuan :

"Dan mereka menjadikan malaikat-malaikat yang mereka itu adalah hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah sebagai orang-orang perempuan. Apakah mereka menyaksikan penciptaan malaika-malaikat itu? Kelak akan dituliskan persaksian mereka dan mereka akan dimintai pertanggung-jawaban." (Az-Zhukhruf:19)

Sebaliknya, sekalipun dalam beberapa kasus, malaikat menampakkan diri sebagai sosok laki-laki, namun tidak ada nash yang menyatakan malaikat berjenis kelamin laki-laki. Karena itu bisa dikatakan malaikat juga tidak memiliki nafsu seksual. Al-Qur’an juga menyatakan bahwa malaikat tidak memiliki kebebasan untuk memilih, berinsiatif dan keinginan, semata-mata hanya menjalankan perintah :

"mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya." (Al-Anbiyaa 27-28)

Berdasarkan dalil Al-Qur’an dan hadist diatas, kita bisa memberikan gambaran bahwa sosok malaikat adalah makhluk yang diciptakan Allah semata-mata untuk beribadah, tidak memiliki kehendak dan keinginan pribadi, hanya bergerak dalam perbuatan-perbuatan mulia karena memang telah dimuliakan oleh Allah. Sebaliknya, kesempurnaan manusia terletak kepada kehendak bebas yang telah ditanamkan Allah dalam desain manusia, Allah menyatakan ;

"dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya." (Asy-Syams 7-10)

Ketika manusia menjadi mulia, maka kemuliaannya merupakan hasil dari pilihannya sendiri, jelas ini berbeda dengan kemuliaan malaikat yang telah ditetapkan untuk dimuliakan Allah. Kita menjadi mulia diatas banyaknya alternatif untuk tidak menjadi mulia, hal ini tentu saja berbeda ‘bobotnya’ kalau kemuliaan tersebut kita dapatkan karena tidak ada alternatif lain dan memang menjadi satu-satunya pilihan.

Manusia yang mampu memuliakan diri mereka dikatakan Al-Qur’an dengan sebutan ‘khairul bariyyah’ :

inna alladziina aamanuu wa'amiluu alshshaalihaati ulaa-ika hum khayru albariyyati

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk." (Al-Bayyinah 7)

Dalam ayat ini Allah tidak menyebut manusia yang beriman dan mengerjakan amal saleh dengan kata ‘al-khalqa’ seperti halnya ketika Dia menyebut manusia pada ayat lain, misalnya QS 10:4 , QS 10:34, QS 27:74 yang diartikan sebagai : ciptaan. Pada Al-Bayyinah 7 manusia diistilahkan dengan ‘al-bariyyah’ yang berasal dari akar kata ‘ba-ra-alif’ yang menurunkan kata dalam bahasa Arab yang diartikan bebas, berlepas diri (QS 43:26) , dan (QS 54:43), maka istilah ‘sebaik-baiknya makhluk’ tersebut mempunyai nuansa bahwa kebaikan tersebut berasal dari pilihan bebas yag sudah ditanamkan Allah dalam diri manusia. Sebaliknya pada ayat sebelumnya Allah juga menyebut istilah ‘syarrul bariyyah’ – seburuk-buruknya makhluk untuk manusia yang ingkar, artinya keburukan tersebut muncul dari pilihan manusia itu sendiri. 

Pemahaman dari pemakaian kata ini juga bisa diartikan bahwa kebaikan dan keburukan manusia tersebut merupakan kondisi ‘yang paling’ diantara seluruh makhluk ciptaan, bahwa manusia yang beriman dan beramal saleh merupakan makhluk yang terbaik diantara semua makhluk, termasuk malaikat, sebaliknya bagi mereka yang ingkar akan menjelma menjadi makhluk terburuk termasuk dibandingkan dengan binatang sekalipun (QS 7:179). Ibnu katsir dalam kitab tafsirnya menyatakan :”Abu Hurairah dan sejumlah ulama telah menjadikan surat Al-bayyinah 7 ini sebagai dalil pengutamaan orang-orang mukmin atas para malaikat”.(Tafsir Ibu Katsir jilid 8, hal 518) 

