Rabu, 27 Mei 2015

Takut Kepada Istri dan Durhaka Terhadap Ibu

IBU adalah sosok yang telah berjuang untuk dapat menghadirkan kita ke dunia ini. Allah telah memberikan kepercayaan kepadanya untuk dapat memperjuangkan hidup kita sebagai anaknya dan dapat menjalankan apa yang menjadi kewajibannya dan menjauhi segala larangannya, namun apa jadinya jika kita mendurhakai ibu, dengan membiarkannya sendirian, bahkan ada diantaranya yang sudah tidak mau untuk mengurus ibu yang telah berjuang demi kehidupan kita.
Ini adalah salah satu tanda-tanda kiamat, yaitu ketika seseorang durhaka kepada ibunya dan lebih dekat serta takut kepada istrinya untuk melawan dan mendurhakai ibunya atau ayahnya sendiri. Fenomena ini sudah terjadi dewasa ini.
Seringkali kita lihat, ada seorang ibu tinggal sendirian di rumahnya yang nyaris tak pernah dijenguk atau dikunjungi oleh anak-anaknya. Padaha, anak-anak dan menantunya hidup enak dalam kemuliaan, kemudahan, dan kekayaan
Pada saat itu andai ibu atau ayah tinggal bersama anak-anak mereka, kedua orangtua ini tidak akan mendapat perhatian atau perawatan, seperti yang diberikan anak-anak mereka kepada orang lain.
Abu Hurairah meriwayatkan, bahwa Rasuullah SAW bersabda, “Apabila harta rampasan perang (al-Fai’) hanya dibagikan di kalangan orang-orang kaya, seorang suami takut kepada istrinya dan durhaka terhadap ibunya, dan seseorang lebih dekat kepada temannya daripada ayahnya sendiri.” [yherdiansyah/islampos]
Sumber : Kiamat Sudah Dekat/Dr. Muhammad al-Areifi/Penerbit : Qisthi Press

