Selasa, 19 Mei 2015

angan Menyakiti dan Mencari Keburukan Orang Lain, dan Janganlah Berbuat Ghibah.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

ياَ أَيُّهاَ الَّذِيْنَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيْرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلاَ تَجَسَّسُوا وَلاَ يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيْهِ مَيْتاً فَكَرِهْتُمُوْهُ وَاتَّقُوْا اللهَ إِنَّ اللهَ تَوَّابٌ رَحِيْمٌ

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Hujurat: 12)

وَاعْلَمْ أَنَّهُ لَيْسَ بِواَجِبٍ أَنْ يَبْحَثَ عَنِ المُنْكَراَتِ المُسْتَوْرَةِ حَتَّى يُنْكِرُهاَ إِذاَ رَآَهاَ بَلْ ذَلِكَ مُحَرَّمٌ

Ketahuilah bahwasanya tidaklah wajib menceritakan kemunkaran yang tersembunyi, kecuali hanya untuk mengingkarinya saja jika memang melihatnya, bahkan menceritakan kemunkaran itu diharamkan. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta'ala tersebut di atas. Juga berdasarkan Sabda Nabi shollallahu 'alaihi wa sallam dalam khutbah beliau ;

ياَمَعْشَرَ مَنْ أَسْلَمَ بِلِساَنِهِ وَلَمْ يَفْضِ الإِيْماَنُ إِلىَ قَلْبِهِ لاَ تُؤَذُّوْا المُسْلِمِيْنَ وَلاَ تَزْدِرُوْهُمْ وَلاَ تَتَّبِعُوْا عَوْرَاتِهِمْ فَإِنَّهُ مَنْ يَتَتَبِعُ عَوْرَةَ أَخِيْهِ المُسْلِمِ تَتَبِعُ اللهُ عَوْرَتَهُ وَمَنْ تَتَبِعُ اللهُ عَوْرَتَهُ يُفْضِحُهُ وَلَوْ فيِ جَوْفِ رَحْلِهِ

“Wahai orang-orang yang lisannya menyatakan Islam dan keimananya belum sampai ke hati, janganlah kalian menyakiti kaum muslimin, jangan berbuat jahat kepada mereka dan jangan pula menceritakan keburukan mereka, karena sesungguhnya seseorang yang menceritakan keburukan saudaranya yang muslim maka Allah akan menceritakan keburukannya, siapa yang keburukannya diceritakan Allah maka ia sesungguhnya dipermalukan Allah, meskipun berada di dalam kamar”. (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Hibban)

Anda hanya berkewajiban untuk memerintah kebaikan di saat anda melihat orang tidak berbuat kebaikan. Dan anda harus melarang keburukan di saat anda melihat orang melakukan keburukan itu. Ketahuilah dalam hal ini kami banyak melihat orang keliru menyikapinya. Penyusun kitab Nashoihuddiniyyah menyatakan ;

وَمِنَ المُهِمِّ أَنْ لاَتُصَدِّقَ وَلاَتَقَبَّلَ كُلُّ ماَيُنْقَلُ إِلَيْكَ مِنْ أَفْعاَلِ النَّاسِ وَأَقْواَلِهِمْ المُنْكَرَةِ حَتَّى تُشاَهِدُ ذَلِكَ بِنَفْسِكَ أَوْ يُنْقِلُهُ إِلَيْكَ مُؤْمِنٌ تَقِىٌّ لاَيُجاَزِفُ وَلاَيَقُوْلُ إِلاَّ الحَقَّ

Diantara hal paling penting adalah anda tidak membenarkan dan tidak menerima setiap kabar yang anda dapatkan tentang perbuatan dan perkataan yang buruk, kecuali anda menyaksikan sendiri atau mendapat khabar dari seorang mukmin yang taqwa, amanah, tidak cerita berlebihan dan tidak berkata melainkan benar.

Demikian itu karena, berbaik sangka kepada kaum muslimin itu diharuskan. Banyak orang sekarang terlalu berlebihan, mudah terpancing isu, sehingga pada akhiranya kurang peduli kebaikan dan hilangnya amanah.

Menurut mereka, seorang yang terpuji ialah jika menyamai keinginan mereka meskipun tidak menegakkan agama Allah, seorang tercela ialah jika menyalahi mereka meskipun seorang soleh. Akhirnya mereka memuji orang yang tidak layak dipuji, karena menyamai dan diam akan kebatilan. Mereka mencela orang yang menyalahi dan menasehati agamanya, inilah kebanyakan orang sekarang, kecuali orang yang Allah lindungi.

Penyusun kitab Nashoihuddiniyyah menyimpulkan ;

فَوَجَبَ الإِحْتِراَزُ وَالتَّحَفُظُ وَالإِحْتِياَطُ فىِ جَمِيْعِ الأُمُوْرِ فَإِنَّ الزَماَنَ مُفْتَوْنَ وَأَهْلُهُ عَنِ الحَقِّ ناَكِبُوْنَ إِلاَّ مَنْ شاَءَ اللهُ مِنْهُمْ وَهُمْ الأَقَلُوْنَ

Oleh karena itu, kita diwajbkan menjaga, memelihara dan hati-hati dalam segala hal, zaman sekarang banyak terjadi fitnah, orang-orangnya jauh dari kebenaran, kecuali mereka yang dipelihara dengan kehendak Allah, sayang mereka ini jumlahnya hanya sedikit.

Wallahu a'lam bishshowaab.

Disarikan dari kitab Nashoihuddiniyyah, karya Al-Imam Al-Quthub Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad.

Tidak ada komentar: