Minggu, 10 Mei 2015

LIMA perkara, yang dengannya mudah-mudahan Anda akan tersenyum …
√ Siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberikannya ganti yang lebih baik…
√ Jadilah sebagaimana yang Allah inginkan, maka hal itu akan menjadi lebih dari apa yang Anda harapkan insyaallah…
√ Barangkali saja Anda membenci sesuatu, padahal perkara itu baik buat Anda…
√ Siapa yang obsesinya adalah keridhaan Allah Ta’ala, maka Allah akan mencukupkannya…
√ Sesuai dengan kadar takutmu kepada Allah, para hamba akan segan terhadapmu. Dan sesuai dengan kadar kecintaanmu pada Allah, demikian pula para hamba akan mencintaimu… 
Artikel ini tersebar secara viral di internet (blog dan media sosial), hingga kami kesulitan untuk menyertakan tautan pertamanya.

Bayangkan, Sekecil Apa Diri Kita

KEMANA tempat terjauh yang pernah Anda kunjungi? Ketika Anda mengunjungi tempat tersebut, terasa sangat jauh mungkin. Ketika kita membayangkan jarang antara Indonesia dengan Amerika, yang ada dalam benak kita tentunya jarak yang begitu jauh membentang.
Tapi coba kita lihat besar Bumi kita dengan ciptaan Allah SWT lainnya. Ternyata tidak ada apa-apanya. Bahkan bintang yang terbesar pun hanya satu titik dibanding Galaksi, Cluster, Super Cluster, Jagad Raya.
Tapi di atas semua itu kita harus yakin bahwa Allah pencipta Semesta Alam jauh lebih besar dari semua itu. Allah Maha Besar!
Ukuran Bumi dibanding Matahari. Diameter (lebar) matahari 1.391.980 km. Jika bumi “dimasukkan” ke matahari, ada 1,3 juta bumi yang bisa masuk. Ukuran Matahari dibanding Bintang Antares. Saat ini bumi sudah tidak bisa dilihat lagi. Diameter Antares 804.672.000 km.
Kalau Anda menganggap Antares sudah sangat besar, ternyata bintang itu masih belum apa-apa dibanding dengan galaksi seperti Galaksi Bimasakti yang terdiri dari ratusan milyar bintang dengan lebar hingga 100 ribu tahun cahaya (1 detik cahaya=300.000 km). Galaksi itu pun tidak seberapa jika dibanding dengan Cluster (Kumpulan) Galaksi yang terdiri dari ribuan Galaksi.
Tapi di atas Cluster masih ada Super Cluster yang terdiri dari ribuan Cluster. Ribuan Super Cluster akhirnya membentuk jagad raya. Saat ini diperkirakan Jagad Raya (Universe) lebarnya 30 milyar tahun cahaya. Tapi ini cuma angka sementara mengingat teleskop tercanggih saat ini “cuma” bisa mencapai jarak 15 milyar tahun cahaya.
Ini baru langit ke 1. Belum langit ke 2, langit ke 3, hingga langit ke 7 di mana saat Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad sampai hingga ke sana.
 “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” [Al Baqarah 255]
Jika dunia ini begitu luas, maka Allah SWT menegaskan bahwa akhirat itu lebih baik dan lebih kekal. Jauh lebih luas lagi dari dunia. Subhanallah, Maha Besar Allah dengan segala ciptaan-Nya. Semoga ini menjadi renungan bagi kita selaku umat-Nya, bahwa kita itu tidak ada apa-apanya, bahkan bumi dan seisinya pun masih jauh lebih kecil dengan kekuasaan Allah, Allah-lah yang Maha Segalanya. Subhanallah. [Reni Fatwa/Islampos]
Sumber: media-islam.or.id

Jangan Biasakan Meminta Oleh-oleh dari Teman yang Berpergian

RASULULLAH shallallahu alaihi wasallam melarang seorang muslim untuk meminta-minta dari orang lain, tanpa ada kebutuhan yang mendesak.
Karena perbuatan meminta-minta merupakan perbuatan menghinakan diri kepada makhluk dan menunjukkan adanya kecendrungan kepada dunia dan keinginan untuk memperbanyak harta.
Dan beliau shallallahu alaihi wasallam mengabarkan bahwa barangsiapa yang melakukan perbuatan meminta-minta yang hina ini, maka dia akan datang pada hari kiamat dalam keadaan tidak ada sepotong dagingpun yang melekat di wajahnya. Ini sebagai balasan yang setimpal baginya kareka kurangnya rasa malu dia untuk meminta-minta kepada sesama makhluk.
“Terus-menerus seseorang itu suka meminta-minta kepada orang lain hingga pada hari kiamat dia datang dalam keadaan di wajahnya tidak ada sepotong dagingpun,” (HR. Al-Bukhari no. 1474 dan Muslim no. 1725).
“Sesungguhnya harta ini adalah lezat dan manis. Maka siapa yang menerimanya dengan hati yang baik, niscaya ia akan mendapat berkahnya. Namun, siapa yang menerimanya dengan nafsu serakah, maka dia tidak akan mendapat berkahnya, dia bagaikan orang yang makan namun tidak pernah merasa kenyang. Dan tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah,” (HR. Al-Bukhari no. 1472 dan Muslim no. 1717).
Ringankanlah orang yang menjalani Safar karena safar adalah potongan dari azab.
Abu Hurairah meriwayatkan dari Nabi Saw bersabda,”Berpergian (safar) itu adalah sebagian dari siksa. Ia menghalangi seseorang dari makan, minum dan tidurnya. Maka apabila seseorang telah selesai dari urusannya hendaklah ia segera pulang ke keluarganya,” (HR Bukhari dan Muslim).
“Dikatakan bagian dari azab, karena safar akan meninggalkan segala yang dicintai,” (Fathul Bari, Ibnu Hajar).
Bisa jadi yang dimaksud dicintai ini adalah keluarga yang ia cintai, rumah yang nyaman, ibadah yang teratur, dan lain-lain.
Sedang setiap perjalanan tidak ada jaminan akan bisa kembali, lalu mengapa kita bebani dengan titipan dan amanah yang membebani.
Sekadar tips buat yang bersafar, untuk menjaga saudara kita dari meminta, jika berkelebihan rezeki akan lebih indah jika kita memberi sedikit oleh-oleh karena tangan di atas lebih mulia.
Dan tips untuk yang menerima oleh-oleh bersyukurlah atas setiap bentuk rezeki yang didapat karena dengan bersyukur kita akan semakin mendapat nikmat yang banyak.

Karena Perahu Tak Berlayar di Daratan

SETIAP Kita pada umumnya menginginkan sebuah kebahagiaan dan kesuksesan. Mereka akan rela melakukan segala hal yang memang menjadi jalan untuk menuju ke arah sana. Tantangan atau pun rintangan semua dilewati. Semua itu hanya untuk meraih apa yang diinginkan.
Namun, jika kita melihat keadaan sekarang ini, banyak memang yang menginginkan sebuah kebahagiaan dan kesuksesan, tapi apa yang mereka usahakan itu berbeda. Keinginan mereka cenderung berlawanan dengan sikap.
Mereka menginginkan kebahagiaan dan kesuksesan itu, hanya saja, mereka tak menempuh jalan itu. Bahkan, mereka malah mengambil jalan yang jelas-jelas bertentangan dengan arah yang akan ditujunya. Sehingga, jalan kecelakaanlah yang mereka tempuh.
Ibarat sebuah kapal yang seharusnya berlayar di laut, tapi ini malah berlayar di darat. Itulah mereka, orang-orang yang menginginkan suatu kebahagiaan dan kesuksesan tetapi mengambil jalan yang bertentangan.
Coba kita periksa dan introspeksi diri kita kembali. Pikirkan kesuksesan apa yang ingin kita raih di dunia ini? Pikirkan pula tujuan akhir kita di akhirat kelak? Lalu, samakan dengan pekerjaan dan kebiasaan kita sehari-hari. Apakah hal itu sejalan?
Jika hal itu masih belum sejalan, mari ubah sedikit demi sedikit untuk kembali ke jalan yang benar. Yakni, jalan yang sesuai dengan tujuan atau target hidup kita di dunia dan tujuan kekal di akhirat. Tak ada yang sulit, jika kita mau mencobanya. Perahu yang berlayar di darat pun, bisa kembali ke laut, jika terus dicoba. [Sumber: Sang Bidadari/Karya: Sendi Rizaldi Supriadi Putra/Penerbit: Hakim]

Nikmat yang Diperoleh, Renungkanlah

MANUSIA memiliki kelebihan yang berbeda dibandingkan makhluk lainnya. Manusia diberi akal, sebagai pembeda derajatnya dengan makhluk lain. Akal tersebut dapat dipergunakan manusia untuk menjalani hidup ini sesuai dengan logikanya. Bahkan untuk memecahkan suatu masalah, yang paling berpengaruh adalah kekuatan akal.
Mari kali ini kita bersama-sama gunakan akal kita untuk merenungkan segala apa yang ada dalam diri kita dan apa yang terjadi dalam hidup kita selama ini. Satu hal yang seharusnya dilakukan oleh manusia, yaitu mengingat nikmat yang telah Allah SWT berikan kepadanya.
Nikmat yang telah Allah berikan kepada manusia itu tak terhingga. Mulai dari yang ada pada diri kita dari ujung rambut hingga ujung kaki, kesehatan badan, keamanan dan kecukupan sandang, pangan, air serta masih banyak lagi nikmat lainnya. Itulah nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. “Sekiranya kalian menghitung-hitung nikmat Allah niscaya kalian tidak akan dapat menghitungnya.”
Demikian besar nikmat yang telah Allah SWT berikan kepada kita. Dunia beserta isinya disediakan untuk kita. Segala apa yang dibutuhkan oleh kita untuk bertahan hidup, semuanya telah tersedia. Anda adalah pemiliki kehidupan, namun, Anda tidak menyadari akan hal itu. “Dia (Allah) telah memberikan nikmat-nikmat-Nya secara sempurna kepada kalian, baik yang lahir maupun yang batin.”
Anda telah diberi lidah dan bibir, kedua tangan dan kaki, “maka nikmat Tuhan yang manakah yang pantas kalian dustakan (wahai jin dan manusia)?” Apakah Anda berpikir bahwa berjalan dengan kedua kaki adalah hal biasa? Apakah terlalu mudah bertopang pada pangkal kaki sendiri, padahal masih banyak manusia lain yang kehilangan pangkal kakinya? Apakah Anda tidak merasakan nikmatnya tidur, sedangkan ada manusia lain yang mengidap penyakit insomnia? Anda masih bisa menyantap makanan dan minuman yang lezat, sedangkan banyak orang yang kini mengalami sakit, hingga ia tak bisa merasakan nikmatnya makan.
Renungkanlah! Pendengaran Anda bebas dari ketulian. Penglihatan Anda bebas dari kebutaan dan kulit Anda mulus, terhindar dari segala penyakit. Perhatika pula otak Anda. Allah SWT telah memberikan akal kepada Anda dengan kondisi yang baik. Tapi lihatlah sekeliling Anda, banyak orang yang kehilangan akal sehatnya sehingga ia berperilaku di luar kewajarannya.
Apakah Anda mau menggantikan penglihatan Anda dengan gunung Uhud yang terbuat dari emas? Apakah Anda mau menggantikan pendengaran Anda demi berkilo-kilo perak? Apakah Anda mau membeli istana penuh bunga dengan lidah, hingga menjadi bisu? Apakah Anda mau memberikan kedua tangan dan kaki Anda hanya demi butiran-butiran permata dan berlian?
Kini, Anda berada daam posisi yang penuh dengan kenikmatan. Sayangnya, Anda tidak menyadari itu. Bahkan, Anda terperangkap dalam kesedihan dan ketidak pastian, padahal Anda masih memiliki makanan yang lezat dan minuman yang menyegarkan, serta tidur nyenyak dan kesehatan yang stabil.
Anda memikirkan sesuatu yang telah hilang, tapi tidak mensyukuri apa yang ada di depan mata Anda. Anda merasa sedih karena kurangnya materi, padahal Anda masih memiliki setumpuk kebahagiaan, setumpuk kebaikan, kenikmatan dan masih banyak yang lainnya.
Oleh karena itu, renungkanlah apa yang ada pada diri dan sekeliling Anda. Dan jangan pernah lupa untuk selalu bersyukur kepada Allah SWT. Karena Allah SWT adalah pemberi nikmat yang sempurna. “Pada diri kalian juga terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah. Apakah kalian tidak memperhatikannya?” Wallahu ‘alam.
Sumber: Jangan Bersedih Setelah Kesulitan Ada Kemudahan/Karya: Dr. Ayidh bin ‘Abdullah Al-Qarni/Penerbit: Irsyad Baitus Salam

Marzoan Hafiz: Antara Minyak dan Diri Kita

Marzoan Hafiz: Antara Minyak dan Diri Kita

Antara Minyak dan Diri Kita

SORE itu saya mencuci piring bekas makan oseng oncom, berminyak. Saya sabuni, gosok gosok, bilas dengan air bersih dan ternyata masih berminyak.
Ah lagi, saya sabuni, gosok gosok, bilas, kemudian saya pegang piringnya, masih juga berminyak. Sekali lagi saya coba masih tetap terasa berminyak.
Baru setelah itu saya sadar, bahwa piringnya sudah bersih dari tadi, namun tangan saya yang berminyak, sehingga bagaimanapun bersihnya piring, bila dipegang akan terasa berminyak.
Persis dalam kehidupan, mungkin sudah berulang kali kita berusaha menyampaikan kebaikan di sekeliling kita namun belum baik juga. Mungkin kita perlu curiga,  jangan jangan diri kita lah yang sebenarnya sedemikian kotor?
Niat niat yang belum lurus, cara caranya belum santun, dan waktunya yang tidak tepat. Sehingga yang disampaikan pun tidak mampu memperbaiki keadaan.
Sungguh baik ketika ingin menyampaikan kebaikan, namun sebelumnya kita harus memastikan, apa yang mengiringinya juga harus dibersihkan, niatnya, caranya dan juga tujuannya, introspeksi diri. Allahu alam 