Heroin Di Tas Sekolah

Syahida.com – Tragedi ini dimulai ketika informasi yang sampai kepada perwira intelejen di ibukota negara yang menyatakan seorang murid sekolah menjalankan transaksi narkoba di antara murid-murid sekolah. Ia pun menugaskan beberapa agen untuk mengawasi rumah murid tersebut, mengikuti gerak-gerikya, serta gerak-gerik orang-orang yang keluar masuk ke rumah yang terletak di pinggiran kota Kuwait itu.
Hasil pengamatan dan penyelidikan itu kemudian menunjukkan bahwa dari rumah itu tidak ada yang keluar-masuk kecuali seorang pemuda berusia 17 tahun dengan membawa barang-barang mencurigakan. Tim intelejen masih terus mengawasi rumah itu selam akurang lebih dua minggu hingga mereka meyakini betul kebenaran pengawasan tersebut, mereka meminta izin kepada pemerintah setempat untuk melakukan penggeledahan rumah yang ditinggali pemuda itu.
Dan pada waktu yang telah ditentukan, lima orang agen intelejen menyerbu masuk ke dalam rumah tersangka, sementara di belakangnya bersiap-siap sekelompok personil lainnya. Komandan intelejen memasuki rumah itu dan ia mendapati ibu si tersangka dan beberapa adiknya. Ia bertanya kepada mereka: “Di mana saudara kalian?”
Ketika itulah, adik-adiknya di kamarnya. Mereka mengatakan: “Ada orang asing yang tidak kami kenal ingin menemuimu!”
Muncullah seorang pemda yang usianya belum melebihi 17 tahun. Nampak sekali ia begitu ketakutan.
“Ada apa?” tanya pemuda itu. “Anda Siapa?” tanyanya lagi.
“Sebelum engkau bertanya siapa aku, coba angkat terlebih dulu tangan kananmu, setelah itu aku akan memberitahumu siapa aku!” jawab komandan intelejen itu.
Pemuda itu mengangkat tangan kanannya. Dengan mudahnya komandan intelejen menemukan tanda-tanda dan bekas jarum narkotika di lengan pemuda itu.
“Sekarang apakah engkau sudah tahu siapa aku?” tanya komandan intelejen itu.
Saat itu juga, si tersangka itu menangis dan meminta kepada komandan intelejen untuk tidak memberitahu ibu dan saudara-saudaranya tentang masalah ini. Ia mengatakan hanya sebagai korban dan tidak bersalah. Komandan itu lalu menyuruh anak buahnya untuk memeriksa kamar tersangaka. Maka di laci kamarnya mereka menemukan gulungan-gulungan heroin, sebuah timbangan kecil dan sendok. Belum lagi gulungan-gulungan lain berisi ganja.
Pak komandan menanyakan padanya tentang bagaimana ia bisa mendapatkan bahan-bahan narkotika itu.
“Saya mendapatkan barang-barang ini untuk dijual dari seseorang dengan komisi keuntungan dan suntikan narkoba gratis,” jelas si tersangka itu.
Komandan lalu bertanya lagi tentang pekerjaannya sekarang dan para pelanggan yang membeli barang-barang narkoba itu. Ia pun menjawab bahwa ia adalah pelajar kelas III SMA dan ia menjual “Dagangan”nya itu diantara kawan-kawan sekolah-nya dan pembeli-pembeli lain yang tidak dikenalnya. Pemuda tersangka itu juga mengaku bahwa ia sendiri tidak mengetahui bahaya pekerjaan yang dilakukannya.
Obsesi satu-satunya hanyalah mendapakan uang untuk pembelian mobil sport agar untuk dipamerkan pada teman-temannya. Pak komandan lalu memintanya untuk menunjukkan rumah tersangka kedua yang menyalurkan narkotika padanya. Namun ia bersikeras bahwa ia tidak mengetahuinya. Ia hanya tahu nomer telponnya. Mereka kemudian sepakat untuk menghubungi tersangka kedua tersebut untuk membuat janji pertemuan menyerahkan barang haram itu di salah satu tempat perhentian mobil di kota itu.
Setibanya tersangka kedua itu untuk meyerahkan barang haram itu kepada pemuda tersebut, tim intelejen kemudian menyerbu dan menangkapnya. Kedua tangannya segera di borgol. Ia dan pemuda SMA itu kemudian dinaikkan ke atas mobil tahanan. Tersangka kedua itu mengaku dengan semua yang dikatakan oleh pemuda SMA itu bahwa memang menggunakan anak remaja untuk mendistribusikan narkoba dagangannya.
Dan bahwa ia sepakat dengan remaja itu untuk memberikan konsumsi berupa uang untuk menyebarkan narkoba ditambah dengan suntikan gratis heroin. Anak remaja agen narkoba itu kemudian di tuntut dengan dua tuduhan, yaitu menyimpan dan menggunakan narkoba dengan tujuan untuk diperjual-belikan untuk pemakaian yang tidak diizinkan secara undang-undang.

Sementara kepada tertuduh kedua diajukan tiga tuduhan, yaitu menyimpan dan menggunakan narkoba, kemudian tuduhan melakukan penyelundupan barang-barang terlarang seperti yang telah disebutkan kepada tertuduh pertama dengan denda 10.000 dinar, dan vonis 15 tahun penjara serta denda 10.000 dinar untuk tertuduh kedua,
Demikianlah,
Sesungguhnya tragedi yang kita paparkan ini adalah kisah seorang anak remaja yang usainya belum melebihi 17 tahun, seorang siswa kelas III SMA yang kecanduan narkoba dan juga menjualnya pada saat yang sama. Ia menjualnya di tengah kawan-kawan sekolahnya. Sebuah tragedi yang tidak diragukan lagi bermula dari keluarga.
Bagaimana keluarga ini hidup? Apakah sang ayah tidak pernah tenang dengan keadaan putra atau putrinya ketika di rumah atau di sekolah? Apakah sang ayah tidak mengetahui teman-teman putranya? Apakah ia tidak melihat bekas-bekas heroin di lengan putranya? Apakah keluarga itu tidak duduk bersama setiap hari untuk menikmati makan pagi, siang atau malam? Dan marilah kita menganggap sang ayah sering tidak mengetahui apa ada yang di dalam keluarga, lalu dimana peran ibu?
Ini benar-benar sebuah tragedi yang sesungguhnya. Ini adalah tanggung jawab sang ayah yang sring tidak hadir dan ibu yang lalai. [Syahida.com]
Sumber: Buku Chiken Soup for Muslim karya Ahmad Salim Baduwailan
- See more at: http://www.syahida.com/2015/03/02/2383/kisah-hikmah-heroin-di-tas-sekolah/#sthash.YGzdXY8T.dpuf

