Minggu, 24 Mei 2015
TERJEMAHAN DOA NISFU SYA’BAN
Ini adalah terjemahan bebas dari doa nisfu Sya’ban yang masyhur teriwayatkan. Doa ini sudah meliputi keselamatan kita di akhirat dan kemudahan hidup di dunia. Ini boleh dibaca saat Sya’ban, saat Ramadhan, saat bulan-bulan yang lain juga tidak apa-apa.
Ya Allah pemilik (semuanya) baik anugerah dan yang tidak dianugerahi, wahai yang memiliki kebesaran dan kemuliaan, wahai yang memiliki karunia dan kenikmatan, tiada Tuhan kecuali Engkau. Engkaulah tempat berlindung, tempat memohon pertolongan dan pengaman bagi orang yang ketakutan
Ya Allah, jika Engkau telah menulis di dalam Ummil Kitab nasib kami sebagai orang yang sengsara, atau yang diharamkan mendapatkan kenikmatan, atau yang ditolak, atau yang disempitkan rizkinya, maka demi kemuliaanMu ya Allah, hapuskanlah kesengsaraan kami, keterhalangan kami dari nikmat, ketertolakan dan kesempitan rizki kami. Dan tetapkanlah di dalam Ummil Kitab yang ada di sisiMu, kami sebagai orang yang bahagia, mendapat rizki, mendapat taufik untuk melakukan kebaikan.
Sesungguhnya Engkau telah berfirman, dengan firanMu yanghak di dalam kitabMu yang diturunkan kepada Nabi utusanMu, “Allah (berkuasa untuk) menghapus dan menetapkan yang dikehendakiNya dan di sisiNya Ummul Kitab”. Ya Allah, dengan tajalliMu yang Maha Agung pada malam nisfu Sya’ban yang mulia ini, yang di dalamnya dipisahkan dan dikukuhkan seluruh persoalan penting, kami mohon agar dihindarkan dari malapetaka yang kami ketahui atau yang tidak kami ketahui dan Engkau Maha Mengetahui, sesungguhnya Engkau Maha Luhur dan Maha Mulia.
Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya. Segala puji bagiMu ya Allah, Tuhan pemelihara alam.
Aamiin
Ini adalah terjemahan bebas dari doa nisfu Sya’ban yang masyhur teriwayatkan. Doa ini sudah meliputi keselamatan kita di akhirat dan kemudahan hidup di dunia. Ini boleh dibaca saat Sya’ban, saat Ramadhan, saat bulan-bulan yang lain juga tidak apa-apa.
Ya Allah pemilik (semuanya) baik anugerah dan yang tidak dianugerahi, wahai yang memiliki kebesaran dan kemuliaan, wahai yang memiliki karunia dan kenikmatan, tiada Tuhan kecuali Engkau. Engkaulah tempat berlindung, tempat memohon pertolongan dan pengaman bagi orang yang ketakutan
Ya Allah, jika Engkau telah menulis di dalam Ummil Kitab nasib kami sebagai orang yang sengsara, atau yang diharamkan mendapatkan kenikmatan, atau yang ditolak, atau yang disempitkan rizkinya, maka demi kemuliaanMu ya Allah, hapuskanlah kesengsaraan kami, keterhalangan kami dari nikmat, ketertolakan dan kesempitan rizki kami. Dan tetapkanlah di dalam Ummil Kitab yang ada di sisiMu, kami sebagai orang yang bahagia, mendapat rizki, mendapat taufik untuk melakukan kebaikan.
Sesungguhnya Engkau telah berfirman, dengan firanMu yanghak di dalam kitabMu yang diturunkan kepada Nabi utusanMu, “Allah (berkuasa untuk) menghapus dan menetapkan yang dikehendakiNya dan di sisiNya Ummul Kitab”. Ya Allah, dengan tajalliMu yang Maha Agung pada malam nisfu Sya’ban yang mulia ini, yang di dalamnya dipisahkan dan dikukuhkan seluruh persoalan penting, kami mohon agar dihindarkan dari malapetaka yang kami ketahui atau yang tidak kami ketahui dan Engkau Maha Mengetahui, sesungguhnya Engkau Maha Luhur dan Maha Mulia.
Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya. Segala puji bagiMu ya Allah, Tuhan pemelihara alam.
Aamiin
Pernyataan Ali bin Abi Thalib tentang mut'ah dalam kitab Syi'ah
JAKARTA (Arrahmah.com) – Membaca pernyataan Ali bin Abi Thalib radhiAllahu ‘anhu dari kitab-kitab Sunni, itu hal biasa. Namun, kali ini kita akan membahas perkara mut’ah langsung dinukil dari titah imam syiah yang dianggap maksum dalam kitab kaum sesat itu, sebagaimana dikutip Arrahmah dari Hakekat.com, Rabu (6/5/2015).
Bagi syiah, Ali adalah sosok imam maksum, suci tanpa cela. Titahnya harus ditaati, mengingat posisinya sebagai imam di mata syiah, yang meyakini bahwa imam adalah penerus dari kenabian. Sedangkan posisi Ali adalah imam pertama setelah Nabi wafat, yang konon dilantik sendiri oleh Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam.
Bagi syiah, Ali-lah orangnya yang ditunjuk untuk menjadi penerus misi kenabian, beserta sebelas orang anak cucunya. Menjadi penerus kenabian artinya meneruskan lagi misi kenabian, yaitu menyampaikan risalah Allah pada manusia di bumi. Tentunya ketika menyampaikan misinya tidak berbohong dan tidak keliru, karena para imam –menurut syiah- adalah maksum, terjaga dari salah dan lupa, maka tidak mungkin keliru dalam menyampaikan amanat risalah, juga tidak mungkin berbohong ketika menyampaikan hadits Nabi.
Salah satu hal aksiomatis (pasti benar, red.) dalam mazhab syiah adalah nikah mut’ah, seperti dinyatakan oleh Al Hurr Al Amili dalam Wasa’ilu Syi’ah jilid 21 hal 13. Al Amili mengatakan, “Bolehnya nikah mut’ah adalah perkara aksiomatis dalam mazhab syiah”.
Ternyata, bukan Al Hurr Al Amili sendirian yang menganggap bolehnya nikah mut’ah adalah hal aksiomatis dalam mazhab syiah, Al Majlisi juga menyatakan demikian, “Beberapa hal yang termasuk perkara aksiomatis dalam agama syi’ah, kata Majlisi, adalah menghalalkan mut’ah, haji tamattu’ dan memusuhi Abubakar, Umar, Utsman dan Muawiyah.” Bisa dilihat dalam Al I’tiqad hal 90-91.
Yang disebut aksiomatis adalah hal penting yang harus diyakini oleh penganut syiah. Begitulah penganut syiah di masa lalu, hari ini dan sampai akhir nanti akan terus meyakini bolehnya nikah mut’ah. Sesuatu bisa menjadi aksiomatis dalam syiah mestinya karena sudah digariskan oleh para imam syiah yang 12, yang menjadi rujukan syiah selama ini dalam penetapan hukum, paling tidak itulah pengakuan syiah selama ini, yaitu mereka merujuk pada penjelasan para imam. Apalagi imam pertama mereka setelah Nabi yaitu Ali bin Abi Thalib, menantu Nabi yang – lagi-lagi menurut syiah- paling mengetahui ajaran Islam dibanding sahabat lain.
