Selasa, 19 Mei 2015

angan Menyakiti dan Mencari Keburukan Orang Lain, dan Janganlah Berbuat Ghibah.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

ياَ أَيُّهاَ الَّذِيْنَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيْرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلاَ تَجَسَّسُوا وَلاَ يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيْهِ مَيْتاً فَكَرِهْتُمُوْهُ وَاتَّقُوْا اللهَ إِنَّ اللهَ تَوَّابٌ رَحِيْمٌ

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Hujurat: 12)

وَاعْلَمْ أَنَّهُ لَيْسَ بِواَجِبٍ أَنْ يَبْحَثَ عَنِ المُنْكَراَتِ المُسْتَوْرَةِ حَتَّى يُنْكِرُهاَ إِذاَ رَآَهاَ بَلْ ذَلِكَ مُحَرَّمٌ

Ketahuilah bahwasanya tidaklah wajib menceritakan kemunkaran yang tersembunyi, kecuali hanya untuk mengingkarinya saja jika memang melihatnya, bahkan menceritakan kemunkaran itu diharamkan. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta'ala tersebut di atas. Juga berdasarkan Sabda Nabi shollallahu 'alaihi wa sallam dalam khutbah beliau ;

ياَمَعْشَرَ مَنْ أَسْلَمَ بِلِساَنِهِ وَلَمْ يَفْضِ الإِيْماَنُ إِلىَ قَلْبِهِ لاَ تُؤَذُّوْا المُسْلِمِيْنَ وَلاَ تَزْدِرُوْهُمْ وَلاَ تَتَّبِعُوْا عَوْرَاتِهِمْ فَإِنَّهُ مَنْ يَتَتَبِعُ عَوْرَةَ أَخِيْهِ المُسْلِمِ تَتَبِعُ اللهُ عَوْرَتَهُ وَمَنْ تَتَبِعُ اللهُ عَوْرَتَهُ يُفْضِحُهُ وَلَوْ فيِ جَوْفِ رَحْلِهِ

“Wahai orang-orang yang lisannya menyatakan Islam dan keimananya belum sampai ke hati, janganlah kalian menyakiti kaum muslimin, jangan berbuat jahat kepada mereka dan jangan pula menceritakan keburukan mereka, karena sesungguhnya seseorang yang menceritakan keburukan saudaranya yang muslim maka Allah akan menceritakan keburukannya, siapa yang keburukannya diceritakan Allah maka ia sesungguhnya dipermalukan Allah, meskipun berada di dalam kamar”. (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Hibban)

Anda hanya berkewajiban untuk memerintah kebaikan di saat anda melihat orang tidak berbuat kebaikan. Dan anda harus melarang keburukan di saat anda melihat orang melakukan keburukan itu. Ketahuilah dalam hal ini kami banyak melihat orang keliru menyikapinya. Penyusun kitab Nashoihuddiniyyah menyatakan ;

وَمِنَ المُهِمِّ أَنْ لاَتُصَدِّقَ وَلاَتَقَبَّلَ كُلُّ ماَيُنْقَلُ إِلَيْكَ مِنْ أَفْعاَلِ النَّاسِ وَأَقْواَلِهِمْ المُنْكَرَةِ حَتَّى تُشاَهِدُ ذَلِكَ بِنَفْسِكَ أَوْ يُنْقِلُهُ إِلَيْكَ مُؤْمِنٌ تَقِىٌّ لاَيُجاَزِفُ وَلاَيَقُوْلُ إِلاَّ الحَقَّ

Diantara hal paling penting adalah anda tidak membenarkan dan tidak menerima setiap kabar yang anda dapatkan tentang perbuatan dan perkataan yang buruk, kecuali anda menyaksikan sendiri atau mendapat khabar dari seorang mukmin yang taqwa, amanah, tidak cerita berlebihan dan tidak berkata melainkan benar.

Demikian itu karena, berbaik sangka kepada kaum muslimin itu diharuskan. Banyak orang sekarang terlalu berlebihan, mudah terpancing isu, sehingga pada akhiranya kurang peduli kebaikan dan hilangnya amanah.

Menurut mereka, seorang yang terpuji ialah jika menyamai keinginan mereka meskipun tidak menegakkan agama Allah, seorang tercela ialah jika menyalahi mereka meskipun seorang soleh. Akhirnya mereka memuji orang yang tidak layak dipuji, karena menyamai dan diam akan kebatilan. Mereka mencela orang yang menyalahi dan menasehati agamanya, inilah kebanyakan orang sekarang, kecuali orang yang Allah lindungi.

Penyusun kitab Nashoihuddiniyyah menyimpulkan ;

فَوَجَبَ الإِحْتِراَزُ وَالتَّحَفُظُ وَالإِحْتِياَطُ فىِ جَمِيْعِ الأُمُوْرِ فَإِنَّ الزَماَنَ مُفْتَوْنَ وَأَهْلُهُ عَنِ الحَقِّ ناَكِبُوْنَ إِلاَّ مَنْ شاَءَ اللهُ مِنْهُمْ وَهُمْ الأَقَلُوْنَ

Oleh karena itu, kita diwajbkan menjaga, memelihara dan hati-hati dalam segala hal, zaman sekarang banyak terjadi fitnah, orang-orangnya jauh dari kebenaran, kecuali mereka yang dipelihara dengan kehendak Allah, sayang mereka ini jumlahnya hanya sedikit.

Wallahu a'lam bishshowaab.

Disarikan dari kitab Nashoihuddiniyyah, karya Al-Imam Al-Quthub Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad.

PEDAGANG SUKSES YANG SALAH SALURAN
Dia pedagang sukses yang terkenal sholeh dan berjiwa sosial. Namanya Tuan Tajir. Tempat usaha dan tempat tinggalnya lebih dari satu. Usahanya adalah berdagang barang-barang antik mewah dan jual beli rumah. Di negerinya penduduk mengenalnya sebagai orang yang selalu menjaga sholat lima waktu berjamaah tepat waktu di masjid, berkawan dengan dengan orang-orang sholeh, ramah pada setiap orang, dan senang membantu baik saudara dekat, saudara jauh maupun orang lain yang bukan saudara.
Suatu hari, datanglah seorang ulama bernama Syeikh Mukhtar bersilaturahmi ke rumahnya. Setelah mengobrol membicarakan berbagai hal termasuk masalah keagamaan, Tuan Tajir meminta didoakan oleh Syeikh Mukhtar agar dirinya terhindar dari musibah seperti yang baru saja dialami rekan bisnisnya yang dirampok barang-barang dagangannya oleh kawanan penyamun di tengah perjalanan bisnisnya. Sebelum Syeikh Mukhtar berpamitan, Tuan Tajir tidak lupa memberikan sumbangan uang sebesar 5 dirham kepada Syeikh Mukhtar sebagai zakat dari pendapatannya hasil penjualan salah satu rumahnya yang baru saja laku 350 dinar.
Pada kesempatan silaturahmi tersebut, Syeikh Mukhtar mengungkapkan maksud dan tujuan kedatangannya. Beliau mengharapkan bantuan Tuan Tajir berkenan membeli satu-satunya rumah yang dimilikinya seharga 50 dinar. Syeikh Mukhtar mengatakan pada Tuan Tajir, uang hasil penjualan rumahnya akan digunakannya untuk membiayai anaknya melanjutkan pendidikan di sebuah madrasah di negeri seberang, mendukung usaha-usaha dakwahnya, dan modal untuk berbisnis agar dia bisa meningkatkan taraf kehidupannya yang memang masih kurang dari cukup.
Dengan halus dan hati-hati, Tuan Tajir sambil memohon maaf mengatakan tidak bisa membantu Syeikh Mukhtar dengan mengemukakan dua alasan, Pertama, dia tidak ada rencana untuk membeli rumah, dan kedua, dia berencana akan membantu saudara kandungnya bernama Tuan Tajir Muda untuk mengembangkan usahanya.
Beberapa bulan kemudian, penduduk negeri itu dikagetkan dengan berita Tuan Tajir menderita sakit yang cukup parah dan harus menjalani pengobatan di rumah sakit yang menelan biaya sebesar 50 dinar. Tak berapa lama setelah itu, penduduk kembali dikagetkan dengan berita Tuan Tajir Muda mengalami kecelakaan di jalan, terjatuh dari unta yang dikendarainya dan harus menjalani perawatan di rumah sakit. Beberapa bulan kemudian, Tuan Tajir mengalami musibah lagi, Beberapa barang dagangannya di salah satu tempat usahanya raib. Kerugian ditaksir sekitar 50 dinar. Tuan Tajir tidak tahu bagamaina bisa raib. Kemungkinan besar pelakunya adalah pegawainya sendiri.
Kisah di atas adalah kisah nyata dengan sedikit perubahan, yakni pada setting waktu, tempat dan nama-nama orang. Kisah-kisah serupa yang menceritakan dan membuktikan keajaiban sedekah kini mudah didapat dari siaran TV, buku-buku dan majalah-majalah.
Apalagi dari internet, akan sangat mudah didapat kisah-kisah sejenis yang sangat banyak ragam dan jumlahnya. Namun ternyata kemudahan-kemudahan itu tidak mudah membuat setiap diri Muslim tergerak hati menjadikan sedekah sebagai gaya dan pola hidupnya.
Masih banyak ditemui atau bahkan diri kita sendiri yang merasa mampu ketika memenuhi segala kebutuhan dan keinginan termasuk untuk hal-hal dan barang-barang yang bukan primer, tapi tiba-tiba merasa miskin ketika ingin bersedekah atau ketika datang seseorang yang memohon bantuannya untuk keperluan orang tersebut, orang lain, lembaganya, atau keperluan dakwah. Sehingga tidak sepersen pun yang keluar dari sakunya, atau jika memberikan bantuan nilai nominalnya kecil.
Contohnya, hampir setiap orang kini mempunyai handphone. Ketika membeli handphone meskipun harganya mencapai ratusan ribu hingga jutaan, bisa dipastikan hampir setiap orang kini mampu membelinya. Juga untuk keperluan membeli pulsa. Pasti ada saja uang untuk membeli pulsa setiap kali habis. Tapi ketika datang seseorang dari sebuah lembaga sosial memohon bantuan infak atau sedekah untuk keperluan anak yatim, tidak setiap orang yang mempunyai handphone dan selalu beli pulsa memberikan sumbangan. Jika memberi, nilai nominalnya kecil, jauh di bawah harga handphone bahkan masih di bawah jumlah pulsa selama satu bulan sekalipun.
Gaya hidup seperti di atas menurut Islam jelas salah. Sesungguhnya bersedekah itu kebutuhan setiap orang. Orang yang bersedekah lah yang membutuhkan orang yang disedekahi. Mengapa demikian? Karena setiap orang ingin hidupnya di dunia barokah, jika sakit ingin sembuh dari sakit, terhindar dari musibah, di alam barzah mendapatkan kiriman pahala terus menerus, dan kelak di akhirat selamat dari api neraka dan mempunyai timbangan amal sholeh yang berat.
Sesungguhnya uang seseorang yang dikeluarkan untuk keperluan sosial dan perjuangan agama adalah yang benar-benar miliknya. Sedangkan uang yang disimpannya atau yang dikeluarkannya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya bukanlah miliknya. Mengapa? Karena yang pertama manfaatnya akan dirasakan hingga setelah mati, menyelamatkan dirinya dari api neraka dan memperberat timbangan amal sholehnya di Hari Kemudian. Sedangkan yang kedua, manfaatnya hanya dirasakan ketika hidup di dunia, kecuali jika hal-hal atau barang-barang yang dibelinya digunakan untuk beribadah apalagi untuk berdakwah, manfaatnya akan dirasakan di alam barzah dan di alam akhirat.
Bentengilah diri kalian dari siksa api neraka meskipun dengan separuh buah kurma (Muttafaqun alaih)
Dari Uqbah bin Harits r.a., ia berkata, Saya pernah shalat Ashar di belakang Nabi saw., di Madinah Munawwarah. Setelah salam, beliau berdiri dan berjalan dengan cepat melewati bahu orang-orang, kemudian beliau masuk ke rumah salah seorang istri beliau, sehingga orang-orang terkejut melihat perilaku beliau saw. Ketika Rasulullah saw. keluar, beliau merasakan bahwa orang-orang merasa heran atas perilakunya, lalu beliau bersabda, Aku teringat sekeping emas yang tertinggal di rumahku. Aku tidak suka kalau ajalku tiba nanti, emas tersebut masih ada padaku sehingga menjadi penghalang bagiku ketika aku ditanya pada hari Hisab nanti. Oleh karena itu, aku memerintahkan agar emas itu segera dibagi-bagikan (HR. Bukhari)
Sehingga dapat disimpulkan, Tuan Tajir yang paling tidak mempunyai harta 350 dinar dari hasil penjualan rumahnya semestinya membantu Syeikh Mukhtar dengan membeli rumahnya. Lebih baik lagi jika Tuan Tajir memberikan 50 dinar cuma-cuma tanpa mendapakan rumah tersebut. Dengan demikian selain terhindar dari musibah-musibah, uang yang dikeluarkannya untuk membantu Syeikh Mukhtar benar-benar menjadi miliknya.
Dalam banyak hadits Rasulullah sering mengatakan membentengi diri kita dengan bersedekah agar terhindar dari musibah.
Sedekah dapat menolak 70 macam bencana, dan yang paling ringan adalah penyakit kusta dan sopak (vitiligo) (HR Thabrani)
Seandainya ada banyak Tuan Tajir di sebuah negeri yang mengeluarkan hartanya untuk mendukung perjuangan di jalan Allah, Allah Subhanahu Wataala tidak akan melenyapkan ataumemusnahkan penduduk negeri itu untuk diganti dengan kaum lain yanglebih baik. Naudzu billahi min dzalik
(Al Quran)
Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang berkehendak; dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu ini (QS. Muhammad [47]:38)
Oleh: Abdullah al-Mustofa. Penulis peneliti ISFI (Islamic Studies Forum for Indonesia) Kuala Lumpur Malaysia.
Sumber: http://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=10151173785081840&id=109056501839