Jangan Biarkan Setan Tertawa Melihat Tingkah Kita

SETAN akan senang jika melihat keturunan Nabi Adam dan Siti Hawa terlena oleh dunia. Saking terlenanya, dalam menjalani hidup pun tidak akan serius. Waktunya ia habiskan hanya untuk bermain dan bersenang-senang. Sekali pun ia bekerja, maka dalam bekerjanya itu, ia cenderung akan berleha-leha.
Setan akan lebih senang, jika kita lalai dalam menjalankan ibadah. Setan tertawa dengan begitu puasnya, jika lalai menjalankan ibadah. Terutama dalam melaksanakan waktu shalat. Setan akan terus menggoda dan merayu kita agar hatinya terpuaskan, jika melihat kita lalai.
Dengan sekuat tenaga, setan biasanya akan menghasut kita agar tidak menjalankan ibadah pokok yang telah menjadi kewajiban kita. Jika kita meninggalkan salah satu ibadah itu, maka dalam satu waktu saja, Allah SWT akan membalas dengan siksa yang amat pedih selama beribu-ribu tahun lamanya. Nauduzbillah.
Jika datang waktu shalat shubuh, kita biasanya kesiangan. Itu yang menjadi alasan untuk kita tidak melaksanakan shalat shubuh. Setan senantiasa memeluk kita dengan erat, dan membisikkan rayuan-rayuan yang melenakkan kita. Di sinilah kita sering terjebak. Ketika mata sudah terbuka dan kita akan beranjat untuk melaksanakan shalat, malah kita kalah oleh rayuan setan. Sehingga, kita lebih memilih untuk tidur kembali dibandingkan menjalankan ibadah.
Menjelang siang, tepat pada waktu dzuhur, biasanya kita masih melaksanakan aktivitas dalam pekerjaan. Baik itu yang memang menyibukkan maupun sebenarnya masih dapat ditinggalkan sementara. Hanya saja, terkadang kita lebih memilih menyelesaikan pekerjaan, dibanding meluangkan waktu untuk shalat dzuhur. Alasan yang paling melekat pada diri kita ialah kerepotan, jika harus meninggalkan pekerjaan.
Tiba waktu ashar, merupakan waktu yang paling santai. Pekerjaan pun biasanya tekah selesai. Dan waktu ini merupakan waktu orang-orang pulang dari pekerjaannya untuk kembali ke tempat tinggalnya. Lagi-lagi, karena alasan di perjalanan, kita meninggalkan shalat ashar. Astaghfirullah. Padahal, kita masih bisa berhenti sejenak hanya untuk melaksanakan shalat yang tak perlu menghabiskan waktu berjam-jam lamanya.
Ketika matahari sudah mulai tenggelam, dan waktu menunjukkan saatnya waktu maghrib, sekali lagi kita mempunyai masalah, yang menjadi alasan untuk tidak melaksanakan shalat. Alasan itu biasanya berupa kecapean akibat bekerja seharian. Sehingga, waktu untuk shalat maghrib terlewatkan begitu saja, hanya untuk mengistirahat tubuh.
Dan tiba kesempatan terakhir kita pada seharian ini, yakni waktu shalat isya. Sayang, karena berbagai alasan yang telah dilontarkan tersebut, kini ada lagi alasan baru. Biasanya hal itu akibat dari kelelahan tersebut dan akhirnya ketiduran. Yah, itulah waktu shalat isya, yang lagi-lagi dilewati tanpa ada kesan yang ditinggalkan.
Jika setiap hari kita melakukan itu, maka kita telah membiarkan setan tertawa atas kemalasan kita dalam beribadah. Untuk hentikan hal tersebut, maka perlu adanya perubahan pada diri kita. Dengan mengubah perilaku malas beribadah untuk senantiasa giat menjalankan ibadah. Maka, niatkan dan ubah pola pikir kita untuk selalu melaksanakan sesuatu terutama kewajiban kita dalam melaksanakan shalat, hanya karena Allah semata. Jangan biarkan setan tertawa karena tingkah kemalasan kita. Wallahu ‘alam. 

Inilah Azab Memutus Silaturahim

IBNU Hajar al-‘Asqani mengisahkan bahwasanya ada seorang laki-laki yang sangat kaya hendak menunaikan ibadah haji. Sebelum berangkat menuju Baitullah, ia menitipkan hartanya sebanyak 1000 dinar kepada seseorang yang di kalangan masyarakat terkenal amanah dan shalih.
Namun, sepulang dari Makkah, orang kaya tersebut mendapatkan kabar bahwa orang yang dititipi telah meninggal dunia. Maka dia menemui ahli waris orang tersebut guna menanyakan harta yang telah ia titipkan. Akan tetapi, para ahli waris tidak ada yang mengetahui perihal harta itu. Lalu, ia menemui salah satu ulama Makkah dan berkonsultasi kepadanya.
Ulama itu memberikan saran,“Nanti malam, saat orang-orang telah terlelap tidur, datanglah ke sumur zam-zam. Arahkan pandanganmu ke sumur itu dan panggillah nama orang yang kamu titipi harta. Jika ia orang baik-baik, ia akan menjawab panggilanmu.”
Kemudian, orang kaya itu menjalankan saran tersebut. Namun, ia tak mendengar suara apapun. Ia kembali menemui ulama Makkah dan menceritakan pengalamannya selama di dekat sumur zam-zam.
“Aku sudah menjalankan saran Anda. Aku berkali-kali memanggil yang kutitipi harta. Namun, aku tak mendengar suaranya sama sekali,” kata orang kaya.
“Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’un,” kata ulama Makkah.
“Aku khawatir jika orang yang kamu titipi harta adalah ahli neraka. Sekarang, pergilah ke Yaman. Di sana, ada Sumur Barhut. Dikatakan Barhut karena dianggap sebagai mulut neraka Jahannam. Pergilah ke Sumur tersebut jika malam telah larut,” kata ulama Makkah.
Lalu, orang kaya tersebut bergegas ke Yaman. Kali ini, ia benar-benar mendengar suara orang yang ia titipi harta. Lalu, ia bertanya padanya, “Di manakah kamu menyimpan hartaku?”
“Aku pendam hartamu di rumah seseorang dekat dengan rumahku. Datangilah tempat itu dan ambillah hartamu.”
Karena penasaran, orang kaya tersebut bertanya, “Wahai Tuan, atas saran seorang ulama di Makkah, aku memanggil-manggil namamu di sumur zam-zam, namun aku tidak mendengar suara anda. Lalu, ia menyarankan untuk memanggil nama anda di sumur Bahut ini. Dan Anda merespon panggilanku. Ini pertanda tidak baik, padahal aku mengenal Anda sebagai seorang yang shalih.”
“Benar, semenjak dimakamkam, aku sering mendapat azab, kecuali pada saat ini, guna merespon panggilanmu.”
“Mengapa bisa demikian?” tanya orang kaya.
“Saat hidup di dunia, aku memang rajin beribadah, sehingga orang mengenalku sebagai orang shalih. Namun, ada satu sikapku yang menyebabkan aku menderita di alam kubur. Aku memiliki saudara perempuan yang fakir. Karena gengsi, aku enggan bertemu dengannya. Aku khawatir orang-orang mengolok-olok aku jika mereka tahu aku memiliki saudara yang fakir. Sikapku itulah yang menyebabkan aku mendapat azab di alam kubur.” [reni/islampos]
Sumber : Saifudin, Ahmad. 2014. Islam Itu Penuh dengan Cinta: Yogyakarta. Pustaka Almajaya.