Demikian pula syiah di Indonesia, mereka meyakini bolehnya mut’ah, dan menyebarkan hal itu pada penganut syiah. Hingga akhirnya praktek mut’ah marak di mana-mana, dengan keyakinan bahwa mut’ah adalah ajaran keluarga Nabi yang boleh dikerjakan. Di sini pelaku mut’ah mendapatkan tiga kenikmatan, yang pertama kenikmatan melakukan “ajaran” keluarga Nabi, yang pasti mendapatkan pahala dengan melakukannya, yang kedua, kenikmatan hubungan seksual, melampiaskan hasrat yang telah digariskan Allah pada manusia. Sementara yang ketiga, bisa berganti-ganti pasangan, karena mut’ah adalah praktek pembolehan hubungan seksual antara laki-laki dan wanita untuk sementara waktu (tanpa harus repot mengadakan akad nikah sesuai syari’at Islam).
Ahlussunnah menganggap nikah mut’ah adalah haram sampai hari kiamat, meskipun pada beberapa saat (sebelum Perang Khaibar) pernah dibolehkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Pengharaman ini berdasarkan keterangan dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam sendiri yang mengharamkannya. Beberapa tahun kemudian Umar radhiAllahu ‘anhumenyampaikan pengharaman tersebut pada para sahabat Nabi ketika menjabat khalifah. Namun syi’ah selalu menghujat ahlussunnah yang dalam hal ini mengikuti sabda Nabi, dan menuduh Umar lah yang mengharamkan nikah mut’ah, bukan Nabi. Artinya di sini Umar telah mengharamkan perbuatan yang halal dilakukan. Dan hujatan-hujatan lainnya, yang intinya adalah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah mengharamkan mut’ah, karena yang mengharamkan adalah Umar mengapa kita mengikuti Umar dan meninggalkan apa yang dihalalkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam? Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya.
Namun ada yang janggal di sini, ternyata Ali malah dengan tegas meriwayatkan sabda Nabi tentang haramnya nikah mut’ah. Riwayat ini tercantum dalam kitab Tahdzibul Ahkam karya At Thusi pada jilid 7 halaman 251, dengan sanadnya dari:
Muhammad bin Yahya, dari Abu Ja’far dari Abul Jauza’ dari Husein bin Alwan dari Amr bin Khalid dari Zaid bin Ali dari ayahnya dari kakeknya dari Ali [Alaihissalam] bersabda, “Rasulullah mengharamkan pada perang Khaibar daging keledai jinak dan nikah mut’ah.”
Bagaimana perawinya? Kita lihat bersama dari literatur syiah sendiri:
- Muhammad bin Yahya: dia adalah tsiqah, An Najasyi mengatakan dalam kitabnya [no 946]: guru mazhab kami di jamannya, dia adalah tsiqah [terpercaya].
- Abu Ja’far, tsiqah [terpercaya] lihat Al Mufid min Mu’jam Rijalil Hadits.
- Abul Jauza’, namanya adalah Munabbih bin Abdullah At Taimi , haditsnya Shahih lihat Al Mufid min Mu’jam Rijalil Hadits.
- Husein bin Alwan, tsiqah [terpercaya], lihat Faiqul Maqal, Khatimatul Mustadrak, dan Al Mufid min Mu’jam Rijalul Hadits.
- Amr bin Khalid Al Wasithi: tsiqah, lihat Mu’jam Rijalil Hadits, Mustadrakat Ilmi Rijalil Hadits.
- Zaid bin Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, salah satu ahlul bait Nabi, jelas tsiqah.
Di sini Ali mendengar sendiri sabda Nabi dan menyampaikannya kepada Ummat.
Menghadapi riwayat ini mungkin kita bingung, ternyata bukan anda saja yang bingung, penulis pun ikut kebingungan karena dua hal:
Pertama, bagaimana ulama syiah dan ustadz syiah tidak menyampaikan hal ini pada umatnya? Hingga umatnya dengan suka ria melakukan mut’ah yang memang mengasyikkan. Kita mempertanyakan apakah mereka tidak membaca riwayat ini? Ataukah mereka membacanya tetapi tidak menjelaskan pada umat tentang kenyataan ini? Atau kenyataan ini tidak sesuai dengan kepentingan mereka, karena tidak dipungkiri lagi bahwa bolehnya nikah mut’ah membuka kesempatan bagi syiah guna menghilangkan kebosanan dan menambah variasi dalam hubungan seksual. Ketika orang hanya berhubungan dengan istrinya, maka bukan tidak mungkin suami bosan dengan istrinya, dan dengan mut’ah suami bisa mencari variasi dengan pasangan yang berbeda, baik dengan daun-daun muda, maupun janda-janda muda yang kesepian. Dan hubungan ini tidak mengakibatkan konsekuensi apa pun, kecuali kesepakatan tentang uang jasa dan jangka waktu mut’ah. Bisakan kita percaya para ustadz syiah dan santri-santri muda syiah belum membaca riwayat ini?
Penulis teringat ayat Al Qur’an, yang terjemahnya sebagai berikut:
Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dila’nati Allah dan dila’nati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat mela’nati, (QS. 2:159)
Kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. 2:160)
Kedua, ketika para ulama syiah menghadapi hadits shahih dari Nabi maupun imam yang tidak sesuai dengan mazhab syiah, mereka mengatakan bahwa Nabi atau imam mengatakan hadits itu dalam kondisi taqiyah, artinya yang disabdakan tidaklah benar adanya. Misalnya hadits ini, ketika ulama syiah tidak mampu menolak hadits ini karena sanadnya yang shahih, maka mereka mengatakan bahwa hadits ini disabdakan dalam kondisi taqiyah. Maksudnya adalah Nabi sebenarnya tidak mensabdakan hadits ini tetapi Ali bertaqiyah hingga menyebutkan hadits ini. Astaghfirullah.
Al Hurr Al Amili dalam Wasa’il menyatakan,
“Syaikh [At Thusi] dan [ulama] lainnya menafsirkan riwayat ini sebagai taqiyyah, karena bolehnya nikah mut’ah adalah perkara aksiomatis dalam mazhab syiah”
Kita perlu mempertanyakan mengapa sabda Ali tidak sesuai dengan ajaran syiah, itu dianggap sebagai taqiyah. Tetapi kita ketahui bahwa taqiyah tidak mungkin dilakukan tanpa sebab, yaitu ketakutan. Lalu apa yang Imam Ali takutkan hingga bertaqiyah dalam masalah ini? Apakah kita mempertanyakan kembali sifat pemberani Ali bin Abi Thalib karena di sini digambarkan takut untuk menyampaikan kebenaran? Ini logika paradoks kaum syiah yang sesat dan menyesatkan.
Juga kita mempertanyakan sumber informasi Syaikh At Thusi dan ulama syiah lainnya hingga mereka tahu bahwa imam Ali bertaqiyah ketika meriwayatan sabda Nabi itu. Jika tidak ada informasi yang valid apakah kita mengatakan bahwa ulama syiah hanya mengira-ngira saja, tanpa berdasari informasi yang valid. Hanya dengan satu alasan, yaitu menyelisihi hal yang aksiomatis dalam mazhab lalu begitu saja sabda imam bisa divonis taqiyah.