Saat Ia Terseret Ke Jalan Kenistaan

Syahida.com – Semasa muda dia telah mengenyam kepedihan. Hingga dia memimpikan seandainya dia bisa pergi meninggalkan dunia ini, maka dia bisa mengistirahatkan diri dan dirinya bisa beristirahat. Hubungannya dengan orang lain berantakan. Bahkan dengan keluarganya dia tidak merasa betah dan nyaman.
Pada usia sembilan belas tahun, beberapa tahun terakhir, dia memikul beban karena perselisihan dan percekcokannya yang terus menerus dengan ayahnya. Akan tetapi dia membekali diri dengan ketaqwaan. Dia terus belajar dan akhirnya masuk perguruan tinggi.
Tidak diketahui apa yang memalingkannya dari shalat. Tiba-tiba saja dia meninggalkannya. Dia merasa dirinya najis, tidak bisa membaca Al-Fatihah di dalam shalatnya. Suaranya menggangu orang-orang di sekelilingnya. Dia berkata: “Ini adalah godaan setan.” Dia bersabar akan tetapi kesabarannya tidak berguna.
Di bangku kuliah dia mengenal seorang pemuda. Pemuda ini memintanya untuk menjadi ‘temannya’. Dia setuju dan beralasan bahwa ini adalah cara lari dari kenyataan dan melupakan kesedihan. Dia tidak menyadari bahwa dia telah meletakkan kedua kakinya di jalan kenistaan.
Dia menemukan jalan penyelewengan. Dia telah menempuh beberapa langkah. Kemudian dia sadar, tapi bingung antara menyendiri, menyepi, kemudian gila, atau meneruskan meniti jalan penyelewengan dan kenistaan. Dia merasa akalnya tidak bekerja di jalan yang benar.
Kelemahan wanita ini dan ketidakberdayaannya membuatnya tersesat, hingga menyeretnya ke jalan penyelewengan.
Akan tetapi rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala sangatlah luas. Dia semestinya bertaubat benar dan bertekad bulat untuk tidak kembali mengulang kesalahan-kesalahannya. Hendaknya ia kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, berdoa kepada-Nya dengan hati khusyu’ agar Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi kekuatan kepada dirinya dan bisa terhindar dari bujuk rayu setan. Agar Dia Subhanahu wa Ta’ala memberikan pertolongan-nya untuk melawannya dan menjauhinya. Kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan berdoa merupakan senjata ampuh yang jarang diketahui oleh banyak orang.
Bersungguh-sungguh menjaga shalat pada waktunya, menunaikan kewajiban, membaca Al-Qur’an, dzikir, mendengar kaset-kaset yang berguna juga termasuk sarana terbaik untuk menghindari penyelewengan dari jalan kebenaran…[1]
Hikmah : Wahai gadis muslimah! Mengapa engkau kehilangan kontrol diri, hanya karena mendengar bisikan hina dan pujian palsu dari pemuda yang melihat dirimu sebatas onggokan daging yang indah tanpa jiwa?
Wahai wanita Islam, sebuah fitnah besar telah dirancang demi mengubah dirimu, bermain-main dengan tubuh dan kehormatanmu. Berlindunglah kepada Tuhanmu! Karena tidak ada yang dapat menyelamatkanmu kecuali Allah Ta’ala.
Kisah nyata ini adalah fakta besar. Betapa gadis-gadis muslimah di negeri-negeri Islam yang memegang tradisi tidak keluar rumah kecuali untuk keperluan syar’i bisa terenggut kesuciannya oleh para pemuda yang hatinya keras, gelap dan busuk.
Jika demikian, betapa mudahnya merampas kesucian gadis-gadis muslimah yang dengan sukarela, bahkan sebagian dengan dukungan orang tua, keluar rumah bersama pemuda pujaannya untuk bermalam minggu, nonton, belanja ke mall dan lain-lain.
Ambillah pelajaran dari kisah-kisah memilukan ini. [Syahida.com]
  1. Lahazhaat Ya Banat, Muhammad Rasyid Al-Uwayyid.
Sumber : Khalid Abu Shalih (Waspadalah Putriku, Serigala Mengintaimu!)  
- See more at: http://www.syahida.com/2015/03/04/2481/kisah-saat-ia-terseret-ke-jalan-kenistaan/#sthash.YxHoZOGG.dpuf