3 Pekerjaan yang Dilaknat Allah

SEORANG isteri yang dzolim yaitu ketika suaminya melakukan sesuatu yang haram atau mendapat sogokan dari seseorang dengan tidak mencegah. Ironis memang ketika isteri menyadari hal itu, tapi malah meremehkan perbuatan tersebut. Kemudian apa laknat Allah bagi seorang wanita yang membiarkan perbuatan tersebut tanpa mencegahnya?
Maka bagi seorang yang ikut dalam hal tersebut Allah SWT, mengutuk/melaknat menyogok dan orang yang disogok. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW melaknat penyogok, yang menerima sogokan dan perantaranya yang termasuk diharamkan terkait dengan Sogokan
Kalau diperhatikan lebih seksama, ternyata hadits-hadits Rasulullah itu bukan hanya mengharamkan seseorang memakan harta hasil dari sogokan, tetapi juga diharamkan melakukan hal-hal yang bisa membuat sogokan itu berjalan. Maka yang diharamkan itu bukan hanya satu pekerjaan yaitu memakan harta sogokan, melainkan tiga pekerjaan sekaligus. Yaitu
1. Menerima sogokan
2. Memberi sogokan
3. Mediator sogokan
Sebab tidak akan mungkin terjadi seseorang memakan harta hasil dari sogokan, kalau tidak ada yang menyogoknya. Maka orang yang melakukan sogokan pun termasuk mendapat laknat dari Allah juga. sebab karena pekerjaan dan inisiatif dia-lah maka ada orang yang makan harta sogokan. Dan biasanya dalam kasus sogokan seperti itu, selalu ada pihak yang menjadi mediator atau perantara yang bisa memuluskan jalan.
Sebab bisa jadi pihak yang menyuap tidak mau menampilkan diri, maka dia akan menggunakan pihak lain sebagai mediator. Atau sebaliknya, pihak yang menerima suap tidak akan mau bertemu langsung dengan si penyogok, maka peran mediator itu penting. Dan sebagai mediator, maka wajarlah bila mendapatkan komisi uang tertentu dari hasil jasanya itu.
Maka ketiga pihak itu oleh Rasulullah SAW dilaknat sebab ketiganya sepakat dalam kemungkaran. Dan tanpa peran aktif dari semua pihak, sogokan itu tidak akan berjalan dengan lancar. Sebab dalam dunia sogok menyogok, biasanya memang sudah ada mafianya tersendiri yang mengatur segala sesuatunya agar lepas dari jaring-jaring hukum serta mengaburkan jejak.
Rupanya sejak awal Islam sudah sangat antisipatif sekali terhadap gejala dan kebiasaan sogok menyogok tak terkecuali yang akan terjadi di masa depan nanti. Sejak 15 Abad yang lalu seolah-olah Islam sudah punya gambaran bahwa di masa sekarang ini yang namanya sogok menyogok itu dilakukan secara berkomplot dengan sebuah mafia persogokan yang canggih.
Karena itu sejak dini Islam tidak hanya melaknat orang yang makan harta sogokan, tetapi juga sudah menyebutkan pihak lain yang ikut mensukseskannya. Yaitu sebuah mafia persogokan yang biasa teramat sulit diberantas, karena semua pihak itu piawai dalam berkelit di balik celah-celah kelemahan hukum buatan manusia.
Maka dengan begitu hukum islam, menjadi akhir hukuman yang berat untuk seorang yang banyak melanggar hukum yang merugikan orang lain dan dirinya, walaupun tidak diketahui oleh manusia, Allah tetap mengetahui hal itu. [Sumber: Hadits Budi Luhur/Karya: Muhammad Said/Penerbit: Putra Ma’arif]

Benar, Ucapan adalah Doa

BEBERAPA hari yang lalu seseorang dari tetangga desa meninggal dunia, tak tahu penyebabnya apa. Entah karena kesulitan dalam kehidupannya dengan kondisi ekonominya yang minim atau sekedar bergurau, dengan setengah mengeluh, suatu hari, dulu dia pernah berucap: “Suk mben nek nganti beras regane sepuluh ewu, mending mati wae!” (Nanti kalau sampai harga beras sampai sepuluh ribu, lebih baik mati saja).
Tahukah saudara? Orang tersebut meninggal setelah heboh harga beras melampui 11 ribu/kilogram! Inikah jawaban Allah atas ucapan orang tersebut? Allohua’lam. Yang pasti selalu ada malaikat yang tak pernah alpa dalam mencatat setiap amal dan ucapan, bahkan sekedar bisikan hati. Maka, hati-hatilah dengan lisan kita.
Astaghfirullah. Mankaana yu’minubillahi wal yaumil akhir falyaqul khoiron au liyashmut (muttafaq alaihi).
Sebagaimana sebuah kisah seorang badui yang menolak menerima ghanimah dari Rosululloh seusai mengikuti perang, katanya “Bukan karena ini aku mengikutimu, tapi karena aku berharap kena panah di sini (sambil menunjuk tenggorokannya), lalu terbunuh dan aku masuk syurga”. Subhanalloh, saat ia mengikuti peperangan berikutnya, dia ditemukan syahid (insya Alloh), persis seperti apa yang pernah dikatakannya, anak panah menembus tenggorokannya!. (Ummu Zahid) 

Antara Tempe Goreng dan Ayam Goreng

MUNGKIN sekilas terlihat, kalau ayam goreng lebih “berkelas” ketimbang tempe goreng. Namun seringkali, saya menikmati tempe goreng yang sedap luar biasa, dan tak jarang, saya merasakan ayam goreng yang biasa saja.
Dari situ saya belajar, selain bahan dasarnya, cara memasaknya pun akan mempengaruhi rasa masakan, sehingga rasa tempe goreng pun, bisa melebihi rasa makanan sekelas ayam goreng.
Terkadang, kita merasa minder setelah melihat pencapaian seseorang, katakanlah, kualitas dia sekelas ayam goreng dilain pihak, kadang kita meratapi diri, “saya mah apa atuh, sekelas tempe goreng aja”
Bila kita tidak merubah cara kita “memasak” diri sendiri, maka kita akan tetap menjadi tempe goreng yang rasanya biasa saja.
Mungkin saatnya ini membenahi diri, membumbui diri dengan berbagai hal positif, dan memasak diri dengan sungguh sungguh, bukan sambil nonton sinetron atau baca komik.
Dan tak lupa satu pesan terakhir, kenapa masakan tempe goreng Ibu selalu terasa enak? Karena beliau memasak dengan cinta, untuk orang yang ia cintai.