Satu lagi konsekuensi berat bagi ulama syiah yang menyatakan bahwa Ali bertaqiyah dalam hadits itu, berarti Ali mengarang-ngarang hadits Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, padahal Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah mengucapkannya. Karena pernyataan Ali di atas adalah riwayat, bukan pendapat Ali sendiri, tapi menceritakan sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam. Perbuatan ini dikenal dalam istilah hadits dengan “berdusta atas nama Nabi”. Sedangkan perbuatan berdusta atas nama Nabi adalah perbuatan dosa besar, Kitab Tafsir Surat Al Hamd karya Muhammad Baqir Al Hakim –ulama syiah Irak- pada hal. 40 memuat sebuah riwayat yang panjang dari Ali, yang dinukil dari Wasa’ilu Syi’ah –karya Al Hurr Al Amili-, dalam riwayat itu Ali menukil sabda Nabi:
“Siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja hendaknya menyiapkan tempatnya di neraka.”
Hadits ini juga dinukil oleh As Shaduq dalam Al I’tiqadat hal 119-120, juga tercantum dalam Al Ihtijaj jilid 1 hal 394.
Apakah Ali mengarang hadits Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam hingga harus bersiap-siap masuk neraka? Atau Ali mendengar sabda Nabi dan menyampaikannya sesuai yang didengarnya? Saya tidak percaya Ali berdusta atas nama Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, juga mestinya syiah –yang percaya Ali adalah maksum- tidak percaya bahwa Ali telah berdusta.
Maka jelaslah Ali mengikuti sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, bahwa nikah mut’ah adalah haram dilakukan saat ini, meskipun pernah dihalalkan oleh Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam dalam beberapa kondisi, yaitu dalam kondisi perang. Tetapi syiah saat ini menghalalkan mut’ah dalam segala kondisi, tidak hanya ketika kondisi perang. Ini bedanya nikah mut’ah yang pernah dibolehkan pada jaman Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam (sebelum Perang Khaibar) dan mut’ah yang menjadi sebuah aksioma dalam mazhab syi’ah hari ini.
Dengan ini muncul keraguan dan pertanyaan tentang hubungan mazhab syi’ah hari ini dengan Ali bin Abi Thalib. Rupanya memang tidak semua omongan orang sesuai dengan kenyataan. Contohnya syi’ah yang selalu mengaku mengikuti Ali, tetapi kenyataannya sungguh berbeda. Ternyata hal aksiomatis dalam mazhab syi’ah berbeda dengan ajaran Ali bin Abi Thalib.
Dengan demikian, penulis mengingatkan para pembaca tentang kenikmatan Jannah beserta bidadari-bidadari yang menyambut penghuninya, beserta isteri-isteri surgawi. Tentunya kenikmatan “Jannah” lebih menggairahkan dibanding kenikmatan dunia. Allah berfirman dalam surat Yasin yang terjemahnya sebagai berikut:
Sesungguhnya penghuni jannah pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). (QS. 36:55)
Mereka dan isteri-isteri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertekan di atas dipan-dipan. (QS. 36:56)
Ayat di atas menceritakan penghuni Jannah bersenang-senang dalam kesibukan bersama isteri mereka. Kira-kira apa kesibukan penghuni Jannah hingga membuat mereka gembira, yang dilakukan bersama istri di atas dipan? Pembaca pasti tahu jawabnya!
(adibahasan/arrahmah.com)
TOPIK: MUT'AH, ULAMA SYIAH BERBOHONG
Hikmah yang terkuak dari duduk lama di antara dua sujud
By Dana Anwari.
Duduk di antara dua sujud dengan menduduki kedua tumit serta menekuk semua jari kaki ternyata menyehatkan. Salah satunya adalah dapat mencegah penyakit diabetes, prostat dan hernia. Masih ingatkah dengan hadis Nabi Muhammad saw yang diriwayatkan dalam Kitab Shahih Muslim (491): Dari Thawus, katanya, “Kami bertanya kepada Ibnu Abbas mengenai hukum duduk di atas kedua tumit. Jawab Ibnu Abbas: ‘Hukumnya sunat.” Kata kami: ‘Kami lihat janggal orang duduk seperti itu.’ Jawab Ibnu Abbas: ‘Tetapi, begitulah sunnah Nabi saw’.” Madyo Wratsongko dalam bukunya berjudul Mukjizat Gerakan Shalat menuliskan: Duduk di antara dua sujud (disebutnya sebagai duduk perkasa), di mana kedua belah kaki, seluruh jari-jari kakinya ditekuk, akan dapat menyeimbangkan sistem elektrik dan saraf keseimbangan tubuh. Duduk di antara dua sujud juga dapat memperbaiki dan menjaga kelenturan saraf keperkasaan yang banyak terdapat pada bagian paha dalam, cekungan lutut, cekungan betis, sampai ke ibu jari kaki. Menurut ahli pijat getar saraf dan senam ergonomik ini, kelenturan saraf keperkasaan ini dapat mencegah penyakit diabetes, sulit buang air kecil, prostate, dan hernia. Duduk di antara dua sujud ini terdapat bacaan ampunan dosa. Dan ini bukan bacaan kebetulan, kenapa? Rahasianya adalah, tulis Madyo Wratsongko dalam buku terbitan Qultum Media, di cekungan mata kaki dalam dan luar banyak terdapat ujung saraf yang merupakan tombol tekuk untuk membuang endapan listrik negative dari organ tubuh kita: jantung, paru-paru, hati, limpa, perut, alat vital, otak, atau kepala yang mengarah ke ujung-ujung jari. Sayangnya, lanjut Drs. Madyo, dalam melakukan gerakan duduk di antara dua sujud, kita jarang lama dan benar sehingga titik getar tersebut tidak bekerja dengan baik untuk mengeluarkan endapan listrik negative yang menyebabkan penyakit atau daya tahan tubuh kita berkurang. Jarang yang kuat dipijat pada cekungan mata kaki ini. Padahal, di sinilah letak ampunan dosa tersebut berupa keluarnya endapan listrik negative dari dalam tubuh kita.
shalatdoasempurna.blogspot.com
Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ
Duduk di antara dua sujud dengan menduduki kedua tumit serta menekuk semua jari kaki ternyata menyehatkan. Salah satunya adalah dapat mencegah penyakit diabetes, prostat dan hernia. Masih ingatkah dengan hadis Nabi Muhammad saw yang diriwayatkan dalam Kitab Shahih Muslim (491): Dari Thawus, katanya, “Kami bertanya kepada Ibnu Abbas mengenai hukum duduk di atas kedua tumit. Jawab Ibnu Abbas: ‘Hukumnya sunat.” Kata kami: ‘Kami lihat janggal orang duduk seperti itu.’ Jawab Ibnu Abbas: ‘Tetapi, begitulah sunnah Nabi saw’.” Madyo Wratsongko dalam bukunya berjudul Mukjizat Gerakan Shalat menuliskan: Duduk di antara dua sujud (disebutnya sebagai duduk perkasa), di mana kedua belah kaki, seluruh jari-jari kakinya ditekuk, akan dapat menyeimbangkan sistem elektrik dan saraf keseimbangan tubuh. Duduk di antara dua sujud juga dapat memperbaiki dan menjaga kelenturan saraf keperkasaan yang banyak terdapat pada bagian paha dalam, cekungan lutut, cekungan betis, sampai ke ibu jari kaki. Menurut ahli pijat getar saraf dan senam ergonomik ini, kelenturan saraf keperkasaan ini dapat mencegah penyakit diabetes, sulit buang air kecil, prostate, dan hernia. Duduk di antara dua sujud ini terdapat bacaan ampunan dosa. Dan ini bukan bacaan kebetulan, kenapa? Rahasianya adalah, tulis Madyo Wratsongko dalam buku terbitan Qultum Media, di cekungan mata kaki dalam dan luar banyak terdapat ujung saraf yang merupakan tombol tekuk untuk membuang endapan listrik negative dari organ tubuh kita: jantung, paru-paru, hati, limpa, perut, alat vital, otak, atau kepala yang mengarah ke ujung-ujung jari. Sayangnya, lanjut Drs. Madyo, dalam melakukan gerakan duduk di antara dua sujud, kita jarang lama dan benar sehingga titik getar tersebut tidak bekerja dengan baik untuk mengeluarkan endapan listrik negative yang menyebabkan penyakit atau daya tahan tubuh kita berkurang. Jarang yang kuat dipijat pada cekungan mata kaki ini. Padahal, di sinilah letak ampunan dosa tersebut berupa keluarnya endapan listrik negative dari dalam tubuh kita.
shalatdoasempurna.blogspot.com
Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ
Doa Iftitah:
Allaahu akbar.. (Allah Maha Besar)
Kabiiraa (lagi Maha Sempurna kebesaranNya)
Wal hamdu lillaahi... (Segala puji bagi Allah)
Katsiraa (dengan pujian yang sebanyak2nya)
Wasubhaanallahi.. (Dan Maha Suci Allah)
Bukrataw..(sepanjang pagi)
Wa ashiila (dan petang)
Inni wajjahtu..(Kuhadapkan wajahku) Wajhiya.. (dan hatiku)
Lilladzi fatharas samaawaati.. (Kepada Dzat yang menciptakan langit)
Wal ardha (dan bumi).
Haniifam.. (Dengan lurus)
Muslimaw.. (dan dengan menyerahkan diri)
Wamaa ana.. (Dan aku bukanlah) m
Minal musyrikiin (dari golongan orang musyrik)
Inna shalaatii... (Sesungguhnya sholatku)
Wanusukii... (dan ibadahku) Wamahyaaya...(dan hidupku)
Wamamaati...(dan matiku)
Lillahi.. (Untuk Allah)
Rabbil 'aalamiin (Tuhan Semesta Alam)
Laa syarika lahuu... (Tidak ada sekutu bagiNya)
Wa bidzaalika umirtu... (dan dengan demikianlah aku diperintahkan)
Wa ana... (Dan aku)
Minal uslimin. (dari golongan orang muslim)
Kabiiraa (lagi Maha Sempurna kebesaranNya)
Wal hamdu lillaahi... (Segala puji bagi Allah)
Katsiraa (dengan pujian yang sebanyak2nya)
Wasubhaanallahi.. (Dan Maha Suci Allah)
Bukrataw..(sepanjang pagi)
Wa ashiila (dan petang)
Inni wajjahtu..(Kuhadapkan wajahku) Wajhiya.. (dan hatiku)
Lilladzi fatharas samaawaati.. (Kepada Dzat yang menciptakan langit)
Wal ardha (dan bumi).
Haniifam.. (Dengan lurus)
Muslimaw.. (dan dengan menyerahkan diri)
Wamaa ana.. (Dan aku bukanlah) m
Minal musyrikiin (dari golongan orang musyrik)
Inna shalaatii... (Sesungguhnya sholatku)
Wanusukii... (dan ibadahku) Wamahyaaya...(dan hidupku)
Wamamaati...(dan matiku)
Lillahi.. (Untuk Allah)
Rabbil 'aalamiin (Tuhan Semesta Alam)
Laa syarika lahuu... (Tidak ada sekutu bagiNya)
Wa bidzaalika umirtu... (dan dengan demikianlah aku diperintahkan)
Wa ana... (Dan aku)
Minal uslimin. (dari golongan orang muslim)
Doa Nabi Sulaiman AS
Do'a Nabi Sulaiman ‘alaihis salam
رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ
“Ya Rabbku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada ibu bapakku, dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.”(QS. An-Naml [27]:
Aamiin
http://www.arrahmah.com/rubrik/doa-nabi-sulaiman-alaihis-salam.html#sthash.RjUITbGj.dpuf
Nasihat Rakyat kepada Pemimpinn
Abu Nu'am mengeluarkan dari Muhammad bin Suqah, dia berkata, "Aku menemui Nu'aim bin Abu Hindun, yang kemudian dia mengeluarkan selembar kertas, yang di atasnya tertulis:
"Dari Abu Ubaidah bin Al-Jarrah dan Mu'adz bin Jabal, kepada Umar bin Al-Khaththab. Kesejahteraan semoga dilirnpahkan kepadamu. Amma ba'd.
Kami nasihatkan kepadamu, sehubungan dengan tugasmu yang amat penting ini. Kini engkau sudah menjadi pemimpin ummat ini, apa pun warna kulitnya. Di hadapanmu akan duduk orang yang mulia dan yang hina, musuh dan teman. Masing-masing harus engkau perlakukan secara adil. Maka pikirkan kedudukanmu dalam hal ini wahai Umar. Kami ingin mengingatkan kepadamu tentang suatu hari yang pada saat itu wajah-wahaj manusia akan mengisut, wajah mengering dan hujjah-hujjah akan terputus karena ada hujjah Sang Penguasa yang memaksa mereka dengan kekuasaan-Nya. Semua makhluk akan dihimpun di hadapan-Nya, mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan siksa-Nya.
Kami juga ingin memberitahukan bahwa keadaan umat ini akan muncul kembali pada akhir zaman, yang boleh jadi mereka akan menjadi saudara di luarnya saja, padahal mereka adalah musuh dalam selimut. Kami berlindung kepada Allah agar surat kami ini tiba di tanganmu bukan di suatu tempat seperti yang turun pada hati kami. Kami perlu menulis surat ini sekedar untuk memberikan nasihat kepadamu. wassalamu alaika."
(Al-Hilyah, 1:238, Ibnu Abi Syaibah juga mengeluarkannya, seperti yang disebutkan di dalam Al-Kanzu, 8:209, Ath-Thabrany seperti di dalam Al-Majma', 5:214, dan menurutnya, rijalnya tsiqat).
Di Sini Anak Bisa Menikahi Ibu, Ayah Bisa Menikahi Anak
TRIBUNNEWS.COM
Bagi masyarakat umum, kawin dengan saudara kandung merupakan sebuah pantangan, dan bahkan tidak bisa ditoleransi.
Namun, hal itu tidak berlaku bagi suku Polahi di pedalamanGorontalo.
Mereka hingga saat ini justru hanya kawin dengan sesama saudara mereka.
"Tidak ada pilihan lain. Kalau di kampung banyak orang, di sini hanya kami. Jadi kawin saja dengan saudara," ujar Mama Tanio, salah satu perempuan Suku Polahi yang ditemui di Hutan Humohulo, Pegunungan Boliyohuto, Kecamatan Paguyaman, Kabupaten Boalemo, minggu lalu.
Suku Polahi merupakan suku yang masih hidup di pedalaman hutan Gorontalo dengan beberapa kebiasaan yang primitif.
Mereka tidak mengenal agama dan pendidikan, serta cenderung tidak mau hidup bersosialisasi dengan warga lainnya.
Perkawinan Sedarah
Walau beberapa keluarga Polahi sudah mulai membangun tempat tinggal tetap, tetapi kebiasaan nomaden mereka masih ada.
Polahi akan berpindah tempat, jika salah satu dari keluarga mereka meninggal.
Nah, salah satu kebiasaan yang hingga sekarang masih terus dipertahankan oleh suku Polahi adalah kawin dengan keluarga sendiri yang masih satu darah.
Hal biasa bagi mereka ketika seorang ayah mengawini anak perempuannya sendiri, begitu juga seorang anak laki-laki kawin dengan ibunya.
Kondisi ini diakui oleh satu keluarga Polahi yang ditemui di hutan Humohulo.
Kepala sukunya, Baba Manio, meninggal dunia sebulan lalu.
Memperistri Adik Sendiri
Walau beberapa keluarga Polahi sudah mulai membangun tempat tinggal tetap, tetapi kebiasaan nomaden mereka masih ada.
Polahi akan berpindah tempat, jika salah satu dari keluarga mereka meninggal.
Nah, salah satu kebiasaan yang hingga sekarang masih terus dipertahankan oleh suku Polahi adalah kawin dengan keluarga sendiri yang masih satu darah.
Hal biasa bagi mereka ketika seorang ayah mengawini anak perempuannya sendiri, begitu juga seorang anak laki-laki kawin dengan ibunya.
Kondisi ini diakui oleh satu keluarga Polahi yang ditemui di hutan Humohulo.
Kepala sukunya, Baba Manio, meninggal dunia sebulan lalu.
Memperistri Adik Sendiri
Memang belum ada penelitian yang bisa mengungkapkan akibat dari perkawinan satu darah yang terjadi selama ini diSuku Polahi.
Namun, dibandingkan dengan suku-suku pedalaman lainnya di Indonesia, mungkin hanya Polahi yang mempunyai kebiasaan primitif tersebut.
Sebuah ironi yang masih saja terjadi di belahan bumi Indonesia ini.
http://www.tribunnews.com/regional/2013/05/09/di-sini-anak-bisa-menikahi-ibu-ayah-bisa-menikahi-anak?page=4
Sholat Mencegah Perbuatan Keji Dan Mungkar
Ada seorang lelaki yang merayu-rayu seorang wanita agar mau melakukan zina dengannya. Segala jurus tipu daya ia lakukan untuk meruntuhkan keteguhan iman sang wanita. Memang, lelaki itu ganteng sekali, ditambah lagi ia sangat kaya dikampungnya. Tentu saja tidak sedikit wanita yang menaruh hati padanya. Bagaimana dengan wanita yang dirayunya itu ?
Wanita tersebut sebetulnya sudah bersuami. Ia adalah seorang istri yang taat kepada suaminya. Suaminya sendiri adalahdikatakan sang wanita.
"aku akan mau berbuat zina denganmu sebagaimana yang selalu engkau katakan kepadaku dalam rayuan-rayuanmu selama ini !" mendengar kesediaan wanita itu, lelaki tersebut langsung berseri-seri wajahnya. Pikirnya, apapun yang dikehendaki wanita ini akan ia penuhi asalkan ia mau berzina bersamanya. Sungguh ia tak dapat menahan keinginannya melihat kecantikan dan keelokan tubuh wanita tersebut yang indah.
"apapun akan kupenuhi demi kamu. Seandainya engkau punya permintaan, katakan. Apakah kamu butuh uang atau apa saja. Pendeknya, aku akan memenuhi apa saja yang engkau inginkan dariku ".
" baiklah, aku tak meminta uang atau materi apa pun. Permintaanku sederhana dan mudah saja." dengan rasa tak sabar yang terbaca dari air mukanya, laki-laki-laki itu terus mendesak siwanita agar ia mengutarakan persyaratan yang ia kehendaki.
" ayo, katakan apa saja, aku pasti akan memenuhinya".
" sebelum kita sama-sama melakukan perbuatan itu, aku minta agar kamu mau melakukan sholat berjamaah bersama suamiku. Tidak banyak, hanya empat puluh subuh saja secara terus menerus. Tidak boleh terputus." mengetahui cuma itu permintaan siwanita, maka dengan bersemangat si laki-laki tersebut menyatakan kesangggupannya.
Demikianlah kisahnya. Mulai sejak ia berjanji, maka sholat subuhlah ia sebagaimana permintaan itu. Hingga pada sholat subuh yang keempat puluh berlangsung, yakni setelah janji itu terpenuhi, maka si wanita telah bersiap-siap untuk memenuhi janjinya. Rupanya, si laki-laki-laki telah bertekun karena keinginan hatinya, demikian pikir si wanita.
Pergilah si wanita menemui laki-laki tersebut. Begitu mereka bertemu, apa yang terjadi ? Ter seorang yang taat pula. Perihal rayuan lelaki itu ia adukan kepada suaminya.
"wahai suamiku, lelaki kaya yang tinggal disebelah sana itu seringkali menggoda aku. Ia tinggal masih sekampung dengan kita. Tiap kali ia berpapasan denganku, atau kebetulan saja bertemu dengannya, pasti saja ia merayu-rayu aku agar mau berbuat zina dengannya. Ia terus-menerus melakukan hal itu padaku. Apa yang harus aku perbuat, suamiku ?" sang suami menanggapi istrinya dengan tenang-tenang saja. " katakan kepada laki-laki itu bahwa engkau akan mau menuruti godaannya, yaitu berzina dengannya. Cuma, dia mesti memenuhi satu persyaratan dahulu".
Dengan patuh istrinya kemudian mendengarkan terus apa yang dikatakan oleh suami tercintanya. Setelah itu pergilah ia menemui laki-laki yang sering mengganggunya itu.
Begitu mengetahui siwanita yang selalu diincarnya datang mencarinya, bukan main gembira perasaannya. Hatinya berbunga-bunga. Akhirnya kesampaian juga apa yang menjadi keinginannya selama ini kepada wanita cantik itu. Dengan penuh ketidaksabaran ia menantikan apa yang akan nyata kejadian menjadi terbalik. Si wanita mencoba merayu-rayu si laki-laki itu untuk memenuhi keinginannya. Namun apa jawab laki-laki itu ?
"aku kini sudah bertaubat kepada allah swt, wahai perempuan ! Aku tidak mau lagi melakukan perbuatan terkutuk seperti itu !" mendengar cerita sang istri, perihal jawaban si laki-laki yang tempo hari menggodanya, sang suami wanita itu memanjatkan doa` kepada allah swt . "maha benar allah swt ! Firman-nya adalah benar. Bahwa sholat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar."
https://plus.google.com/+AfifahZahidahAini/posts/gihxoEd1jZP
Wanita tersebut sebetulnya sudah bersuami. Ia adalah seorang istri yang taat kepada suaminya. Suaminya sendiri adalahdikatakan sang wanita.
"aku akan mau berbuat zina denganmu sebagaimana yang selalu engkau katakan kepadaku dalam rayuan-rayuanmu selama ini !" mendengar kesediaan wanita itu, lelaki tersebut langsung berseri-seri wajahnya. Pikirnya, apapun yang dikehendaki wanita ini akan ia penuhi asalkan ia mau berzina bersamanya. Sungguh ia tak dapat menahan keinginannya melihat kecantikan dan keelokan tubuh wanita tersebut yang indah.