Kata Kata Hikmah Imam Al Ghazali

Kata Kata Hikmah Imam Al Ghazali Ilmu yang tidak disertakan dengan amal itu namanya gila dan amal yang tidak disertai ilmu itu akan sia-sia. [imam al Ghazali] "Barangsiapa yang menghabiskan waktu berjam-jam utk mengumpul harta kerana takut miskin. Maka dialah org miskin." - Imam Al-Ghazali --------------------------------------
Seorang lelaki yang berakhlak buruk menzalim dirinya sendiri. [Imam Ghazali] Carilah teman untuk menenangkan hati dan fikiran, maka perhatikanlah baik baik tentang keselamatanmu dan kesejahteraannya. [imam al Ghazali] Kebahagiaan terletak pada kemenangan memerangi hawa nafsu dan menahan kehendak yang berlebih-lebihan. (Imam al Ghazali)  Hiduplah sebagai mana yang kau sukai tetapi ingat bahawasanya engkau akan mati , cintailah pada sesiapa yang engkau kasihi tetapi jangan lupa bahawasanya engkau akan berpisah dengannya dan buatlah apa yang engkau kehendaki tetapi ketahuilah bahawasanya engkau akan menerima balasan yang setimpal dengannya. [imam al Ghazali] Bersungguh – sungguhlah engkau dalam menuntut ilmu, jauhilah kemalasan dan kebosanan kerana jika tidak demikian engkau akan berada dalam bahaya kesesatan. (Imam Al Ghazali) Barangsiapa yang memilih harta dan anak – anaknya daripada apa yang ada di sisi Allah, niscaya ia rugi dan tertipu dengan kerugian yang amat besar. (Imam Al Ghazali) Yakinlah semata- mata dengan memiliki ilmu belum tentu lagi menjamin keselamatan di akhirat kelak. [imam al Ghazali] Jangan brteman dengan teman yang hanya ada ketika sihat atau kaya, kerana teman seperti itu sungguh berbahaya sekali bagi kamu dibelakang hari - Imam Ghazali Kecintaan kepada Allah melingkupi hati, kecintaan ini membimbing hati dan bahkan merambah ke segala hal. (Imam Al Ghazali) Bersikap tawadduklah dalam segala bidang pergaulan. [imam al Ghazali] carilah teman untuk menenangkan hati dan fikiran, maka perhatikanlah baik baik tentang keselamatanmu dan kesejahteraannya.[imam al Ghazali] 'Salah satu ketentuan Allah SWT yaitu dengan berdo'a , karena do'a sebab dari tertolaknya bala" (Al Imam Ghazali) Yang dekat itu 'kematian' Ingat ajal selalu mengiringi langkah kita di sepanjang waktu.(imam al Ghazali) Yg ditunggu ALLAH swt itu 'taubat' Sesungguhnya ALLAH sngt menyukai hamba hamba-Nya yang bertaubat dari maksiat dan perbuatan dosa.(imam al Ghazali) Jika melihat orang jahat, jangan anggap kita lebih mulia kerana mungkin satu hari nanti dia akan insaf dan bertaubat atas kesalahannya. [imam al Ghazali] Rusaknya negara krn rusaknya penguasa. Rusaknya penguasa krn rusaknya ulama. Dan, rusaknya ulama krn rusaknya hakim. (Imam al-Ghazali) Yang menenteramkan hati itu 'teman sejati' Jadilah teman sejati yang selalu ada untuk seseorang dalam suka dan duka. (Imam al Ghazali) Yang mendorong ke neraka itu 'lidah' Salamatul insan fi khifdhil lisan. Akan selamat manusia jika ia pandai menjaga lidahnya. (Imam al Ghazali) Pilih kawan yang berakal jangan pilih kawan yang bodoh kerana akan menjadi musuh dan menyakitkan hati - Imam Al Ghazali Jadikan kematian itu hanya pada badan kerana tempat tinggalmu ialah liang kubur dan penghuni kubur sentiasa menanti kedatanganmu setiap masa. (Imam Al Ghazali) Cinta merupakan sumber kebahagiaan dan cinta