Ikan Kecil Di Kolam Besar

BAGAIMANA kabarnya sahabat terbaikku? Semoga kita senantiasa berada dalam dekapan-Nya dan dikuatkannya badan dan jiwa ini memanggul segenap amanah yang dihadiahkannya kepada kita.
Anda tahukan, bahwa kolam yang besar ditempati oleh ikan-ikan yang besar. Tentu gelombang yang terjadi juga besar, yaitu tekanan air yang berdaya tinggi. Semakin lama ikan kecil itu berada di kolam besar maka akan semakin tumbuh dengan kemampuannya yang tahan dalam tekanan-tekanan tinggi. Sangat mungkin sekali ikan kecil ini menjadi ikan yang terkuat ketika tumbuh dewasa.
Maksud dari ikan kecil di kolam besar ialah menganjurkan kepada kita semua untuk bertempat di luasnya pandangan, terutama dalam pergaulan-pergaulan dengan orang besar, tempat yang penuh dengan jiwa-jiwa yang membesarkan kita dan lingkungan yang meluaskan kehidupan kita.
Berlakunya hukum kehidupan seperti ikan kecil di kolam besar erat kaitannya dengan kehidupan kita. Sebagai anak muda sekarang ini seringkali merasakan keraguan, kebimbangan, kekhawatiran dan kekecewaan atas segala upaya yang dilakukan. Memang, sebuah upaya yang besar dibutuhkan kemampuan yang besar untuk menyelesaikannya dan juga bersiap menerima resiko-resiko atas upaya besar itu. Hal demikian hanya dilakukan oleh mereka yang berjiwa berani, karena keberanian selalu saja muncul keajaiban-keajaiban diluar jangkauan daripada fikiran logis.
Sekarang yuk kita bersama-sama untuk memberanikan diri untuk memiliki kemampuan yang besar dengan memberanikan diri di dalam lingkungan yang membesarkan kehidupan kita. Seperti seorang anak SMA yang bergaul dengan para pengusaha kakap yang karirnya telah mencapai batas-batas keprofesionalan. Dan ini tidak mungkin dialakukan oleh berjiwa yang mengkhawatirkan kegagalan dirinya sendiri.
Padahal kita tahukan, bahwa Allah Swt tidak pernah menggagalkan upaya kita. Sebagaimana firmannya yang dalam bahasa sederhana saya ialah “Berdoalah kepada-Ku niscaya Aku kabulkan.” Ini mengisyaratkan kepada kita, bahwa harapan-harapan kita pasti dikabulkan. Tinggal sekarang kita tanyakan kepada diri sendiri tentang IMAN kita kepada-Nya.
Bisakanlah hati ini, pikiran ini, sikap ini untuk mengupayakan harapan-harapan besar meskipun secara akal ini tidak mungkin. Sebagai pengukur atas IMAN kita maka percayalah atas semua izin-Nya dan kehendak-Nya untuk hidup kita yang lebih baik dan lebih mapan.
Jadilah, ikan kecil yang berada di kolam yang besar dan ketika sudah menjadi ikan yang besar maka bangunlah kolam yang kecil itu dengan perlakuan Anda yang membesarkan kolam.
Salam hangat dari sahabatmu ini untuk Anda yang segara membesarkan hidup keluarga Anda. Dalam kesejahteraan, kedamaian dan kecemerlangan.
Nasuha Ahmad Asyafi’i, Direktur Departemen Bisnis @ D’PoT The Power of Thinks di Bandung. 

Ragu - Ragu

Ragu tentang Kenajisan Dirinya
Jika seseorang telah berwudhu’, lalu ia ragu tentang kenajisan dirinya, apakah wudhu’nya batal atau tidak, maka orang yang seperti ini dianggap wudhu’nya tidak batal. Kejadian semisal ini sering terjadi pada orang yang terkena was-was, apakah ia kentut atau tidak; apakah kencingnya menetes atau tidak?
Orang yang ragu atau terkena was-was tersebut, perlu mengikuti hadits berikut dari Abbad bin Tamim dari pamannya (Abdullah bin Zaid bin Ashim Al-Anshoriy) bahwa ia mengadu kepada Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- tentang seseorang yang berkhayal merasakan sesuatu (kentut) dalam sholatnya. Beliau bersabda,
لَا يَنْفَتِلْ أَوْ لَا يَنْصَرِفْ حَتَّى يَسْمَعَ صَوْتًا أَوْ يَجِدَ رِيحًا
“Janganlah ia berpaling (keluar dari sholatnya) sampai ia mendengarkan suara atau mencium baunya”. [HR. Al-Bukhoriy (no. 137), dan Muslim (1361)]
Al-Imam An-Nawawiy -rahimahullah- berkata, “Hadits ini adalah dasar (dalil) tentang hukum tetapnya perkara di atas asalnya sampai yakin tentang hukum yang menyelisihinya. Keraguan yang hinggap pada perkara-perkara itu tidaklah membahayakannya. Hadits ini telah dipegangi oleh jumhur ulama'”. [Lihat Al-Fath (1/220)]
Jika seseorang terkena penyakit was-was dalam sholatnya atau di luar sholatnya, ia ragu apakah kencingnya menetes atau tidak, maka hendaknya ia jangan membatalkan sholatnya, dan meyakini bahwa yang ia sangka keluar bukan kencing, tapi sisa air yang ia pakai cebok. Insya Allah, was-wasnya akan hilang.
Inilah beberapa perkara yang sering menjadi kendala dan ganjalan bagi sebagian orang saat ia melakukan wudhu’; ia bingung saat mendapatinya, apakah membatalkan wudhu’ atau tidak. Nah dengan penjelasan di atas, semoga bisa mengobati keraguan dan ganjalan hati tersebut.
Para pembaca yang budiman, sebenarnya disana masih ada beberapa perkara yang dianggap oleh sebagian orang sebagai perkara yang membatalkan wudhu’, tapi ternyata tidak, seperti muntah, keringat, menyentuh tahi ayam, tahi sapi, atau menyentuh najis, walaupun ia telah mencucinya, dan lain-lainnya.
Sumber : Buletin Jum’at At-Tauhid. Penerbit : Pustaka Ibnu Abbas. Alamat : Jl. Bonto Te’ne No. 58, Kel. Borong Loe, Kec. Bonto Marannu, Gowa-Sulsel.  Pimpinan Redaksi/Penanggung Jawab : Ust. Abu Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Editor/Pengasuh : Ust. Abu Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc

Hati–hati dengan Apa yang Kau Katakan

DALAM kehidupan sehari-hari manusia pasti berinteraksi dengan orang lain, pasti ada suatu informasi yang ingin mereka tahu. Baik itu informasi langsung, ataupun tidak langsung. Namun terkadang manusia sering lupa terhadapa apa yang menjadi kewajibannya, yakni tidak boleh berkata seenaknya, tidak boleh berbohong dan tidak boleh membuat berita palsu.
“Mulutmu harimaumu, perkataanmu akan menerkammu”. Jadi apa yang kita ucapkan bisa saja dicatat oleh malaikat, yang akhirnya menjadi nasib yang akan menentukan takdir hidup kita.
Rasulullah SAW bersabda: ”Yang dikatakan muslim itu adalah manusia selamat dari bahaya lidah dan tangannya”.
Imam Ali Radhiallhu’anhu berkata: ”Hati yang jahat terletak pada mulutnya, dan mulut yang baik, terletak pada hatinya”.
Terkadang kita sebagai manusia yang penuh dengan segala kekurangan dan kelebihan, akan selalu dihadapi dengan segala macam problematika kehidupan.Terkadang kita menghadapi berbagai benturan yang sama sekali kehadirannya tidak diundang dan tidak terbersit dalam pikiran kita, dimana segala yang terjadi diluar prediksi kita sebelumnya.
Disaat kita sedang menyupir mobil kita, tiba-tiba ditengah jalan ada saja mobil yang menyecocos, hal ini akan menimbulkan rasa sakit dihati kita, maka seringnya terjadi keluar kata-kata yang kurang enak kedengaran sama sekali ditelinga siapa saja mendengarnya, cacian makian akan keluar dari mulut kita dari lidah kita yang katanya tidak bertulang itu.
Ketika seorang ibu, melihat kenakalan anak-anaknya, tanpa disadari juga keluar kata-kata yang sama sekali seharusnya hal itu tidak pantas dikeluarkan dari mulut seorang ibu terhadap anaknya:” Anak sialan, anak kurang ajar, anak tak tau diuntung, bodoh..dsbnya…”, seorang ibu kurang menyadari akan sabda Rasulullah : ”Kullu kalam addu’a, setiap perkataan itu adalah merupakan do’a”. (Astagfirullaha ladziim, semoga kita bertaubat bila hal ini terlanjur kita keluarkan disaat-saat emosi kita datang).
Disaat seorang istri atau suami merasa disakiti pasangannya, tanpa disadari akan keluar cacian makian, baik kepada pasangannya, ataupun musuhnya, semua itu keluar dengan perasaan emosi yang amat sangat, tanpa kita bisa menyadari, dan berusaha mencoba melatih diri kita untuk bisa menahan emosi, karena, Rasulullah bersabda : “Bukanlah dikatakan berani bagi mereka yang dapat mengalahkan musuhnya, (yang bisa merasa memang atas sebuah pertikaian, perkelahian), Yang dikatakan berani itu adalah mereka yang bisa menahan dirinya ketika dalam keadaan marah”.
Kita jarang, atau kurang atau bahkan sama sekali tidak menyadari bahwa yang dikatakan sabar atas segala musibah adalah mereka yang bisa bersabar disaat menghadapi problema pertama sekali datang, bukan setelah itu. Hal ini dapat kita lihat dari sebuah hadits, dari cerita seorang ibu yang menghadapi musibah akan kematian keluarganya, saat itu Rasulullah memberikannya nasihat agar bersabar, apa kata perempuan itu pada Rasulullah: ”Anda tidak tau apa-apa”, setelah rasulullah menghilang, diberitahukanlah kepada [perempuan itu bahwa yang menegurnya tadi adalah Rasulullah, dan ia datang kepada Rasulullah, apa jawab Rasulullah: ”Sesungguhnya dinamakan kesabaran itu adalah sabar ketika menghadapi goncangan yang pertama sekali.” [yherdiansyah/islampos]