"apapun akan kupenuhi demi kamu. Seandainya engkau punya permintaan, katakan. Apakah kamu butuh uang atau apa saja. Pendeknya, aku akan memenuhi apa saja yang engkau inginkan dariku ".
" baiklah, aku tak meminta uang atau materi apa pun. Permintaanku sederhana dan mudah saja." dengan rasa tak sabar yang terbaca dari air mukanya, laki-laki-laki itu terus mendesak siwanita agar ia mengutarakan persyaratan yang ia kehendaki.
" ayo, katakan apa saja, aku pasti akan memenuhinya".
" sebelum kita sama-sama melakukan perbuatan itu, aku minta agar kamu mau melakukan sholat berjamaah bersama suamiku. Tidak banyak, hanya empat puluh subuh saja secara terus menerus. Tidak boleh terputus." mengetahui cuma itu permintaan siwanita, maka dengan bersemangat si laki-laki tersebut menyatakan kesangggupannya.
Demikianlah kisahnya. Mulai sejak ia berjanji, maka sholat subuhlah ia sebagaimana permintaan itu. Hingga pada sholat subuh yang keempat puluh berlangsung, yakni setelah janji itu terpenuhi, maka si wanita telah bersiap-siap untuk memenuhi janjinya. Rupanya, si laki-laki-laki telah bertekun karena keinginan hatinya, demikian pikir si wanita.
Pergilah si wanita menemui laki-laki tersebut. Begitu mereka bertemu, apa yang terjadi ? Ter seorang yang taat pula. Perihal rayuan lelaki itu ia adukan kepada suaminya.
"wahai suamiku, lelaki kaya yang tinggal disebelah sana itu seringkali menggoda aku. Ia tinggal masih sekampung dengan kita. Tiap kali ia berpapasan denganku, atau kebetulan saja bertemu dengannya, pasti saja ia merayu-rayu aku agar mau berbuat zina dengannya. Ia terus-menerus melakukan hal itu padaku. Apa yang harus aku perbuat, suamiku ?" sang suami menanggapi istrinya dengan tenang-tenang saja. " katakan kepada laki-laki itu bahwa engkau akan mau menuruti godaannya, yaitu berzina dengannya. Cuma, dia mesti memenuhi satu persyaratan dahulu".
Dengan patuh istrinya kemudian mendengarkan terus apa yang dikatakan oleh suami tercintanya. Setelah itu pergilah ia menemui laki-laki yang sering mengganggunya itu.
Begitu mengetahui siwanita yang selalu diincarnya datang mencarinya, bukan main gembira perasaannya. Hatinya berbunga-bunga. Akhirnya kesampaian juga apa yang menjadi keinginannya selama ini kepada wanita cantik itu. Dengan penuh ketidaksabaran ia menantikan apa yang akan nyata kejadian menjadi terbalik. Si wanita mencoba merayu-rayu si laki-laki itu untuk memenuhi keinginannya. Namun apa jawab laki-laki itu ?
"aku kini sudah bertaubat kepada allah swt, wahai perempuan ! Aku tidak mau lagi melakukan perbuatan terkutuk seperti itu !" mendengar cerita sang istri, perihal jawaban si laki-laki yang tempo hari menggodanya, sang suami wanita itu memanjatkan doa` kepada allah swt . "maha benar allah swt ! Firman-nya adalah benar. Bahwa sholat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar."
https://plus.google.com/+AfifahZahidahAini/posts/gihxoEd1jZP
Jantung Seorang Muadzin Mengumandangkan Adzan
Oleh : dr. Khalid bin Abdul Aziz Al-Jubair, Sp.JP
Dokter Jasim al-Haditsy seorang penasehat jantung anak di ‘Amir Sulthan Center Untuk Penyakit Jantung’ Rumah Sakit Angkatan Bersenjata Riyadh, megkisahkan kepadaku, “Salah seorang rekanku yang bisa dipercaya bercerita kepadaku, bahwa suatu malam saat ia sedang bertugas di rumah sakit , ada seorang pasien yang meninggal dunia, maka ia segera memastikan akan kematian pasien tersebut, ia meletakkan stetoskop di atas dadanya hingga ia mendengarkan suara, ‘Allahu akbar, Allahu akbar, Asyhadu alla ilaha illallah’…
Ia berkata, “Saya rasa adzan subuh”. Kemudian saya bertanya kepada perawatnya, “Jam berapa sekarang?” ia menjawab,”Jam satu malam.”
Saya tahu bahwa saat ini belum tiba saatnya adzan subuh, kemudian saya kembali meletakkan stetoskop di atas dadanya dan saya kembali mendengarkan adzan tersebut selengkapnya.
Saya bertanya kepada keluarga orang ini, tentang keadaanya semasa hidup, mereka menjelaskan, “Ia bekerja sebagai muadzin pada sebuah masjid, biasanya ia datang ke masjid seperempat jam sebelum tiba waktunya atau kadang lebih awal lagi, ia selalu mengkhatamkan Al Qur’an dalam tiga hari dan sangat menjaga lisannya dari kesalahan”.
***
Tanggal lima belas Bulan Ramadhan 1421 H, seorang jamaah shalat pingsan di Masjid saat ia mengumandangkan iqamah shalat subuh, dengan segera tiga orang dari jamaah shalat membawanya ke Rumah Sakit Angkatan Bersenjata di Riyadh.
Orang itu kemudian sadar saat mereka masih dalam perjalanan menuju rumah sakit. Sekonyong-konyong ia berdzikir seakan-akan tidak pernah terjadi apapun.
Sesampainya di instalasi gawat darurat, ia disambut oleh seorang pemeriksa jantung yang menceritakan kisah ini kepadaku, “Kami menemukan adanya peradangan mematikan yang parah sekali pada sebagian besar jantungnya”. Kondisi iu membuat kami tercengang.
Saat saya berusaha untuk membawanya ke ruang ICU, tiba-tiba saya mendengar suara tasbih dan tahlil, dan ia membisikkan sesuatu ke telinga salah seorang rekanku lalau tersenyum sambil membaca, “Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah” . Setelah itu jiwanya terbang menuju keharibaan Tuhan-nya.
Rekanku yang mendengar bisikan orang tersebut tiba-tiba menangis tersedu-sedu. Aku kaget atas kejadian ini dan segera menanyakan keadaanya. Ia berkata, “Orang ini telah membisikkan kepadaku, “Dokter! Usahlah Anda menyibukkan diri, sungguh aku akan mati, aku telah melihat surga, insyaAllah aku akan segera menuju ke sana, aku melihatnya sekarang, sungguh aku melihatnya.”
Saat orang ini ditanya tentang riwayat hidup (sisi kehidupan) orang yang telah meninggal ini, ia berkata, “Ia sangat menjaga dua perkara:
Pertama, ia dan muadzin selalu saling dahulu mendahului untuk datang ke masjid, kadang muadzin mendahuluinya dan lebih sering ia yang datang terlebih dahulu.
Kedua, ia tidak dikenal kecualii sebagai pribadi yang baik. Allah Ta’ala telah menjaganya dari perbuatan keji dan mungkar, ia tidak pernah berbohong atau menggunjing orang lain”.
Allah telah mencukupinya dan Allah telah menjaminnya. Dan sungguh kita tidak bisa memberikan rekomendasi apapun untuk siapapun di hadapan Allah.