Beberapa tahun lalu kita mendapatkan berita dari media massa tentang penduduk suatu desa yang menemukan seorang bayi yang baru lahir tergeletak menangis dikebun terpencil, sekujur tubuhnya dikerubuti semut karena masih terbalur dengan air ketuban, bayi tersebut ternyata dibuang ibunya yang malu karena melahirkan anak haram diluar nikah. Bayangkan.., bahkan Iblis-pun tidak akan sanggup membuang anaknya dengan cara demikian. Pada peristiwa lain seperti diceritakan oleh Ahmad Deedat dalam suatu ceramahnya, beliau mengisahkan kejadian terjangan badai pada suatu kota dipinggir laut di Afrika Selatan. Dalam kondisi darurat tersebut para penduduk melihat seekor anjing sedang berjuang melawan maut karena terseret ombak besar. Mereka lalu berusaha menolong anjing dengan berpegangan tangan, mempertaruhkan nyawa mereka agar bisa menjangkau anjing yang terseret ketengah laut tersebut. Bayangkan lagi…, bahkan malaikat-pun tidak akan mau melakukan hal seperti itu. 

‘Kebanggaan’ Allah terhadap kesempurnaan manusia tergambar dalam ayat Al-Qur'an ini : 

"sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." (At-Tiin: 4) 

Manusia bisa memuliakan diri mereka melebihi malaikat, dan juga menghinakan diri lebih rendah dari binatang, sebab manusia telah di desain Allah dengan tingkat kesempurnaan yang melebihi dari makhluk manapun. 

Kisah Abu Qilabah: Orang Saleh yang Buta dan Lumpuh



Abu Ibrahim bercerita:

Suatu ketika, aku jalan-jalan di padang pasir dan tersesat tidak bisa pulang. Di sana kutemukan sebuah kemah lawas… kuperhatikan kemah tersebut, dan ternyata di dalamnya ada seorang tua yg duduk di atas tanah dengan sangat tenang…

Ternyata orang ini kedua tangannya buntung… matanya buta… dan sebatang kara tanpa sanak saudara. Kulihat bibirnya komat-kamit mengucapkan beberapa kalimat..

Aku mendekat untuk mendengar ucapannya, dan ternyata ia mengulang-ulang kalimat berikut:

الحَمْدُ لله الَّذِي فَضَّلَنِي عَلَى كَثِيْرٍ مِمَّنْ خَلَقَ تَفْضِيْلاً .. الحَمْدُ للهِ الَّذِي فَضَّلَنِي عَلَى كَثِيْرٍ مِمَّنْ خَلَق تَفْضِيْلاً ..

Segala puji bagi Allah yg melebihkanku di atas banyak manusia… Segala puji bagi Allah yg melebihkanku di atas banyak manusia…

Aku heran mendengar ucapannya, lalu kuperhatikan keadaannya lebih jauh… ternyata sebagian besar panca inderanya tak berfungsi… kedua tangannya buntung… matanya buta… dan ia tidak memiliki apa-apa bagi dirinya…

Kuperhatikan kondisinya sambil mencari adakah ia memiliki anak yg mengurusinya? atau isteri yang menemaninya? ternyata tak ada seorang pun…

Aku beranjak mendekatinya, dan ia merasakan kehadiranku… ia lalu bertanya: “Siapa? siapa?”

“Assalaamu’alaikum… aku seorang yang tersesat dan mendapatkan kemah ini” jawabku, “Tapi kamu sendiri siapa?” Tanyaku.

“Mengapa kau tinggal seorang diri di tempat ini? Di mana isterimu, anakmu, dan kerabatmu? Lanjutku.

“Aku seorang yang sakit… semua orang meninggalkanku, dan kebanyakan keluargaku telah meninggal…” Jawabnya.

“Namun kudengar kau mengulang-ulang perkataan: “Segala puji bagi Allah yg melebihkanku di atas banyak manusia…!! Demi Allah, apa kelebihan yang diberikan-Nya kepadamu, sedangkan engkau buta, faqir, buntung kedua tangannya, dan sebatang kara…?!?” Ucapku.

“Aku akan menceritakannya kepadamu… tapi aku punya satu permintaan kepadamu, maukah kamu mengabulkannya?” Tanyanya.

“Jawab dulu pertanyaanku, baru aku akan mengabulkan permintaanmu.” Kataku.

“Engkau telah melihat sendiri betapa banyak cobaan Allah atasku, akan tetapi segala puji bagi Allah yang melebihkanku di atas banyak manusia… bukankah Allah memberiku akal sehat, yang dengannya aku bisa memahami dan berfikir…?

“Betul.” jawabku. Lalu katanya, “Berapa banyak orang yang gila?”

“Banyak juga.” jawabku. “Maka segala puji bagi Allah yang melebihkanku di atas banyak manusia.” Jawabnya.

“Bukankah Allah memberiku pendengaran, yang dengannya aku bisa mendengar adzan, memahami ucapan, dan mengetahui apa yang terjadi di sekelilingku?” tanyanya.

“Iya benar.” Jawabku. “Maka segala puji bagi Allah yang melebihkanku di atas orang banyak tersebut.” Jawabnya.

“Betapa banyak orang yang tuli tak mendengar…?” Katanya.

“Banyak juga…” Jawabku. “Maka segala puji bagi Allah yg melebihkanku di atas orang banyak tersebut.” Katanya.

“Bukankah Allah memberiku lisan yg dengannya aku bisa berdzikir dan menjelaskan keinginanku?” Tanyanya.

“Iya benar” jawabku. “Lantas berapa banyak orang yg bisu tidak bisa bicara?” Tanyanya.

“Wah, banyak itu.” Jawabku. “Maka segala puji bagi Allah yg melebihkanku di atas orang banyak tersebut.”  Jawabnya.

“Bukankah Allah telah menjadikanku seorang muslim yang menyembah-Nya… mengharap pahala dari-Nya… dan bersabar atas musibahku?” Tanyanya.

“Iya benar.” Jawabku. Lalu katanya, “Padahal berapa banyak orang yg menyembah berhala, salib, dan sebagainya dan mereka juga sakit? Mereka merugi di dunia dan akhirat…!!”

“Banyak sekali.” Jawabku. “Maka segala puji bagi Allah yang melebihkanku di atas orang banyak tersebut.” Katanya.

Pak tua terus menyebut kenikmatan Allah atas dirinya satu-persatu… dan aku semakin takjub dengan kekuatan imannya. Ia begitu mantap keyakinannya dan begitu rela terhadap pemberian Allah…

Betapa banyak pesakitan selain beliau, yg musibahnya tidak sampai seperempat dari musibah beliau… mereka ada yg lumpuh, ada yg kehilangan penglihatan dan pendengaran, ada juga yg kehilangan organ tubuhnya… tapi bila dibandingkan dengan orang ini, maka mereka tergolong ‘sehat’. Pun demikian, mereka meronta-ronta, mengeluh, dan menangis sejadi-jadinya… mereka amat tidak sabar dan tipis keimanannya terhadap balasan Allah atas musibah yg menimpa mereka, padahal pahala tersebut demikian besar…

Aku pun menyelami fikiranku makin jauh… hingga akhirnya khayalanku terputus saat pak tua mengatakan:

“Hmmm, bolehkah kusebutkan permintaanku sekarang… maukah kamu mengabulkannya?”

“Iya.. apa permintaanmu?” Kataku.

Maka ia menundukkan kepalanya sejenak seraya menahan tangis.. ia berkata: “Tidak ada lagi yang tersisa dari keluargaku melainkan seorang bocah berumur 14 tahun… dia lah yang memberiku makan dan minum, serta mewudhukan aku dan mengurusi segala keperluanku… sejak tadi malam ia keluar mencari makanan untukku dan belum kembali hingga kini. Aku tak tahu apakah ia masih hidup dan diharapkan kepulangannya, ataukah telah tiada dan kulupakan saja… dan kamu tahu sendiri keadaanku yang tua renta dan buta, yang tidak bisa mencarinya…”

Maka kutanya ciri-ciri anak tersebut dan ia menyebutkannya, maka aku berjanji akan mencarikan bocah tersebut untuknya…

Aku pun meninggalkannya dan tak tahu bagaimana mencari bocah tersebut… aku tak tahu harus memulai dari arah mana…

Namun tatkala aku berjalan dan bertanya-tanya kepada orang sekitar tentang si bocah, nampaklah olehku dari kejauhan sebuah bukit kecil yang tak jauh letaknya dari kemah si pak tua.

Di atas bukit tersebut ada sekawanan burung gagak yg mengerumuni sesuatu… maka segeralah terbetik di benakku bahwa burung tersebut tidak lah berkerumun kecuali pada bangkai, atau sisa makanan.

Aku pun mendaki bukit tersebut dan mendatangi kawanan gagak tadi hingga mereka berhamburan terbang.

Tatkala kudatangi lokasi tersebut, ternyata si bocah telah tewas dengan badan terpotong-potong… rupanya seekor serigala telah menerkamnya dan memakan sebagian dari tubuhnya, lalu meninggalkan sisanya untuk burung-burung…

Aku lebih sedih memikirkan nasib pak tua dari pada nasib si bocah…

Aku pun turun dari bukit… dan melangkahkan kakiku dengan berat menahan kesedihan yang mendalam…

Haruskah kutinggalkan pak Tua menghadapi nasibnya sendirian… ataukah kudatangi dia dan kukabarkan nasib anaknya kepadanya?

Aku berjalan menujuk kemah pak Tua… aku bingung harus mengatakan apa dan mulai dari mana?

Lalu terlintaslah di benakku akan kisah Nabi Ayyu ‘alaihissalaam… maka kutemui pak Tua itu dan ia masih dalam kondisi yang memprihatinkan seperti saat kutinggalkan. Kuucapkan salam kepadanya, dan pak Tua yang malang ini demikian rindu ingin melihat anaknya… ia mendahuluiku dengan bertanya: “Di mana si bocah?”

Namun kataku, “Jawablah terlebih dahulu… siapakah yang lebih dicintai Allah: engkau atau Ayyub ‘alaihissalaam?”

“Tentu Ayyub ‘alaihissalaam lebih dicintai Allah” jawabnya.

“Lantas siapakah di antara kalian yg lebih berat ujiannya?” tanyaku kembali.

“Tentu Ayyub…” jawabnya.

“Kalau begitu, berharaplah pahala dari Allah karena aku mendapati anakmu telah tewas di lereng gunung… ia diterkam oleh serigala dan dikoyak-koyak tubuhnya…” jawabku.

Maka pak Tua pun tersedak-sedak seraya berkata, “Laa ilaaha illallaaah…” dan aku berusaha meringankan musibahnya dan menyabarkannya… namun sedakannya semakin keras hingga aku mulai menalqinkan kalimat syahadat kepadanya… hingga akhirnya ia meninggal dunia.

Ia wafat di hadapanku, lalu kututupi jasadnya dengan selimut yg ada di bawahnya… lalu aku keluar untuk mencari orang yang membantuku mengurus jenazahnya…

Maka kudapati ada tiga orang yg mengendarai unta mereka… nampaknya mereka adalah para musafir, maka kupanggil mereka dan mereka datang menghampiriku…

Kukatakan, “Maukah kalian menerima pahala yang Allah giring kepada kalian? Di sini ada seorang muslim yang wafat dan dia tidak punya siapa-siapa yg mengurusinya… maukah kalian menolongku memandikan, mengafani dan menguburkannya?”

“Iya..” Jawab mereka.

Mereka pun masuk ke dalam kemah menghampiri mayat pak Tua untuk memindahkannya… namun ketika mereka menyingkap wajahnya, mereka saling berteriak, “Abu Qilabah… Abu Qilabah…!!”

Ternyata Abu Qilabah adalah salah seorang ulama mereka, akan tetapi waktu silih berganti dan ia dirundung berbagai musibah hingga menyendiri dari masyarakat dalam sebuah kemah lusuh…

Kami pun menunaikan kewajiban kami atasnya dan menguburkannya, kemudian aku kembali bersama mereka ke Madinah…

Malamnya aku bermimpi melihat Abu Qilabah dengan penampilan indah… ia mengenakan gamis putih dengan badan yang sempurna… ia berjalan-jalan di tanah yang hijau… maka aku bertanya kepadanya:

“Hai Abu Qilabah… apa yg menjadikanmu seperti yang kulihat ini?”

Maka jawabnya: “Allah telah memasukkanku ke dalam Jannah, dan dikatakan kepadaku di dalamnya:

( سلام عليكم بما صبرتم فنعم عقبى الدار )

Salam sejahtera atasmu sebagai balasan atas kesabaranmu… maka (inilah Surga) sebaik-baik tempat kembali

Kisah ini diriwayatkan oleh Al Imam Ibnu Hibban dalam kitabnya: “Ats Tsiqaat” dengan penyesuaian.

Diterjemahkan oleh Abu Hudzaifah Al Atsary dari kitab: ‘Aasyiqun fi Ghurfatil ‘amaliyyaat, oleh Syaikh Muh. Al Arify.