Sumber : ttp://www.fiqhislam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=21950:setiap-perkataan-adalah-doa&catid=137:doa&Itemid=402

Menikmati Sakit

Oleh: Bagas Triyatmojo
PERNAH di suatu malam, sepulang dari saya pergi, saya lihat ada penjual martabak telor di pinggir jalan. “Ah beli ah, buat orang rumah“, pikir saya begitu.
Saya mendekati penjualnya, lalu memesan. Selama si abang membuatkan pesanan saya, saya perhatikan setiap yang beliau lakukan. Wuuiihhh keren abis! Dari mulai membentuk dan melebarkan adonan kulit, hingga memasaknya.
Dan saya takjub sekaligus heran, ketika si abang dengan santai meletakkan adonan kulit di penggorengan. Penggorengan itu panas, ada minyak panasnya pula, terlihat pula asapnya.
Pasti panas. Tapi sepertinya si abang santai santai saja meletakkan adonan kulit dan melebarkannya di penggorengan. Dengan tangan loh, dengan tangan!
Sembari menggoreng, saya mengobrol dengan si abang,
Saya : “Sudah lama pak jualan ini?”
Abang : “Udah Mas, udah 10 tahun lebih
Oh terjawab sudah keheranan saya, kenapa si abang bisa tahan dengan panasnya minyak dan penggorengan. Saya yakin si bapak tidak belajar debus, he. Saya yakin itu karena pengalaman dan kekuatannya setelah berjualan selama lebih dari 10 tahun.
Bisa jadi, di awal awal beliau berjualan, si abang tidak kuat dengan panasnya minyak dan penggorengan. Tapi, dengan sedikit bertahan lebih lama, beliau mulai terbiasa dengan panas tersebut. Hingga tanpa terasa, panas minyak dan penggorengan yang bagi orang biasa terasa menyakitnya, rasanya tidak ada artinya di tangan si abang.
Rasa panas minyak dan penggorengan itu, bagaimana kalau kita ganti dengan rasa sakit ketika menghadapi cobaan? Mungkin setara juga dengan rasa sedih ketika kehilangan. Atau perasaan perih ketika hati terlukai.
Adalah wajar, merasakan sakit, sedih dan perih. Namun belajar dari abang penjual martabak telor, 10 tahun lebih bertahan dari panas, akhirnya bisa bersahabat dengan panas.
Tidak inginkah kita mampu bersahabat dengan sakit, sedih dan perih, menjadikannya langkah langkah kita menuju bahagia. Maka sabar adalah kuncinya.
Jangan mundur, hadapi. Memang klasik sekali pesannya. Tapi begitu kita mundur karena sakit akibat berbagai kesulitan yang ada, kita tidak akan pernah mampu mengatasinya.
Sakit? Rasakanlah, nikmatilah saja. Hingga tanpa terasa, kita telah menjadi lebih kuat dan lebih baik dibuatnya. Janji Allah itu selalu mampu menghibur kita,
“… Allah tidak akan membebani seorang hamba, melainkan sesuai dengan kesanggupannya...”
Maka bersabarlah. 

Sumber :https://www.islampos.com/category/dari-anda/hikmah-renungan/

Jangan Sepelekan Penyakit Hati

HATI adalah pemimpin kerajaan yang bernama tubuh manusia. Lidah tunduk pada perintah hati. Begitu juga dengan segala tindakan yang disengaja. Maka jelaslah, apabila hati sakit dan tidak bisa dikendalikan, ucapan dan perbuatan orang-orang itu akan benar-benar terganggu.
Ia akan melakukan perbuatan yang tidak sepatutnya dan melontarkan sumpah serapah, dan tindakannya ini bertentangan dengan fitrah. Orang semacam ini akan meninggalkan kemanusiaannya dan keluar dari jalan agama. Jadi, dosa apapun yang dilakukan seseorang, itu berkaitan dengan gangguan spiritual. Karena itulah, akal mengarahkan dan agama memerintahkan kita untuk berusaha sekuat tenaga menyembuhkan penyakit hati. Kita harus lebih memerhatikan kesejahteraan hati kita.
Ketika hati dalam kondisi yang buruk, tubuh akan terkena dampaknya. Pasukan akan berbuat zalim bila raja dalam kondisi lemah. Amirul Mukminin Ali as bersabda, “Ahli makrifat memandang makhluk duniawi lebih peduli akan kematian fisik. Padahal yang lebih serius adalah kematian hati selagi tubuh mereka masih hidup.
Kematian fisik membuat orang tidak bisa menikmati kelezatan duniawi selama beberapa waktu.Kenikmatan itu juga disertai dengan ribuan ketidaknyamanan. Namun, kematian hati dan kesadaran menjauhkan seseorang dari kebaikan selamanya. Kelezatan abadi nan murni akan berpaling  darinya dan ia tidak bisa menjalani kehidupan yang murni sebagai seorang manusia, baik di dunia ini, ataupun di akhirat.
Karena itulah, kita tidak boleh menganggap enteng penyakit spiritual dan tidak boleh bersikap lalai untuk menyembuhkannya. Seperti halnya kelalaian tidak selaras dengan penyakit fisik, akal pun memerintahkan kita untuk mencurahkan perhatian besar terhadap penyakit spiritual, karena bahayanya lebih besar. Penyakit fisik berujung dengan kematian, sedangkan penyakit spiritual membuat  orang terhina untuk selamanya. [hr/islampos]
Sumber: Belajar Mencintai Allah/Penulis: Prof. S. A. H. Dastaghib Shirazi/Penerbit: Pustaka IIMaN