***
Saya telah melakukan operasi penambalan pembuluh darah terhadap seorang pasien yang berada di ruang Bagian Jantung.
Sehari sebelum ia diperbolehkan untuk pulang karena menurut perhitungan kami saat itu, ia telah sembuh ia memanggil anak-anak dan istrinya, ia mengharapkan mereka segera hadir. Sesaat setelah mereka semua hadir ia berkata, “Aku akan meninggal sebentar, maka maafkanlah aku”.
Kemudian ia memanggil dokter dan para perawat yang merawatnya untuk mengucapkan terima kasih kepada mereka. Lalu ia berbaring di atas sisi kanannya seraya mengucapkan, “Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah”, ia telah menghadap Tuhan-nya.
Saya bertanya kepada anak-anaknya tentang riwayat hidup (sisi kehidupan) ayah mereka, mereka menjelaskan, “Ayah kami orang yang baik, kami tidak pernah melihatnya menggunjing, berbohong, berbuat keji, atau kemungkaran.”
***
Ketika masih duduk di bangku kuliah di Kairo,Mesir, saya mengenal seseorang yang sangat taat kepada Allah. Ia mengajarkan Al Qur’an dan membimbing penghafal Al Qur’an di komplek tempat timggalku. Selama bertahun-tahun ia tidak pernah terlambat untuk datang mnegajar pada waktunya, yaitu setelah selesai shalat Subuh hingga terbit matahari.
Suatu hari ia mengucapkan selamat tinggal kepada semua yang hadir setelah menutup pelajarannya, seakan-akan ia tidak akan mengajar kembali setelah hari itu. Hari itu juga, sebelum tiba saat Zuhur kami mendapatkan berita tentang kematiannya pada jam sepuluh pagi.
Keesokan harinya kami mendapatkan kisah kematiannya berdasarkan cerita istrinya, “Sebagaimana biasa ia pulang ke rumah jam tujuh lebih tiga puluh menit. Ia mengucapkan salam kepadaku, kemudian berkata, “Sesungguhnya saya akan mati pada jam sepuluh.” Sayapun mengiranya bercanda, lalu ia berkata, “Siapkanlah sarapan untukku.” Saya menyiapkan sarapan, lalu kami menyantapnya berdua.
Pada jam delapan tiga puluh menit ia masuk ke kamar mandi. Ia mandi agak lama, kemudian ia keluar dan memakai wewangian sebagaimana yang ia lakukan ketika hendak berangkat untuk shalat Jumat. Lalu ia memakai pakainan yang paling bagus dan membaca Al Qur’an.
Beberapa menit sebelum jam sepuluh ia berkata, “Saya akan mati pada jam sepuluh, maka maafkanlah aku, lupakanlah semua kesalahan dan kekhilafanku kepadamu.”
Saya sangat terkejut hingga tidak bisa mengucap apapun, beberapa detik sebelum jam sepuluh, ia bersiap-siap untuk tidur lalu membaca, “Asyhadu alla iaha illallah wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah” lalu ia menghadap Tuhan-nya.
***
Sekarang perkenankanlah saya menceritakan kepada Anda tentang riwayat hidup orang ini. Sungguh saya belum pernah melihatnya menggunjing orang lain, berbohong, menipu, berbicara kotor atau mungkar, sejak saya mengenalnya di komplek itu.
Ada sebuah pertanyaan yang perlu untuk dijawab, berapa banyakkah orang yang shalatnya mampu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar? Allah Ta’ala berfirman,
وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ
“dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar” (Al Ankabut:45)
Sayangnya, kadang kita masih temui orang-orang yang menggunjing orang lain padahal ia belum keluar dari masjid. Atau kadang ia menggunjing maupun berbohong padahal ia masih berada di pintu masjid setelah menunaikan shalat.
Atau pedagang yang menipu pembelinya padahal baru saja ia menunaikan shalatnya di masjid. Atau orang yang menzhalimi orang lain atau bermuamalah dengan riba padahal ia termasuk orang-orang yang biasa membaca takbiratul ihram-menunaikan shalat-.
Saudara-daudaraku! Sesungguhnya orang yang shalatnya tidak mampu mencegah dari perbuatan keji, mungkar, dan keburukan-keburukan lainnya berupa kemaksiatan dan dosa, maka hendaklah ia mengintrospeksi dirinya. Karena di situlah kekurangannya. Mungkin ia belum bisa melaksanakan shalat sebagaimana mestinya, atau ia tidak menunaikannya dengan khusyuk. Seandainya ia mampu merasakan keagungan shalat lalu mendirikannya sebagaimana mestinya, tentulah dengan izin Allah shalat itu akan mencegahnya dari perbuatan keji dan mungkar.
Saudaraku yang mulia, sebelum coba-coba menggunjing, berbohong, menipu, dan mengambil riba, ingatlah bahwa baru saja Anda menunaikan shalat di masjid, ingatlah bahwa baru saja Anda menunaikan shalat di masjid. Semoga saja cara itu akan membantu Anda untuk menahan diri, agar di hari kiamat nanti Anda tidak termasuk orang-orang yang pailit.
Sungguh, semua ini terjadi atas kehendak Allah, Dialah yang menunjukkan jalan kebenaran.
***
Dinukil dari buku Kesaksian Seorang Dokter, penerbit Darus Sunnah karya dr. Khalid bin Abdul Aziz Al Jubair, Sp.JP
Majalah Kesehatan Muslim
http://kesehatanmuslim.com/jantung-seorang-muadzin-mengumandangkan-adzan/
Dokter Jasim al-Haditsy seorang penasehat jantung anak di ‘Amir Sulthan Center Untuk Penyakit Jantung’ Rumah Sakit Angkatan Bersenjata Riyadh, megkisahkan kepadaku, “Salah seorang rekanku yang bisa dipercaya bercerita kepadaku, bahwa suatu malam saat ia sedang bertugas di rumah sakit , ada seorang pasien yang meninggal dunia, maka ia segera memastikan akan kematian pasien tersebut, ia meletakkan stetoskop di atas dadanya hingga ia mendengarkan suara, ‘Allahu akbar, Allahu akbar, Asyhadu alla ilaha illallah’…
Ia berkata, “Saya rasa adzan subuh”. Kemudian saya bertanya kepada perawatnya, “Jam berapa sekarang?” ia menjawab,”Jam satu malam.”
Saya tahu bahwa saat ini belum tiba saatnya adzan subuh, kemudian saya kembali meletakkan stetoskop di atas dadanya dan saya kembali mendengarkan adzan tersebut selengkapnya.
Saya bertanya kepada keluarga orang ini, tentang keadaanya semasa hidup, mereka menjelaskan, “Ia bekerja sebagai muadzin pada sebuah masjid, biasanya ia datang ke masjid seperempat jam sebelum tiba waktunya atau kadang lebih awal lagi, ia selalu mengkhatamkan Al Qur’an dalam tiga hari dan sangat menjaga lisannya dari kesalahan”.
***
Tanggal lima belas Bulan Ramadhan 1421 H, seorang jamaah shalat pingsan di Masjid saat ia mengumandangkan iqamah shalat subuh, dengan segera tiga orang dari jamaah shalat membawanya ke Rumah Sakit Angkatan Bersenjata di Riyadh.
Orang itu kemudian sadar saat mereka masih dalam perjalanan menuju rumah sakit. Sekonyong-konyong ia berdzikir seakan-akan tidak pernah terjadi apapun.