HAKIKAT MI'RAJ MUSLIM DIDALAM SHOLAT

Sholat dalam satu riwayat Hadis dikatakan sebagai mi'rajul mu'minin (Hadist Riwayat Bukhari) yakni Mi'raj orang yang beriman. Sholat, dilukiskan sebagai mi'raj seorang mukmin, dalam analogi dengan Mi'raj Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang menghadap Allah Subhanahu wa Ta'ala secara langsung di Sidrat al­Muntaha.

Sebagai orang yang senantiasa melaksanakan ibadah sholat, sudahkah kita Mi'raj! Kapan kita menciptakan kondisi berdialog dengan Tuhan kita. Ataukah sholat kita hanya sebuah gerak-gerik ucapan bibir, ketika kita mengucapkan lafaz-lafaz ucapan sholat, tanpa mengerti, memahami dan meng­hayatinya, padahal semua lafaz itu adalah dialog kita kepada Tuhan, sehingga mungkinkah akan tercipta dialog suci itu bila pengertian, pemahaman dan peng­hayatan tidak ada pada diri kita.

Kita menyingkap mi'raj itu tidak mudah, tetapi memerlukan perjuangan, latihan dan waktu yang panjang. Dari usaha kita memahami tuntutanibadah shalat, upaya kita mengerti, memahami dan menghayati ucapan sholat dan usaha-usaha lain yang sifatnya rohaniyah. Penghayatan terhadap takbir, tasbih dan tahmid, membesarkan Allah dan perintah-Nya dalam Quran dan Sunnah, lalu membawa perbaikan didalam kehidupan sesuai Nabi dan Shahabatnya adalah pertanda faidah sholat nampak dalam kehidupan.

Mustahil Sholat seorang hamba dalam keadaan ingkar, melakukan perbuatan maksiat dan mempelopori maksiat. Dan menganggap perintah Allah sebagai sesuatu yang sepele dan remeh, dalam artian takbirnya bagai tidak membawa hasil. Tahmidnya membawa rasa syukur mendalam, makin tidak enak berbuat dosa, semakin banyak bertaubat, maka tidak heran Rosulullah SAW beristighfar 100-70 kali sehari karena keagungan Allah dalam penghayatan takbirnya begitu luar biasa.

Bagi para shahabat Nabi, dalam menghayati takbir sholatnya sampai-sampai tidak merasakan anak panah dicabut dalam tubuhnya, mencapai tingkatan ini sholat haruslah ditempatkan sebagai sarana melatih membesarkan Allah SWT, maka tidak ada tempat bagi kehidupan kecuali sejalan dengan Quran dan Sunnah. Dan puncak keimanan sejatinya, membawa ia mengajak manusia kepada Tauhid siapapun agar tunduk kepada Allah dan Rosulnya, seperti para manusia termulia disisi Allah, kelas Nabi dan Rosul, terus memperbaiki diri, senantiasa beristighfar khawatir kalau ada dosa, ini dampak penghayatan takbir yang sebenarnya, kelak dihari kiamat takbir ini menunjukkan eksistensinya, betapa para pendosa ditunjukkan akan kedahsyatan mempertanggung jawabkan dosa dan kesalahan dihadapan Allah SWT sendiri-sendiri, beruntunglah mereka yang cinta sejati dalam iman dan Islam.

Peristiwa Isra' Mi'raj terjadi setahun sebelum Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam hijrah dari Makkah ke Madinah, tepatnya pada tanggal 27 Rajab tahun ke-12 Kenabian (Setelah mene­rima misi sebagai Rasul). Isra'dan Mi'raj adalah suatu perjalanan suci Ilahiyah yang tiada bandingannya, yang hanya berlaku satu kali dalam sejarah kemanusiaan, suatu Peristiwa yang berhak dibanggakan, dikagumi, diagungkan dan di­anggap suci, yang menjadi mukjizat dan lambang kebesaran dan kehormatan bagi Nabi Rasul Islam, Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Isra' itu, Allah, Tuhan sekalian alam memperjalankan hamba-Nya, yaitu Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di malam hari dari Al-Masjidil Haram yang berada di Makkah, menuju Al-Masjidil Aqsha di Palestina. Sedangkan Mi'raj itu, Allah yang maha kuasa mem­perjalankan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam (naik) dari Al-­Masjidil Aqsha menuju Sidratal-Muntaha, yaitu tempat paling tinggi, yang di atasnya tidak ada sesuatu lagi, dan di dekatnya jannatul Ma'waa, taman tempat tinggal, surga yang paling indah. Disanalah Nabi diterima menghadap Tuhannya.

Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam diterima menghadap Tuhan Dzat-Nya yang Maha Agung, sebagai penghormatan terakhir Nabi diterima audience dengan hijab, dan kemudian diberikan amanah untuk segala makhluk yaitu shalat. Karena itu membicarakan Isra' Mi'raj, maka sholat merupakan fokus perhatian utama dari sekian banyak masalah yang terkandung dalam peristiwa penting ini. Sholat itu amanah, sebagai ibadah wajib untuk me­lakukan komunikasi yang tertib dan teratur lima kali dalam sehari semalam dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Dari keterangan di atas, kita menyaksikan betapa Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memiliki suatu kesempatan berdialog dengan Tuhannya. Dialog suci sewaktu menghadap Tuhan itu adalah suatu peristiwa penting yang menjadi inti perjalanan suci Ilahiyah, untuk menerima sholat lima waktu dalam sehari semalam.

Dalam Sholat terjadi dialog antara hamba denganTuhannya, merupakan karunia yang paling besar, di antara semua karunia yang diberikan kepada makhluk-Nya di bumi, kita tidak dapat mengukur karunia tersebut menurut ukuran dunia, pengalaman itu rupanya dimiliki Muhammad Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Namun demikian, Allah akan memberikan karunia semacam ini, meskipun dalam bentuk yang lain kepada umat yang beriman. Kita akan merasakan situasi dialog, antara kita sebagai hamba dengan Tuhan seru sekalian alam yaitu lewat ibadah sholat kita. Karena sholat, adalah tempat kita berdialog, beromong dan berbisik dengan Tuhan. Rosulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

Sesungguhnya seseorang kamu apabila dia berdiri waktu sholat ia berbicara dengan Tuhannya atau Tuhan ada antara dia dengan kiblat.

Sumber: http://www.facebook.com/photo.php?fbid=10151171497436840&set=a.117212296839.110306.109056501839&type=1

Hakikat Jin-Iblis


“Tahukah kamu Hakikat fungsi penciptaan iblis yang diciptakan dari Api yang berubah menjadi sifat Panas pada diri manusia,

Dia Allah ciptakan dari sifat Panas & lalu ditempatkan (dirumahkan) pada Nafsu-Keinginan yang masuk kedalam manusia menjadi  pada sisi Negatif (untuk org tidak sadar dgn keimanan) menjadi Emosional-egois-godaan/pengaruh buruk, Angkuh, dusta, teledor-tergesa2, berbuat kerusakan….
lalu sifat panas berubah menjadi sisi positif bagi manusia (untuk org Sadar dgn keimanan) yang menjadi Niat Kehendak-kemauan, semangat, berdikari mandiri, Angan2 & cita-cita….
“Jika manusia salah mengarahkan Nafsu-Keinginan.nya ke jalan kebenaran maka Iblis.lah yang menjadi teman.nya di dunia & panas nerakalah di dapat.nya dari hasil perbuatan.nya sendiri.
“Maka Perbaguslah, kendalikan, & tenangkanlah nafsumu-jiwamu dengan banyaknya amalan2 ibadah & niat kehendak yang baik serta akhlak yg mulia….
“Insya Allah kita menjadi org yang sholeha-beriman-Yakin lagi berjiwa tenang dengan kesadaran keimanan serta selalu dibimbing mendapatkan hidayah petunjuk dari Allah Yang Maha Menciptakan Makhluk-Nya yang tidak ada yg sia-sia dari hasil ciptaan-Nya.
Barokallah.

“Manusia berakal selalu menggambarkan dalam dirinya berbagai cobaan,musibah, sebelum tiba pada saatnya. maka apabila datang tiba-tiba tidaklah mengagetkan karena di dalam hatinya telah terdapat gambaran.
sedangkan orang bodoh merasa aman sepanjang waktu, dia lupa kejatuhan,kehancuran,kekecewaan raja-raja zalim &  manusia-manusia yg hebat dimasa yang lalu.
maka jikalau tiba-tiba datang perubahan waktu yg membawa musibah, dia akan menangis tersedu-sedu, kesedihan yang berlebihan, hingga bisa merapuhkan dan meluluh lantakan seluruh sendi-sendi mental jiwanya, dan keimanan’nya.
Jikalau KETEGUHAN HATI lebih dulu datang dalam urusan-urusan manusia, niscaya kesabaran akan mengajarinya dalam berbagai kebaikan-kebaikan di setiap cobaan”.


Imam Ghozali berkata:
“Man Alima Wa’Amila Wa’Allama fahuwal ladzi yud’aa adhii man fii malakuti samawati”
Artinya: “Brgsiapa mengerti-memahami Agama Islam & melaksanakan-menerapkannya serta mengajarkannya, Maka Ia disebut sbg org2 yg sangat Agung di kerajaan langit”.
Baginda Rasulullah SAW bersabda:
“Alaa khulafaai rahmatullahi qilaa: ‘Waman khulafaa uka? Qoola: Al ladzina yuhyuuna sunnatii wayu’allimunahaa Ibadallahi”

Artinya: “Semoga ُ Ya اَللّهُ memberikan Rahmat-Nya kpd penggantiku. Ditanyakan: Siapakah pengganti2mu itu? Jawab Rasulullah: Yaitu org2 yg melaksanakan-menerapkan kesunnahanku (Al’quran-Al Hadist) & yg mengajarkan Agama Islam kpd manusia”.