Seburuk-buruk Lelaki, Sebaik-baik Lelaki

Oleh: Arief Siddiq Razaan
LELAKI yang mudah meninggalkan sholat lima waktu baiknya jangan sampai dipilih menjadi pendamping hidupmu, sebab Allah saja dikhianati begitu apalagi hanya dirimu, bisa-bisa ‘habis manismu, langsung segera disapu’ # disitulah kamu baru merasa sedih
Jika lelaki itu kerap berujar kasar, apalagi pernah sekali saja menampar, lebih baik cintanya segera kau lempar, sebab segala tindakan lelaki seperti itu bisa membuat masalah yang lebih besar, sungguh sebelum masa depanmu mengalami tekanan akal dan moral yang mengakar, segera tinggalkan lelaki itu daripada kesetiaanmu lebam terhajar # disitulah kamu baru merasa
Lelaki yang sekadar pembual, buat janji tapi kerap batal, saat jalan dan lihat cewek cantik matanya masih suka ‘gatal’, sering ngajak jalan tapi nyatanya tak punya modal, kerjanya cuma pintar merayu tapi dalam bertindak seburuk berandal, egois-sadis-pada cewek lain suka narsis itu menunjukkan lelaki itu memiliki gangguan akal, jadi sebelum masa depanmu menemu aral, tendanglah cinta sang lelaki pembual hingga jauh terpental, jangan sampai bertahan namun kerap makan hati hingga nafas jadi tersengal # disitulah kamu baru merasa sedih
Tetapi sebaik-baik lelaki tak mau mengajak pacaran, sebab pacaran itu sebuah pembodohan, belum halal tapi minta jatah materi, fisik dan perasaan, itu sungguh tak ubahnya penjajahan-hari gini masih suka dijajah lelaki atas nama pacaran, sungguh nasibmu teramat malang nian, kalau ada lelaki yang mau serius coba katakan ‘aku maunya dilamar, kemudian nikahan’ kalau dia cari beribu alasan itu menunjukkan lelaki itu hanya pejantan, sukanya ‘berkotek-kotek’ serupa ayam cari pasangan tapi cuma dijadikan umbar birahi sebelum akhirnya ditinggalkan # disitulah kamu baru merasa sedih

Mengapa Telat Nikah?

Oleh: Sela Septiani, shilaseptiani20@gmail.com
ADA beberapa faktor yang dialami pria/wanita sehingga belum siap menikah. Di antaranya:
1. Keenakan pacaran. Hayo loh, siapa dari kalian yang masih pacaran? Gimana Hati? Lebih sayang Allah atau dia? Sela yakin kamu ga setega itu untuk menduakan cinta dan kasih sayang Allah yang segitu besar terhadap kamu.. so, Udah putusin aja.
Sifat keenakan pacaran bisa menjadi pemicu untuk ketidaksiapan kita dalam pernikahan. Iyaa, ngapain nikah kalau kamu udah bisa dapetin apa yang kamu mau hanya dengan jalan pacaran? Di tambah lagi dengan kemudahan yang ada didalamnya karena gada komitmen yang sah dan rasa tanggungjawab yang nihil. Makanya pria yang suka dengan lawan jenis namun tidak berani menanggung komitmen serta ga mampu bertanggungjawab memilih pacaran sebagai solusi.
Mau seberapa lama usia pacaran kamu, gakan ngejamin kalau kalian bisa bersanding di pelaminan. Yaa, contoh kasusnya kan udah tampak banget di sekitar kita. Nunggu apa lagi? Sadari dan langsung action, berani bilang engga buat pacaran. Jangan melakukan kesalahan yang sama.. Hijrah cinta akan membuatmu lebih baik, perbanyak mengaji dan mengkaji, cintai Allah, Rindukan Rasulullah, insyaaAllah dia yang Terbaik dari–Nya akan datang dengan cara yang tak di sangka.
2. Ilmu yang belum memadai. Banyak di antara kita yang kadang suka menghadiri kajian pranikah. Tidak ada salahnya kamu juga hadir disana untuk menambah ilmu jelang pernikahan (sekalipun belum ada calonnya). Boleh juga kamu beli buku-buku yang membahas Risalah Khitbah.
Muslimah.. di tangannya tergenggam peradaban, dan di telapak kakinya dititipkan Syurga. Kita (Perempuan) hanya tau Jodoh pasti Bertemu tapi kenyataannya Jodoh pasti Bertamu hee. Jadi, mau pilih mana? pria yang mendalami Ilmu ‘pacaran’ atau Pria yang mengkaji ilmu ‘pernikahan’?
3. Biaya Pernikahan yang Mahal. Nah, point ini jangan menjadikan pria menghela nafas panjang yaa.. justru jadikan motivasi agar bisa lebih berjuang dengan sungguh-sungguh lagi. Inget, berlian itu di dapetinnya susah dan bukan dengan harga murah.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam harus selalu jadi panutan dan suri tauladan kita, Rasullullah memberikan mahar untuk Siti Khodijah dengan 100 ekor unta merah, unta ini menjadi hewan unggulan di masanya dan bernilai tinggi, Rata-rata harga unta saat ini sekitar 12 juta. Kalau di Rupiahkan, Maharnya sejumlah 1,2 Milyar.
Waah, ikhwan langsung pada tutup mata nih hee, Tenang. Hal itu tidak mengharuskan kamu untuk memberikan mahar yang senilai dengan Rasul. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Carilah walaupun hanya cincin dari besi”
Allah Subhanahu wa ta’alla berfirman:
وَآتُوا النِّسَاءَ صَدُقَاتِهِنَّ نِحْلَةً فَإِنْ طِبْنَ لَكُمْ عَنْ شَيْءٍ مِنْهُ نَفْسًا فَكُلُوهُ هَنِيئًا مَرِيئًا ﴿النساء:٤﴾
“Berilah mas kawin (mahar) kepada wanita yang kamu nikahi sebagai pemberian yang penuh kerelaan”. (Q.S. An-Nissa : 4)
4. Lupa untuk Memantaskan Diri. Semua orang pasti ingin mendapatkan sosok pendamping yang berlebelkan ‘nyaris sempurna’, walaupun gakan kamu temukan pasang sesempurna itu. Now or Never, Waktunya untuk memantaskan diri jika memang pengharapan yang kamu inginkan bisa terwujud jadi kenyataan, karena gada yang ga mungkin dalam kamus Allah.. Jodoh itu ceriman diri kamu. Jangan mengharap datangnya sosok Ali jika kita tidak mem-Fatimahkan diri kita. Allah Subhanahu wa ta’alla berfirman:
الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ أُولَئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّايَقُولُونَ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang di tuduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga)”. (Q.S An-Nuur : 26)
5. Faktor lainnya ada di diri kamu sendiri untuk menentukan pilihan. Hanya kamu yang tau kapan waktu yang tepat untuk mengajaknya ta’aruf, sampai dengan kemantapan hati untuk mengkhitbah. Hanya butuh helaan nafas satu kali untuk mengucap “Saya terima nikahnya ….” (pahala mengalir, bidadari di hati dan surga menanti), sama saja.. hanya butuh helaan nafas satu kali ketika menyataan “Kamu mau ga jadi pacar aku?” (dosa terpupuk, syetan bertepuk, di neraka meringkuk) mau yang mana?
Menerima atau menolak? Yaaa gimana ukti…