terhadap Allah harus dipelihara dan dipupuk, suburkan dengan shalat serta ibadah yang lainnya. (Imam Al Ghazali) Menuntut ilmu adalah taqwa. Menyampaikan ilmu adalah ibadah. Mengulang-ulang ilmu adalah zikir. Mencari ilmu adalah jihad. (Imam Al Ghazali) "Kamu mesti meyakinkan hati bahawa apa yang Allah telah menetapkan yang paling sesuai dan paling bermanfaat untuk kamu." (Imam Al-Ghazali) Siksa buat ulama adlh kematian mata hatinya: ketika mrk memburu dunia melalui amalan akhirat -Al-Ghazali "Semua orang-orang yang kamu bimbang tentang mereka,  Adakah mereka yang mencipta kamu?" - Imam Al-Ghazali  Taqwa adalah menjalankan perintah-perintah Allah yang Maha Tinggi dan berpaling dari apa yang Allah telah dilarang (Imam Al-Ghazali) Ilmu itu kehidupan hati daripada kebutaan, sinar penglihatan daripada kezaliman dan tenaga badan daripada kelemahan. (Imam Al Ghazali)  "Untuk mendapatkan apa yang kamu suka, kamu mesti bersabar dengan apa yang anda benci ..." - (Al Ghazali) Peringkat pertama ikhlas itu adalah bahawa perbuatan ketika kehidupan perindu dan ketika di awam kamu hendaklah sama"-Imam Al-Ghazali Yang Besar itu Nafsu,  Yang Berat itu Amanah, Yang indah itu Solat, Yang dekat itu Mati...  (Imam Al-Ghazali)  "Jika kamu melihat seorang ulama mengumpat ulama lain, elakkan dia." - Imam Al-Ghazali Celakalah bagi orang yang jahil  untuk tidak belajar. Celakah bagi ulama seribu kali untuk tidak mengamalkannya.  Jadikan kematian itu hanya pada badan kerana tempat tinggalmu liang kubur ، penghuni kubur sentiasa menanti kedatanganmu. (Imam Al Ghazali)  "Rosaknya rakyat disebabkan rosaknya Pemimpin" 'Jika seorang lelaki tidak tahu dirinya sendiri, yang merupakan perkara yang paling dekat dengannya, maka apa yang penggunaan dia mendakwa tahu orang lain' Imam Al Ghazali  "Aku akan mencari ilmu hanya karena Allah, dan aku tidak akan mencari jika untuk selain Allah"-Imam al-Ghazali  Orang-orang yg mempunyai hati mengetahui.. Kebahagian takkan tercapai kecuali dengan 'Ilmu & Ibadah [Imam Al Ghazali] "Barangsiapa yg menghabiskan waktu berjam-jam utk mengumpul harta kerana takut miskin. Maka dialah org miskin." - Imam Al-Ghazali Yang mendorong ke neraka itu 'lidah' Salamatul insan fi khifdhil lisan. Akan selamat manusia jika ia pandai m'jaga lidahnya. (Imam al Ghazali) “Jangan resah andai ada yang membencimu, kerana masih ramai yang mencintaimu di dunia. Tetapi resah dan takutlah andai Allah membencimu, kerana tiada lagi yang mencintaimu di akhirat.” – Imam Al-Ghazali Orang beriman akan melihat rupa Malaikat Maut sebagai pemuda tampan, berpakaian indah dan sangat harum. - Imam Ghazali - Aku hairan dengan manusia yang selalu mencuci mukanya, tapi tidak selalu mencuci hatinya.  ( Imam Al Ghazali )  "Sesungguhnya Kebanyakan Jeritan Penghuni Neraka Adalah Disebabkan oleh Penangguhan Taubat... allahuakhbar :') -Imam al-Ghazali"  Kecintaan kepada Allah melingkupi hati, kecintaan ini membimbing hati dan bahkan merambah ke segala hal.  -Imam Al Ghazali- makhluk paling mulia ialah manusia, Bagian yang termulianya HATI ~Imam Al Ghazali (ahli teori filosofi muslim persia) Yang Paling Dekat dgn kita adh "MATI"  Yang Paling Jauh dgn kita adh "MASA LALU" Yang Paling Besar di dunia ini adh "NAFSU" (#ImamGhazali)