“Dalam Hidup kita tdk bisa melakukan hal yang besar, Kita hanya bisa melakukan hal yang kecil dengan Cinta yang besar”
“Karena Amanah yang besar memiliki tanggung jawab yang besar”
“Manusia yang hanya Cinta Dunia & Takut Mati, itu membuat kita hanya seperti Buih di Lautan”
“Banyak tetapi Tdk Berarti yang bisa hilang dalam sekejap mata”
“Semoga keberadaan kita masih mendatangkan kemanfaatan bagi disekeliling kita”.
Ketahuilah dengan kesadaran……………………
Sesungguhnya Allah mengikuti sifat manusia, mengikuti prasangka manusia, mengikuti niatnya dalam setiap proses perjalanan hidupnya di dunia.
Kesemuanya berlaku kepada Allah selalu dalam keadaan baik.
Ketahuilah dengan kesadaran……………………..
Sesungguhnya jika manusia bersifat buruk, prasangka buruk, berniat buruk, ketahuilah itu dari dirinya sendiri & telah menzalimi dirinya sendiri
Karena Allah tidak berada dalam keadaan yang buruk.
Sesungguhnya Allah sangat Maha berbuat baik kepada manusia dari apa yang selalu manusia perkirakan dan persangkakan.
(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus Lagi Maha Mengetahui. (Q.s. Lukman :16).
Ketahuilah dengan kesadaran…………………..
Sesungguhnya biarpun manusia dalam keadaan sadar & tidak sadar, tetap ia melihat dan merasakan tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah pada dirinya sendiri dalam keadaan lahir & dalam batinnya
Dan sesungguhnya telah Kami berikan Ilmu hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri (kemuliaan dirinya); dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.
Semuanya telah jelas yang baik & yang buruk……yang Hak & Yang Batil
Sesungguhnya Allah Maha pemberi & Maha pemurah Maha Bijaksana serta mengetahui segala isi hati manusia
Rahasiakan & lahirkanlah perkataanmu. Sesungguhnya DIA Maha mengetahui segala isi hati (Q.s Al Mulk:12-13).
Ketahuilah dengan kesadaran………………..
Sesungguhnya semua alam, semua unsur, semua makhluk, semua cahaya bintang telah bekerjasama guna kehidupan manusia
Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa saja yang di langit dan apa saja yang di bumi dan menyempurnakan untukmu ni’mat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan. (Q.s Lukman:20)
Manusia adalah pemimpin, pemimpin dari kesemuanya itu dan telah mempunyai ilmu maha karya sejati dari Allah dalam keadaan lahir & dalam batinnya
Ketahuilah dengan kesadaran………………..
Sesungguhnya manusia adalah rahasia allah dalam kehidupannya & Allah pun rahasia baginya.
Maka singkaplah, bukalah dan temukanlah rahasia maha karya sejati dari Allah dalam keadaan lahir & batinmu
Disertai dengan pengenalan makrifatmu kepada Allah dalam keadaam lahir & batin
Sesungguhnya Allah maha luas Ilmunya dan memiliki batas hijab rahasia yg Maha Sempurna

DO'A


“Wahai Rabb-Ku Jadikanlah Aku Puas & Merasa Cukup dengan Aturan-Mu Atas Diriku, Sehingga Aku Tak Ingin Dikatakan Sebagai Yg Mengatur Diriku Sendiri
Dan Buatlah Aku Menerima Pilihan-Mu Yg Engkau Berikan Atas Diriku, Sehingga Aku Tak Perlu Khilaf Memilih Sesuatu Utk Diriku Sendiri

Karena Kutahu Engakau-Lah Tempat Bergantung Aturan, Pilihan & Harapan Serta Yg Maha Mengetahui Apa Yg Aku Maksudkan”.

IMAN

“Org yg beriman itu selalu bertutur kata Santun nan Mulia dan selalu berjalan dgn hukum & tata cara Agama Islam, baik dlm menuntut Ilmu, mencari harta, dalam berkeluarga, mencari Amal & peribadatan kpd-Nya, Karena ia tahu & sadar bahwa Kesantunan & Kemuliaan ُ Ya اَللّهُ selalu ADA hadir dalam setiap detik perjalanan kehidupan lahir & didalam batinnya selama hidup di dunia”.
“Ciri2 org yg beriman itu selalu berprasangka baik & benar, baik dalam berkata dan bertindak, Karena Ia tahu & sadar bahwa petunjuk kebenaran dari ُ Ya اَللّهُ selalu datang kepadanya dgn kebenaran juga yg berupa Ilham & Hidayah Petunjuk-Nya yg mulia di dalam kehidupan lahirnya & didalam batinnya selama hidupnya di dunia”.

SEMOGA


“Jadilah Angin Sejuk yg tak pernah bosan menempati ruang & tak pernah diam-resah dlm mencari keberkahan-NYA.” Jadilah cahya lilin di gelap gulita biarpun hanya bisa menerangi semampunya” memang setiap gelas yg jatuh pasti akan retak & pecah. Jadi buanglah yg sudah yang gak layak. Carilah dgn Semangat baru dgn gelas yang baru yg indah di pandang mata.
bukankah semua unsur di bumi selalu bersemangat melayani kehidupan manusia. Mengapa kita yg dilayani gak pernah memaknai diri. Kecintaan kpd sesuatu khususnya ALLAH SWT. takkan pernah padam Sebelum sang pencinta berniat ingin menemui Apa yg sangat dicintainya.
Cintalah dulu dgn kekuasaanNYA di dunia dgn mengabdi kpd-NYA. Semoga dikau senantiasa selalu di anugerahkan tanda-tanda kekuasaanNYA guna ketenangan jiwamu selama di dunia.

Barokallah.

AIR

Kemanakah kucari secangkir air penawar dahaga dukaku
Terlelap risau dengan mimpi keinginanku
Terkulai lemas dengan bayang alam mayaku
Terkubur dalam kerangka emosi jiwaku
Terpuruk dalam rangkaian sepiku
Kuteringat cahaya hati yang bertabur nuansa kahyangan disana
Kuteringat cahaya hati yang menemaniku sebelum cahaya keindahan disini
Secercah pelangi membawaku bertamu ke istananya
Searak awan putih kapas menyapa dgn senyuman nya
Sebening embun berbisik ke hatiku
Sebulir salju bermanja ke hatiku
Segelembung busa putih bersih menyatakan cintanya
Semuanya sepakat bersama memberiku secangkir AIR.

Sadar Diri

Orang yang selalu dalam Kesadaran dirinya dia pasti akan selalu menghargai dirinya.
Setelah dia menghargai dirinya dia akan selalu menghormati dirinya untuk selalu menyukai kebenaran.
Karena dia tahu KEKUATAN KEBENARAN itu muncul dari dalam lubuk hatinya terdalam.
begitupun sebaliknya orang yang tak pernah SADAR DIRI… dia akan sangat sulit menerima suatu kebenaran yang muncul dari dalam hatinya.
Karena ALLAH telah menghijab menutupi hatinya dgn penyakit hasud kedengkian, iri hati, ghibah, fitnah, riya, bangga diri, & keangkuhannya sendiri.
SEHINGGA MEREKA2 MAKIN TAMBAH JAUHH DARI HIDAYAH KEBENARAN ALLAH & RASUL-NYA.