Jangan Jadikan Aku Istrimu

Oleh: Rina Tri Lestari
JANGAN jadikan aku istrimu, jika nanti dengan alasan bosan kamu berpaling pada perempuan lain.
Kamu harus tahu meski bosan mendengar suara dengkurmu, melihatmu begitu pulas. Wajah laki-laki lain yang terlihat begitu sempurnapun tak mengalihkan pandanganku dari wajah lelahmu setelah bekerja seharian.
Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti kamu enggan hanya untuk mengganti popok anakmu ketika dia terbangun tengah malam. Sedang selama sembilan bulan aku harus selalu membawanya di perutku, membuat badanku pegal dan tak lagi bisa tidur sesukaku.
Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti kita tidak bisa berbagi baik suka dan sedih dan kamu lebih memilih teman perempuanmu untuk bercerita. Kamu harus tahu meski begitu banyak teman yang siap menampung curahan hatiku, padamu aku hanya ingin berbagi. Dan aku bukan hanya teman yang tidak bisa diajak bercerita sebagai seorang sahabat.
Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti dengan alasan sudah tidak ada kecocokan kamu memutuskan menjatuhkan talak padaku. Kamu tahu betul, kita memang berbeda dan bukan persamaan yang menyatukan kita tapi komitmen bersama.
Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti kamu memilih tamparan dan pukulan untuk memperingatkan kesalahanku. Sedang aku tidak tuli dan masih bisa mendengar kata-katamu yang lembut tapi berwibawa
Jangan pilih aku sebagai istrimu, jika nanti setelah seharian bekerja kamu tidak segera pulang dan memilih bertemu teman-temanmu. Sedang seharian aku sudah begitu lelah dengan cucian dan setrikaan yang menumpuk dan aku tidak sempat bahkan untuk menyisir rambutku.
Anak dan rumah bukan hanya kewajibanku, karena kamu menikahiku bukan untuk jadi pembantu tapi pendamping hidupmu. Dan jika boleh memilih, aku akan memilih mencari uang dan kamu di rumah saja sehingga kamu akan tahu bagaimana rasanya.
Jangan pilih aku sebagai istrimu, jika nanti kamu lebih sering di kantor dan berkutat dengan pekerjaanmu bahkan di hari minggu daripada meluangkan waktu bersama keluarga. Aku memilihmu bukan karena aku tahu aku akan hidup nyaman dengan segala fasilitas yang bisa kamu persembahkan untukku.
Harta tidak pernah lebih penting dari kebersamaan kita membangun keluarga karena kita tidak hidup untuk hari ini saja.
Jangan pilih aku jadi istrimu, jika nanti kamu malu membawaku ke pesta pernikahan teman-temanmu dan memperkenalkanku sebagai istrimu. Meski aku bangga karena kamu memilihku  tapi takkan kubiarkan kata-katamu menyakitiku.
Bagiku pasangan bukan sebuah trofi apalagi pajangan, bukan hanya seseorang yang sedap dipandang mata. Tapi menyejukkan batin ketika dunia tak lagi ramah menyapa. Rupa adalah anugerah yang akan pudar terkikis waktu, dan pada saat itu kamu akan tahu kalau pikiran dangkal telah menjerumuskanmu.
Jangan pilih aku jadi istrimu, jika nanti kamu berpikir akan mencari pengganti ketika tubuhku tak selangsing sekarang. Kamu tentunya tahu kalau kamu juga ikut andil besar dengan melarnya tubuhku. Karena aku tidak lagi punya waktu untuk diriku, sedang kamu selalu menyempatkan diri ketika teman-temanmu mengajakmu berpetualang.
Jangan buru-buru menjadikanku istrimu, jika saat ini kamu masih belum bisa menerima kekurangan dan kelebihanku. Sedang seiring waktu, kekurangan bukan semakin tipis tapi tambah nyata di hadapanmu dan kelebihanku mungkin akan mengikis kepercayaan dirimu.
Kamu harus tahu perut buncitmu tak sedikitpun mengurangi rasa cintaku, dan prestasimu membuatku bangga bukan justru terluka.
Jangan buru-buru menjadikanku istrimu, jika saat ini kamu masih ingin bersenang-senang dengan teman-temanmu dan beranggapan aku akan melarangmu bertemu mereka setelah kita menikah.
Kamu harus tahu akupun masih ingin menghabiskan waktu bersama teman-temanku, untuk sekedar ngobrol atau creambath di salon. Dan tak ingin apa yang disebut “kewajiban” membuatku terisolasi dari pergaulan, ketika aku semakin disibukkan dengan urusan rumah tangga.
Menikah bukan untuk menghapus identitas kita sebagai individu, tapi kita tahu kita harus selalu menghormati hak masing-masing tanpa melupakan kewajiban.
Jangan buru-buru menikahiku, jika saat ini kamu sungkan pada orang tuaku dan merasa tidak nyaman karena waktu semakin menunjukkan kekuasaannya. Bagiku hidup lebih dari angka yang kita sebut umur, aku tidak ingin menikah hanya karena kewajiban atau untuk menyenangkan keluargaku.
Menikah denganmu adalah salah satu keputusan terbesar di hidupku yang tidak ingin kusesali hanya karena terburu-buru.
Jangan buru-buru menikahiku, jika sampai saat ini kamu masih berpikir mencuci adalah pekerjaan perempuan. Aku tak akan keberatan membetulkan genting rumah, dan berubah menjadi satpam untuk melindungi anak-anak dan hartamu ketika kamu keluar kota.
Hapus aku dari daftar calon istrimu, jika saat ini kamu berpikir mempunyai lebih dari satu istri tidak menyalahi ajaran agama. Agama memang tidak melarangnya, tapi aku melarangmu menikahiku jika ternyata kamu hanya mengikuti egomu sebagai laki-laki yang tak bisa hidup dengan satu perempuan saja.
Hapus aku dari daftar calon istrimu, jika saat ini masih ada perempuan yang menarik hatimu dan rasa penasaran membuatmu enggan mengenalkanku pada teman-temanmu. Kamu harus tahu meski cintamu sudah kuperjuangkan, aku tidak akan ragu untuk meninggalkanmu.
Hapus aku dari daftar calon istrimu, jika saat ini kamu berpikir menikahiku akan menyempurnakan separuh akidahmu sedang kamu enggan menimba ilmu untuk itu. Ilmuku tak banyak untuk itu dan aku ingin kamu jadi imamku, seorang pemimpin yang tahu kemana membawa pengikutnya.
Jangan jadikan aku sebagai istrimu, jika kamu berpikir bisa menduakan cinta. Kamu mungkin tak tahu seberapa besar aku mengagungkan sebuah cinta, tapi aku juga tidak akan menyakiti diriku sendiri jika cinta yang kupilih ternyata mengkhianatiku.
Jangan jadikan aku sebagai istrimu, jika kamu berpikir aku mencari kesempurnaan. Aku bukan gadis naif yang menunggu sang pangeran datang dan membawaku ke istana.
Mimpi seperti itu terlalu menyesatkan, karena sempurna tidak akan pernah ada dalam kamus manusia dan aku bukan lagi seorang gadis yang mudah terpesona.
Jangan pernah berpikir menjadikanku sebagai istrimu, jika kamu belum tahu satu saja alasan kenapa aku harus menerimamu sebagai suamiku.