Sesampainya di instalasi gawat darurat, ia disambut oleh seorang pemeriksa jantung yang menceritakan kisah ini kepadaku, “Kami menemukan adanya peradangan mematikan yang parah sekali pada sebagian besar jantungnya”. Kondisi iu membuat kami tercengang.
Saat saya berusaha untuk membawanya ke ruang ICU, tiba-tiba saya mendengar suara tasbih dan tahlil, dan ia membisikkan sesuatu ke telinga salah seorang rekanku lalau tersenyum sambil membaca, “Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah” . Setelah itu jiwanya terbang menuju keharibaan Tuhan-nya.
Rekanku yang mendengar bisikan orang tersebut tiba-tiba menangis tersedu-sedu. Aku kaget atas kejadian ini dan segera menanyakan keadaanya. Ia berkata, “Orang ini telah membisikkan kepadaku, “Dokter! Usahlah Anda menyibukkan diri, sungguh aku akan mati, aku telah melihat surga, insyaAllah aku akan segera menuju ke sana, aku melihatnya sekarang, sungguh aku melihatnya.”
Saat orang ini ditanya tentang riwayat hidup (sisi kehidupan) orang yang telah meninggal ini, ia berkata, “Ia sangat menjaga dua perkara:
Pertama, ia dan muadzin selalu saling dahulu mendahului untuk datang ke masjid, kadang muadzin mendahuluinya dan lebih sering ia yang datang terlebih dahulu.
Kedua, ia tidak dikenal kecualii sebagai pribadi yang baik. Allah Ta’ala telah menjaganya dari perbuatan keji dan mungkar, ia tidak pernah berbohong atau menggunjing orang lain”.
Allah telah mencukupinya dan Allah telah menjaminnya. Dan sungguh kita tidak bisa memberikan rekomendasi apapun untuk siapapun di hadapan Allah.
***
Saya telah melakukan operasi penambalan pembuluh darah terhadap seorang pasien yang berada di ruang Bagian Jantung.
Sehari sebelum ia diperbolehkan untuk pulang karena menurut perhitungan kami saat itu, ia telah sembuh ia memanggil anak-anak dan istrinya, ia mengharapkan mereka segera hadir. Sesaat setelah mereka semua hadir ia berkata, “Aku akan meninggal sebentar, maka maafkanlah aku”.
Kemudian ia memanggil dokter dan para perawat yang merawatnya untuk mengucapkan terima kasih kepada mereka. Lalu ia berbaring di atas sisi kanannya seraya mengucapkan, “Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah”, ia telah menghadap Tuhan-nya.
Saya bertanya kepada anak-anaknya tentang riwayat hidup (sisi kehidupan) ayah mereka, mereka menjelaskan, “Ayah kami orang yang baik, kami tidak pernah melihatnya menggunjing, berbohong, berbuat keji, atau kemungkaran.”
***
Ketika masih duduk di bangku kuliah di Kairo,Mesir, saya mengenal seseorang yang sangat taat kepada Allah. Ia mengajarkan Al Qur’an dan membimbing penghafal Al Qur’an di komplek tempat timggalku. Selama bertahun-tahun ia tidak pernah terlambat untuk datang mnegajar pada waktunya, yaitu setelah selesai shalat Subuh hingga terbit matahari.
Suatu hari ia mengucapkan selamat tinggal kepada semua yang hadir setelah menutup pelajarannya, seakan-akan ia tidak akan mengajar kembali setelah hari itu. Hari itu juga, sebelum tiba saat Zuhur kami mendapatkan berita tentang kematiannya pada jam sepuluh pagi.
Keesokan harinya kami mendapatkan kisah kematiannya berdasarkan cerita istrinya, “Sebagaimana biasa ia pulang ke rumah jam tujuh lebih tiga puluh menit. Ia mengucapkan salam kepadaku, kemudian berkata, “Sesungguhnya saya akan mati pada jam sepuluh.” Sayapun mengiranya bercanda, lalu ia berkata, “Siapkanlah sarapan untukku.” Saya menyiapkan sarapan, lalu kami menyantapnya berdua.
Pada jam delapan tiga puluh menit ia masuk ke kamar mandi. Ia mandi agak lama, kemudian ia keluar dan memakai wewangian sebagaimana yang ia lakukan ketika hendak berangkat untuk shalat Jumat. Lalu ia memakai pakainan yang paling bagus dan membaca Al Qur’an.
Beberapa menit sebelum jam sepuluh ia berkata, “Saya akan mati pada jam sepuluh, maka maafkanlah aku, lupakanlah semua kesalahan dan kekhilafanku kepadamu.”
Saya sangat terkejut hingga tidak bisa mengucap apapun, beberapa detik sebelum jam sepuluh, ia bersiap-siap untuk tidur lalu membaca, “Asyhadu alla iaha illallah wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah” lalu ia menghadap Tuhan-nya.
***
Sekarang perkenankanlah saya menceritakan kepada Anda tentang riwayat hidup orang ini. Sungguh saya belum pernah melihatnya menggunjing orang lain, berbohong, menipu, berbicara kotor atau mungkar, sejak saya mengenalnya di komplek itu.
Ada sebuah pertanyaan yang perlu untuk dijawab, berapa banyakkah orang yang shalatnya mampu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar? Allah Ta’ala berfirman,
وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ
“dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar” (Al Ankabut:45)
Sayangnya, kadang kita masih temui orang-orang yang menggunjing orang lain padahal ia belum keluar dari masjid. Atau kadang ia menggunjing maupun berbohong padahal ia masih berada di pintu masjid setelah menunaikan shalat.
Atau pedagang yang menipu pembelinya padahal baru saja ia menunaikan shalatnya di masjid. Atau orang yang menzhalimi orang lain atau bermuamalah dengan riba padahal ia termasuk orang-orang yang biasa membaca takbiratul ihram-menunaikan shalat-.
Saudara-daudaraku! Sesungguhnya orang yang shalatnya tidak mampu mencegah dari perbuatan keji, mungkar, dan keburukan-keburukan lainnya berupa kemaksiatan dan dosa, maka hendaklah ia mengintrospeksi dirinya. Karena di situlah kekurangannya. Mungkin ia belum bisa melaksanakan shalat sebagaimana mestinya, atau ia tidak menunaikannya dengan khusyuk. Seandainya ia mampu merasakan keagungan shalat lalu mendirikannya sebagaimana mestinya, tentulah dengan izin Allah shalat itu akan mencegahnya dari perbuatan keji dan mungkar.
Saudaraku yang mulia, sebelum coba-coba menggunjing, berbohong, menipu, dan mengambil riba, ingatlah bahwa baru saja Anda menunaikan shalat di masjid, ingatlah bahwa baru saja Anda menunaikan shalat di masjid. Semoga saja cara itu akan membantu Anda untuk menahan diri, agar di hari kiamat nanti Anda tidak termasuk orang-orang yang pailit.
Sungguh, semua ini terjadi atas kehendak Allah, Dialah yang menunjukkan jalan kebenaran.
***
Dinukil dari buku Kesaksian Seorang Dokter, penerbit Darus Sunnah karya dr. Khalid bin Abdul Aziz Al Jubair, Sp.JP
Majalah Kesehatan Muslim
http://kesehatanmuslim.com/jantung-seorang-muadzin-mengumandangkan-adzan/
Langganan:
Postingan (Atom)