Semua


“Segala sesuatu apapun yg terjadi baik ujian atau hidayah, bencana atau kemakmuran, suka atau duka, sengsara atau bahagia, itulah jalan kemuliaan Allah untuk Memuliakan’mu.
Sebab penikmat kebahahagian diuji terlena dengan kebahagiaan nya,
Perasa kesusahan diuji terluluh rapuh dengan kesusahan nya,
Kesyukuran kehidupan yang ada pada hari ini adalah jawaban “Kemuliaan-Nya”.                            
Dan sebagai bukti kecintaan’mu kepada kecintaan-Nya
Sesungguhnya ُ Ya Allah pun bersifat Asy-Syakuru Maha Bersyukur Dan Al-Waduud Maha  Mencintai”

Filosofi Kejawen

Mari kita mengutip satu tembang Jawa


Tak uwisi gunem iki                    saya akhiri pembicaraan ini
Niyatku mung aweh wikan   saya hanya ingin memberi tahu
Kabatinan akeh lire                       kabatinan banyak macamnya
Lan gawat ka liwat-liwat                dan artinya sangat gawat
Mulo dipun prayitno                      maka itu berhati-hatilah
Ojo keliru pamilihmu                       Jangan kamu salah pilih
Lamun mardi kebatinan                   kalau belajar kebatinan