‘Umurul-Qais, Si Raja Penipu

Syahida.com – ‘Umurul-Qais al-Kindi adalah Raja yang ahli menipu, lama bergulat dengan ahli hal-hal yang melalaikan dan kesenangan-kesenangan duniawi, serta gemar menikmati permainan. Suatu hari ia menunggang kudanya; mungkin untuk jalan-jalan di pendalaman atau untuk berburu. Tiba-tiba ia terpisah dari rekan-rekannya. Lalu ia menyaksikan seorang yang sedang duduk dan tengah mengumpulkan tulang-tulang orang mati dan membolak-baliknya di hadapannya.
“Kisanak, apa yang terjadi hingga kamu seperti yang aku lihat; penampilan yang menyedihkan, perubahan warna kulit, dan sendirian di padang pasir ini?” tanya Umru ul-Qais.
Orang itu menjawab, “Ketahuilah, itu adalah karena aku akan segera melakukan berpergian yang jauh dan aku akan dikawal oleh dua orang pengawal yang menakutkan yang akan mengantarkanku ke tempat tinggal yang sempit, gelap, dan meyeramkan. Lalu mereka membiarkanku rusak dan bertetangga dengan orang-orang yang binasa di bawah lapisan-lapisan tanah.”
“Jika saja aku dibiarkan begitu saja itu meski dengan  kesepian, kesempitan, kengeriannya, dan melatanya binatang-binatang melata bumi dalam daging dan urat sarafku sehingga aku menjadi remuk dan tulang-tulangku menjadi lumat,” lanjut pria itu, “Tentu bencana itu memiliki akhir dan kecelakaan itu mempunyai pemberhentian. Namun sayang, setelah itu aku akan di kumpulkan oleh tiupan sangkakala dan dihimpun untuk menghadapi kengerian-kengerian Padang Mahsyar. Kemudian aku tidak tahu ke kampung yang mana dari dua kampung aku digiring. Maka bagaimanakah akan tenang menikmati orang yang nasib akhirnya seperti ini?”
Usai mendengar perkataannya, sang Raja turun dari atas kuda dan duduk dihadapannya. “Kisanak, perkataaanmu telah mengeruhkan kejernihan hidupku hingga ketakutan meliputi hatiku, sekarang ulangilah sebagian apa yang engkau katakan dan terangkanlah agamamu kepadaku!”
“Bukankah Anda mengetahui apa yang ada dihadapanku?” tanya pria tersebut.
Tentu!” jawab Umru ‘ul-Qais.
“Ini adalah tulang-belulang para Raja yang diperdaya oleh dunia dengan hiasannya dan yang dikuasai hatinya olehnya dengan tipuannya. Mereka pun lalai melakukan persiapan menghadapi kematian ini hingga mereka dikejutkan oleh ajal, dihinakan oleh angan-angan, dan dijauhkan dari kesenangan. Tulang-tulang ini akan dikembalikan sehingga ia menjadi jasad lalu dibalas menurut amal perbuatannya; adakalanya ke kampung keabadian dan adakalanya ke tempat kebinasaan,” jelaslah pria itu.
Setelah orang itu lenyap tanpa meninggalkan bekas, para pengawal datang satu persatu menemui Raja. Tetapi, sang Raja telah berubah warna kulitnya, bercucuran air matanya, dan ia berdiri mematung!
Kala malam menjelang, ia menanggalkan semua pakaian kebesaran dan menggantinya dengan pakaian usang lalu keluar dalam kegelapan malam dan itu adalah saat terakhir ia diketahui keberadaanya. [syahida.com]
Sumber : Kitab At-Tawwabin, Menuju Surga-Mu
- See more at: http://www.syahida.com/2014/11/24/791/umurul-qais-si-raja-penipu/#sthash.YOlhQoYH.dpuf