Sumber: basweidan.com

Keajaiban Dibalik Penciptaan Nyamuk


Nyamuk, seekor makhluk yang lemah, namun menakjubkan. Ketika membuat perumpamaan seekor nyamuk, Allah SWT hendak menjelaskan kepada manusia bahwa makhluk kecil ini agung dalam penciptaannya yang mengangungkan Penciptanya.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan : "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?." Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Baqoroh: 26)

Proses perkembangan nyamuk merupakan peristiwa yang paling menakjubkan, mulai dari larva mungil melalui sejumlah fase perkembangan yang berbeda hingga pada akhirnya menjadi nyamuk dewasa. Nyamuk betina menaruh telurnya yang diberi makan berupa darah agar dapat tumbuh dan berkembang, pada dedaunan lembab atau kolam-kolam yang tak berair di musim panas atau gugur.

Sebelumnya, nyamuk betina ini menjelajahi wilayah yang ada dengan sangat teliti menggunakan reseptornya yang sangat peka yang terdapat pada perutnya. Setelah menemukan tempat yang cocok, nyamuk meletakkan telur-telurnya. Telur yang mempunyai ukuran panjang kurang dari satu milimeter ini diletakkan secara teratur hingga membentuk suatu barisan teratur

Beberapa spesies nyamuk meletakkan telur-telurnya sedemikian rupa sehingga menyerupai sampan. Beberapa koloni telur ini ada yang terdiri dari 300 buah telur. Telur-telur nyamuk yang berwarna putih kemudian berubah warna menjadi semakin gelap dan dalam beberapa jam menjadi hitam legam. Warna gelap ini berfungsi untuk melindungi telur-telur tersebut agar tidak terlihat oleh serangga maupun burung pemangsa. Sejumlah larva-larva yang lain juga berubah warna menyesuaikan dengan warna tempat di mana mereka berada. Hal ini berfungsi sebagai kamuflase agar tidak mudah terlihat oleh pemangsa.


Larva-larva ini berubah warna melalui berbagai proses kimia yang terjadi pada tubuhnya. Tidak diragukan lagi, bahwa telur, larva maupun nyamuk betina bukanlah yang menciptakan ataupun yang mengendalikan berbagai proses kimia yang mengakibatkan perubahan warna tersebut seiring dengan perjalanan metamorfosis nyamuk. Mustahil pula jika system yang rumit ini terjadi dengan sendirinya. Jadi, nyamuk telah diciptakan secara lengkap beserta dengan sistem perkembangannya sejak pertama kali ia ada. Pencipta yang Maha Sempurna ini adalah Allah SWT.

Ketika priode inkubasi telur telah berlalu, para larva lalu keluar dari telur-telur mereka dalam waktu yang hampir bersamaan. Larva atau jentik nyamuk yang makan terus-menerus ini tumbuh sangat cepat hingga pada akhirnya kulit yang membungkus tubuhnya menjadi sangat ketat dan sempit.

Hal ini tidak memungkinkan tubuhnya untuk tumbuh membesar lagi. Ini pertanda bahwa mereka harus berganti kulit. Pada tahap ini, kulit nyamuk yang keras dan rapuh akan dengan mudah pecah dan mengelupas. Para larva tersebut mengalami dua kali pergantian kulit sebelum menyelesaikan periode hidup mereka sebagai larva.


Jentik nyamuk mendapatkan makanan dengan cara yang menakjubkan. Mereka membuat pusaran air kecil dalam air dengan menggunakan bagian tubuh mereka yang ditumbuhi bulu sehingga mirip kipas. Kisaran air tersebut menyebabkan bakteri dan mikroorganisme lainnya tersedot dan masuk ke dalam mulut larva nyamuk

Proses pernapasan jentik nyamuk yang posisinya terbalik dibawah permukaan air terjadi melalui sebuah pipa udara yang mirip dengan snorkel, yaitu pipa pernapasan yang digunakan olah para penyelam. Tubuh jentik mengeluarkan cairan kental hingga mencegah masuknya air untuk memasuki lubang tempat berlangsungnya pernapasan. Sungguh system pernapasan yang canggih ini tidak mungkin dibuat oleh jentik nyamuk itu sendiri. Ini tidak lain bukti kekuasaan Allah dan kasih sayang-Nya pada makhluk yang mungil ini agar dapat bernapas dengan mudah