Tembang ini menggambarkan nasihat seorang tua (pinisepuh) kepada mereka yang ingin mempelajari kabatinan cara kejawen. Kiranya perlu dipahami bahwa tujuan hakiki dari kejawen adalah berusaha mendapatkan ilmu sejati untuk mencapai hidup sejati, dan berada dalam keadaan harmonis hubungan antara kawula (manusia) dan Gusti (Pencipta) ( jumbuhing kawula Gusti ) /pendekatan kepada Yang Maha Kuasa secara total.
Keadaan spiritual ini bisa dicapai oleh setiap orang yang percaya kepada Tuhan, yang mempunyai moral yang baik, bersih dan jujur. beberapa laku harus dipraktekkan dengan kesadaran dan ketetapan hati yang mantap. Pencari dan penghayat ilmu sejati diwajibkan untuk melakukan sesuatu yang berguna bagi semua orang serta  melalui kebersihan hati dan tindakannya. Cipta, rasa, karsa dan karya harus baik, benar, suci dan ditujukan untuk mamayu hayuning bawono. Ati suci jumbuhing Kawulo Gusti : hati suci itu adalah hubungan yang serasi antara Kawulo dan Gusti,  kejawen merupakan aset dari orang Jawa tradisional  yang berusaha memahami dan mencari makna dan  hakekat hidup yang mengandung nilai-nilai.
Dalam budaya jawa dikenal adanya simbolisme, yaitu suatu faham yang menggunakan lambang atau simbol untuk membimbing pemikiran manusia kearah pemahaman terhadap suatu hal secara lebih dalam. Manusia mempergunakan simbol sebagai media penghantar komunikasi antar sesama dan segala sesuatu yang dilakukan manusia merupakan perlambang dari tindakan atau bahkan karakter dari manusia itu selanjutnya. Ilmu pengetahuan adalah simbol-simbol dari Tuhan, yang diturunkan kepada manusia, dan oleh manusia simbol-simbol itu ditelaah dibuktikan dan kemudian diubah menjadi simbol-simbol yang lebih mudah difahami agar bisa diterima oleh manusia lain yang memiliki daya tangkap yang berberda-beda.
Biasanya sebutan orang Jawa adalah orang yang hidup di wilayah sebelah timur sungai Citanduy dan Cilosari. Bukan berarti wilayah di sebelah barat-nya bukan wilayah pulau Jawa. Masyarakat Jawa adalah masyarakat yang menjunjung tinggi rasa kekeluargaan dan suka bergotong royong dengan semboyannya “saiyeg saekoproyo “ yang berarti sekata satu tujuan.
Kisah suku Jawa diawali dengan kedatangan seorang satriya pinandita yang bernama Aji Saka, sampai kemudian satriya itu menulis sebuah sajak yang kemudian sajak tersebut diakui menjadi huruf jawa dan digunakan sebagai tanda dimulainya penanggalan tarikh Caka.
Kejawen adalah faham orang jawa atau aliran kepercayaan yang muncul dari masuknya berbagai macam agama ke jawa. Kejawen mengakui adanya Tuhan Gusti Allah tetapi juga mengakui mistik yang berkembang dari ajaran tasawuf agama-agama yang ada.
Tindakan tersebut dibagi  tiga bagian yaitu tindakan simbolis dalam religi, tindakan simbolis dalam tradisi dan tindakan simbolis dalam seni. Tindakan simbolis dalam religi, adalah contoh kebiasaan orang Jawa yang percaya bahwa Tuhan adalah zat yang tidak mampu dijangkau oleh pikiran manusia, karenanya harus di simbolkan agar dapat di akui keberadaannya misalnya dengan menyebut Tuhan dengan Gusti Ingkang Murbheng Dumadi, Gusti Ingkang Maha Kuaos, dan sebagainya.
Tindakan simbolis dalam tradisi dimisalkan dengan adanya tradisi upacara kematian yaitu medo’akan orang yang meninggal pada tiga hari, tujuh hari, empatpuluh hari, seratus hari, satu tahun, dua tahun, tiga tahun, dan seribu harinya setelah seseorang meninggal (tahlillan). Dan tindakan simbolis dalam seni dicontohkan dengan berbagai macam warna yang terlukis pada wajah wayang kulit; warna ini menggambarkan karakter dari masing-masing tokoh dalam wayang.
Perkembangan budaya jawa yang mulai tergilas oleh perkembangan teknologi yang mempengaruhi pola pikir dan tindakan orang jawa dalam kehidupan. Maka orang mulai berfikir bagaimana bisa membuktikan hal gaib secara empiris tersebut dengan menggunakan berbagai macam metode tanpa mengindahkan unsur kesakralan. Bahkan terkadang kepercayaan itu kehilangan unsur kesakralannya karena dijadikan sebagai obyek exploitasi dan penelitian.
Kebiasaan orang Jawa yang percaya bahwa segala sesuatu adalah simbol dari hakikat kehidupan, seperti syarat sebuah rumah harus memiliki empat buah soko guru (tiang penyangga) yang melambangkan empat unsur alam yaitu tanah, air, api, dan udara, yang ke empatnya dipercaya akan memperkuat rumah baik secara fisik dan mental penghuni rumah tersebut. Namun dengan adanya teknologi konstruksi yang semakin maju, keberadaan soko guru itu tidak lagi menjadi syarat pembangunan rumah. Dengan analisa tersebut dapat diperkirakan bagaimana nantinya faham simbolisme akan bergeser dari budaya jawa. Tapi bahwa simbolisme tidak akan terpengaruh oleh kehidupan manusia tapi kehidupan manusialah yang tergantung pada simbolisme. Dan sampai kapanpun simbolisme akan terus berkembang mengikuti berputarnya sangkakala.
Mangkunegara IV (Sembah dan Budiluhur)
Mangkunegara IV memiliki empat ajaran utama yang meliputi sembah raga, sembah cipta (kalbu), sembah jiwa, dan sembah rasa.
Sembah Raga
Sembah raga ialah menyembah Tuhan dengan mengutamakan gerak laku badaniah atau amal perbuatan yang bersifat lahiriah. Cara bersucinya sama dengan sembahyang biasa, yaitu dengan mempergunakan air (wudhu). Sembah yang demikian biasa dikerjakan lima kali sehari semalam dengan mengindahkan pedoman secara tepat, tekun dan terus menerus, seperti bait berikut:
Sembah raga puniku / pakartining wong amagang laku / sesucine asarana saking warih / kang wus lumrah limang wektu / wantu wataking wawaton
Sembah raga, sebagai bagian pertama dari empat sembah yang merupakan perjalanan hidup yang panjang ditamsilkan sebagai orang yang magang laku (calon pelaku atau penempuh perjalanan hidup kerohanian), orang menjalani tahap awal kehidupan bertapa (sembah raga puniku, pakartining wong amagang laku). Sembah ini didahului dengan bersuci yang menggunakan air (sesucine asarana saking warih). Yang berlaku umum sembah raga ditunaikan sehari semalam lima kali. Atau dengan kata lain bahwa untuk menunaikan sembah ini telah ditetapkan waktu-waktunya lima kali dalam sehari semalam (kang wus lumrah limang wektu). Sembah lima waktu merupakan shalat fardlu yang wajib ditunaikan (setiap muslim) dengan memenuhi segala syarat dan rukunnya (wantu wataking wawaton). Sembah raga yang demikian ini wajib ditunaikan terus-menerus tiada henti (wantu) seumur hidup. Dengan keharusan memenuhi segala ketentuan syarat dan rukun yang wajib dipedomani (wataking wawaton). Watak suatu waton (pedoman) harus dipedomani. Tanpa mempedomani syarat dan rukun, maka sembah itu tidak sah.
Sembah raga tersebut, meskipun lebih menekankan gerak laku badaniah, namun bukan berarti mengabaikan aspek rohaniah, sebab orang yang magang laku selain ia menghadirkan seperangkat fisiknya, ia juga menghadirkan seperangkat aspek spiritualnya sehingga ia meningkat ke tahap kerohanian yang lebih tinggi.
Sembah Cipta ( Kalbu )
Sembah ini kadang-kadang disebut sembah cipta dan kadang-kadang disebut sembah kalbu, seperti terungkap pada Pupuh Gambuh bait 1 dan Pupuh Gambuh bait 11 berikut :
Samengkon sembah kalbu / yen lumintu uga dadi laku / laku agung kang kagungan narapati / patitis teteking kawruh / meruhi marang kang momong.
Apabila cipta mengandung arti gagasan, angan-angan, harapan atau keinginan yang tersimpan di dalam hati, kalbu berarti hati , maka sembah cipta di sini mengandung arti sembah kalbu atau sembah hati, bukan sembah gagasan atau angan-angan.