Pada tahap larva terjadi pergantian kulit sekali lagi. Pada saat ini, larva berpindah menuju bagian akhir dari perkembangan mereka yakni tahap kepompong atau pupa stage. Ketika kulit kepompon sudah terasa sempit dan ketat, ini pertanda bagi larva untuk keluar dari kepompongnya

Selama masa perubahan ini, larva nyamuk menghadapi tantangan yang membahayakan jiwanya, yakni masuknya air yang dapat menyumbat saluran pernapasan. Hal ini dikarenakan lubang pernapasannya yang dihubungkan dengan pipa udara dan menyembul di atas permukaan air akan segera ditutup. Jadi, setelah penutupan dan seterusnya, pernapasan tidak lagi melalui lubang tersebut, akan tetapi melalui dua pipa yang baru terbentuk di bagian depan nyamuk muda. Tidak mengherankan jika kedua pipa ini muncul ke permukaan air sebelum pergantian kulit terjadi, yakni sebelum nyamuk keluar meninggalkan kepompong.

Nyamuk yang berada di dalam kepompong kini telah menjadi dewasa dan siap untuk keluar dan terbang. Binatang ini telah dilengkapi dengan seluruh organnya seperti antenna, kaki, dada, sayap, abdomen, dan matanya yang besar

Kemunculan nyamuk dari kepompong diawali dengan robeknya kulit kepompong di bagian atas. Resiko terbesar pada tahap ini adalah masuknya air ke dalam kepompong. Untungnya bagian atas kepompong yang sobek tersebut dilapisi oleh cairan kental khusus yang berfungsi untuk melindungi kepala nyamuk yang baru lahir ini dari bersinggungan dengan air. Masa-masa ini sangatlah kritis, sebab tiupan angin yang pelan sekalipun dapat menyebabkan timbulnya kematian jika nyamuk muda tersebut jatuh ke dalam air. Nyamuk muda ini harus keluar dari kepomponya dan memanjat ke atas permukaan air dengan kaki-kakinya sekedar menyentuh permukaan air

Jika makhluk kecil seperti nyamuk menyimpan keajaiban ciptaan Allah yang begitu besar, bagaimana dengan makhluknya yang lebih besar yang lebih sering kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari. Wallahu allam

Anggapan banyak orang bahwa nyamuk adalah menghisap dan pemakan darah, tidaklah sepenuhnya benar. Hanya nyamuk betina yang menghisap darah, dan bukan yang jantan. Nyamuk betina menghisap darah bukan untuk kebutuhan makan mereka. Sebab baik nyamuk jantan maupun betina, keduanya hidup dengan memakan nektar dan sari buah

Satu-satunya alasan mengapa nyamuk betina yang menghisap darah adalah, karena darah mengandung protein yang dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan telur nyamuk. Dengan kata lain, nyamuk betina menghisap darah untuk mempertahankan kelangsungan hidup spesiesnya.

Fakta Nyamuk:
  1. Seekor betina.
  2. Memiliki 100 mata di kepalanya.
  3. Memiliki 48 gigi di mulutnya.
  4. Mempunyai 3 jantung di perutnya lengkap dengan bagian-bagiannya.
  5. Memiliki 6 pisau di belalainya dan masing masing mempunyai fungsi yang berbeda.
  6. Memiliki 3 sayap pada setiap sisinya.
  7. Nyamuk dilengkapi dengan alat pendeteksi panas yang bekerja seperti infra merah yang berfungsi memantulkan warna kulit manusia pada kegelapan menjadi warna ungu, hingga terlihat olehnya.
  8. Dilengkapi dengan alat pembius yang membantu dari bahaya jarumnya agar manusia tidak merasakannya. Apapun yang terasa seperti gigitan adalah hasil dari hisapan darah.
  9. Nyamuk dilengkapi dengan alat penyeleksi darah hingga ia tidak menyedot sembarang darah.
  10. Nyamuk dilengkapi dengan alat untuk mengalirkan darah hingga darah bisa mengalir lewat belalainya yang sangat lembut dan kecil.
  11. Dan yang lebih mengherankan lagi dari semua ini adalah, bahwa ilmu pengetahuan modern telah mengungkapkan fakta bahwa diatas punggung nyamuk hidup serangga yang sangat kecil yang tidak Nampak kecuali dengan mikroskop. Ini adalah salah satu bukti kebenaran dari firman Allah SWT: “Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan dari nyamuk atau yang lebih rendah dari itu.”
Sumber: kaskus