Apabila sembah raga menekankan penggunaan air untuk membasuh segala kotoran dan najis lahiriah, maka sembah kalbu menekankan pengekangan hawa nafsu yang dapat mengakibatkan terjadinya berbagai pelanggaran dan dosa (sucine tanpa banyu, amung nyunyuda hardaning kalbu).
Thaharah (bersuci) itu, demikian kata Al-Ghazali, ada empat tingkat.
Pertama, membersihkan hadats dan najis yang bersifat lahiriah.
Kedua, membersihkan anggota badan dari berbagai pelanggaran dan dosa.
Ketiga, membersihkan hati dari akhlak yang tercela dan budi pekerti yang hina.
Keempat, membersihkan hati nurani dari apa yang selain Allah. Dan yang keempat inilah taharah pada Nabi dan Shiddiqin.
Jika thaharah yang pertama dan kedua menurut Al-Ghazali masih menekankan bentuk lahiriah berupa hadats dan najis yang melekat di badan yang berupa pelanggaran dan dosa yang dilakukan oleh anggota tubuh. Cara membersihkannya dibasuh dengan air. Sedangkan kotoran yang kedua dibersihkan dan dibasuh tanpa air yaitu dengan menahan dan menjauhkan diri dari pelanggaran dan dosa. Thaharah yang ketiga dan keempat juga tanpa menggunakan air. Tetapi dengan membersihkan hati dari budi jahat dan mengosongkan hati dari apa saja yang selain Allah.
Sembah Jiwa
Sembah jiwa adalah sembah kepada Hyang Sukma ( Allah ) dengan mengutamakan peran jiwa. Jika sembah cipta (kalbu) mengutamakan peran kalbu, maka sembah jiwa lebih halus dan mendalam dengan menggunakan jiwa atau al-ruh. Sembah ini hendaknya diresapi secara menyeluruh tanpa henti setiap hari dan dilaksanakan dengan tekun secara terus-menerus, seperti terlihat pada bait berikut:
Samengko kang tinutur / Sembah katri kang sayekti katur / Mring Hyang Sukma suksmanen saari-ari / Arahen dipun kecakup / Sembahing jiwa sutengong
Dalam rangkaian ajaran sembah Mangkunegara IV yang telah disebut terdahulu, sembah jiwa ini menempati kedudukan yang sangat penting. Ia disebut pepuntoning laku (pokok tujuan atau akhir perjalanan suluk). Inilah akhir perjalanan hidup batiniah. Cara bersucinya tidak seperti pada sembah raga dengn air wudlu atau mandi, tidak pula seperti pada sembah kalbu dengan menundukkan hawa nafsu, tetapi dengan awas emut (selalu waspada dan ingat/dzikir kepada keadaan alam baka/langgeng), alam Ilahi.
Betapa penting dan mendalamnya sembah jiwa ini, tampak dengan jelas pada bait berikut :
Sayekti luwih perlu / ingaranan pepuntoning laku / Kalakuan kang tumrap bangsaning batin / Sucine lan awas emut / Mring alaming lama amota.
Berbeda dengan sembah raga dan sembah kalbu, ditinjau dari segi perjalanan suluk, sembah ini adalah tingkat permulaan (wong amagang laku) dan sembah yang kedua adalah tingkat lanjutan. Ditinjau dari segi tata cara pelaksanaannya, sembah yang pertama menekankan kesucian jasmaniah dengan menggunakan air dan sembah yang kedua menekankan kesucian kalbu dari pengaruh jahat hawa nafsu lalu membuangnya dan menukarnya dengan sifat utama. Sedangkan sembah ketiga menekankan pengisian seluruh aspek jiwa dengan dzikir kepada Allah seraya mengosongkannya dari apa saja yang selain Allah.
Pelaksanaan sembah jiwa ialah dengan berniat teguh di dalam hati untuk mengemaskan segenap aspek jiwa, lalu diikatnya kuat-kuat untuk diarahkan kepada tujuan yang hendak dicapai tanpa melepaskan apa yang telah dipegang pada saat itu. Dengan demikian triloka (alam semesta) tergulung menjadi satu. Begitu pula jagad besar dan jagad kecil digulungkan disatupadukan. Di situlah terlihat alam yang bersinar gemerlapan. Maka untuk menghadapi keadaan yang menggumkan itu, hendaklah perasaan hati dipertebal dan diperteguh jangan terpengaruh apa yang terjadi. Hal yang demikian itu dijelaskan Mangkunegara IV pada bait berikut:
“Ruktine ngangkah ngukud / ngiket ngruket triloka kakukud / jagad agung ginulung lan jagad alit / den kandel kumandel kulup / mring kelaping alam kono.”
Sembah Rasa
Sembah rasa ini berlainan dengan sembah-sembah yang sebelumnya. Ia didasarkan kepada rasa cemas. Sembah yang keempat ini ialah sembah yang dihayati dengan merasakan intisari kehidupan makhluk semesta alam, demikian menurut Mangkunegara IV.
Jika sembah kalbu mengandung arti menyembah Tuhan dengan alat batin kalbu atau hati seperti disebutkan sebelumnya, sembah jiwa berarti menyembah Tuhan dengan alat batin jiwa atau ruh, maka sembah rasa berarti menyembah Tuhan dengan menggunakan alat batin inti ruh. Alat batin yang belakangan ini adalah alat batin yang paling dalam dan paling halus yang menurut Mangkunegara IV disebut telenging kalbu (lubuk hati yang paling dalam) atau disebut wosing jiwangga (inti ruh yang paling halus).
Dengan demikian menurut Mangkunegara IV, dalam diri manusia terdapat tiga buah alat batin yaitu, kalbu, jiwa/ruh dan inti jiwa/inti ruh (telengking kalbu atau wosing jiwangga) yang memperlihatkan susunan urutan kedalaman dan kehalusannya.
Pelaksanaan sembah rasa itu tidak lagi memerlukan petunjuk dan bimbingan guru seperti ketiga sembah sebelumnya, tetapi harus dilakukan salik sendiri dengan kekuatan batinnya, seperti diungkapkan Mangkunegara IV dalam bait berikut:
Semongko ingsun tutur / gantya sembah lingkang kaping catur / sembah rasa karasa wosing dumadi / dadi wus tanpa tuduh / mung kalawan kasing batos.
Apabila sembah jiwa dipandang sebagai sembah pada proses pencapaian tujuan akhir perjalanan suluk (pepuntoning laku), maka sembah rasa adalah sembah yang dilakukan bukan dalam perjalanan suluk itu, melainkan sembah yang dilakukan di tempat tujuan akhir suluk. Dengan kata lain, seorang salik telah tiba di tempat yang dituju. Dan di sinilah akhir perjalanan suluknya. Untuk sampai di sini, seorang salik masih tetap dibimbing gurunya seperti telah disebut di muka. Setelah ia diantarkan sampai selamat oleh gurunya untuk memasuki pintu gerbang, tempat sembah yang keempat, maka selanjutnya ia harus mandiri melakukan sembah rasa.
Pada tingkatan ini, seorang salik dapat melaksanakan sendiri sembah rasa sesuai petunjuk-petunjuk gurunya. Pada tingkat ini ia dipandang telah memiliki kematangan rohani. Oleh karena itu, ia dipandang telah cukup ahli dalam melakukan sembah dengan mempergunakan aspek-aspek batiniahnya sendiri.
Di sini, dituntut kemandirian, keberanian dan keteguhan hati seorang salik, tanpa menyandarkan kepada orang lain. Kejernihan batinlah yang menjadi modal utama. Hal ini sesuai dengan wejangan Amongraga kepada Tambangraras dalam Centini bait 156. Sembah tersebut, demikian dinyatakan Amongraga, sungguh sangat mendalam, tidak dapat diselami dengan kata-kata, tidak dapat pula dimintakan bimbingan guru. Oleh karena itu, seorang salik harus merampungkannya sendiri dengan segala ketenangan, kejernihan batin dan kecintaan yang mendalam untuk melebur diri di muara samudera luas tanpa tepi dan berjalan menuju kesempurnaan. Kesemuanya itu tergantung pada diri sendiri, seperti terlihat pada bait berikut:
Iku luwih banget gawat neki / ing rarasantang keneng rinasa / tan kena ginurokake / yeku yayi dan rampung / eneng onengira kang ening / sungapan ing lautan / tanpa tepinipun / pelayaran ing kesidan / aneng sira dewe tan Iyan iku yayi eneng ening wardaya.

Puasa

Jika puasa hanya menahan lapar saja, semua orang bisa melakukannya
Tetapi hakekat puasa adalah
1. mata puasa
2. mulut puasa
3. pendengaran puasa
4. hati puasa
5. prasangka juga harus baik
6. penentunya tentu Niat yg baik
Jika demikian puasa sesungguhnya dilakukan sebelas bulan penuh,sementara Ramadhan sebagai penyempurnanya saja
Selamat Datang Ramadhan, semoga setiap napas keluar masuk adalah ibadah, detak jantung ini juga ibadah, pandangan ibadah dan ucapan yg baik juga alat beribadah pada Mu Aamiin