Kisah Hikmah : Akhir Kesia-siaan

Syahida.com – Aku tidak tahu mengapa aku telah terenyuh setiap kali membaca kisah ini; kisah yang masih tetap kusimpan sejak lama dalam tumpukan kertas-kertasku yang berserakan.
Kisah yang terjadi sejak lama ini menggambarkan penderitaan hakiki yang dialami pelakunya dan menjelaskan tentang akhir kisah yang sebenarnya tidak perlu diheran jika demikian akhirnya.
Sungguh, kisah ini sangat berbekas, diliputi kesedihan dan kegalauan dari segala sisinya. Dan sebesar kadar kesedihan itulah kadar pelajaran yang dapat diambil oleh siapa saja yang masih menjaga kehormatan yang sesungguhnya, bukan yang dibuat-buat. Si pemilik kisah ini menceritakan kisahnya sebagai berikut:
Sejak dua tahun yang lalu aku tinggal si sebuah rumah di mana kami bertetangga dengan seorang wanita yang sangat cantik dan rupawan. Hatiku begitu menggebu-gebu padanya hingga membuatku tidak sanggup untuk bersabar. Aku terus berusaha untuk masuk ke dalam hatinya dengan berbagai cara, namun aku tak kunjung sampai ke sana.
Hingga aku menemukan sebuah celah dengan janji pernikahan dengannya. Ak
u berhasil merebut hatinya dan ia membuka pintu hatinya. Bahkan lebih dari itu, di hari yang sama bahkan merebut kehormatannya. Dan tidak lama kemudian aku mengetahui bahwa sang gadis itu telah mengandung janinku. Itu membuatku berpikir: “Apakah aku harus memenuhi janjiku untuk menikahinya atau aku putuskan saja cintanya?”
Tapi aku lebih memilih yang kedua. Aku meninggalkan rumah dimana ia biasa mengunjungiku. Dan setelah itu, aku tidak pernah tahu lagi kabar tentangnya sedikit pun. Bertahun-tahun lamanya kejadian itu berlalu. Suatu hari, aku menerima sepucuk surat darinya. Di dalam surat itu, ia menulis antara lain:
“Andai saja aku bermaksud untuk mengulang kembali masa yang telah lalu atau cinta lama, maka aku tidak akan pernah menuliskan sebaris pun bahkan satu huruf pun. Karena aku yakin bahwa janji seperti janjimu yang khianat dan cinta seperti cintamu yang palsu, sama sekali tidak layak membuatku bahagia, sehingga aku tidak perlu mengenangnya atau membuatku sedih sehingga aku harus mengulangnya kembali. Sesungguhnya engkau tahu, ketika engkau pergi meninggalkanku di dalam diriku ada api yang sedang menyala dan janin yang sedang bergerak. Namun engkau sama sekali tidak mempedulikannya.
Engkau lari meninggalkanku, agar engkau tak menanggung beban moral melihat kedurjanaan yang engkau lakukan. Agar engkau tidak membebani dirimu untuk menghapus air mata yang engkau alirkan. Maka setelah itu semua, apakah aku mampu menganggapmu sebagai seorang pria terhormat?!
Tidak! bahkan untuk menganggapmu sebagai seorang manusia saja aku tidak sanggup. Karena tidak ada satu pun waktu kebinatangan melainkan engkau kumpulkan dalam dirimu. Intinya engkau hanya memandangku sebagai jalan untuk memuaskan dirimu. Dan ketika engkau melintas di depanku untuk itu, engkau pun melakukannya. Andai bukan karena itu, engkau tidak akan pernah mengetuk pintuku dan tidak melihat wajahku.
Engkau mengkhianatiku dan engkau telah menjanjikan pernikahan. Namun engkau mengingkarinya dan pergi karena tidak mau menikahi seorang wanita jahat yang tidak mempunyai nilai. Padahal kejahatan dan kehinaan itu tidak lain adalah perbuatan tangan dan kejahatanmu sendiri. Seandainya bukan karena engkau, aku tidak akan menjadi wanita jahat dan hina. Aku telah berusaha menolakmu, namun engkau tetap berusaha hingga aku jatuh bagai seorang anak kecil di hapadan orang yang sangat kuat.
Engkau telah mencuri kehormatanku hingga menjadi jiwa yang hina, yang hatinya akan selalu bersedih. Aku merasa betapa beratnya beban kehidupan dan betapa lambatnya kematian kehidupanku. Yah, kenikmatan hidup apa lagi yang akan dirasakan seorang yang tidak bisa lagi menjadi seorang istri bagi seorang pria dan menjadi seorang ibu bagi seorang anak? Bahkan tidak mampu lagi untuk hidup dalam masyarakat manusia, kecuali dengan menundukkan kepala, memejamkan mata dan meletakkan tangan di dagunya. Tubuhnya gemetar karena trauma dengan gangguan orang-orang yang suka melecehkan.
Engkau merampas ketenanganku karena akhirnya akibat peristiwa itu, aku terpaksa harus meninggalkan “Istana” di mana dahulu aku menikmati semuanya dalam dekapan ayah dan bundaku. Aku harus meninggalkan semua kelapangan dan kehidupan yang menyenangkan itu menuju rumah yang kecil di sebuah lingkungan yang terpencil. Tidak ada yang mengenalnya. Dan tidak ada yang sudi mengetuk pintunya. Di sana aku menghabiskan sisa-sisa kehidupanku yang kelam.
Engkau telah membunuh ayah dan ibuku. Aku hanya tahu bahwa mereka berdua telah meninggal. Dan aku yakin mereka berdua telah meninggal tidak lain karena sedih telah kehilanganku dan putus asa untuk berjumpa denganku.
Engkau telah membunuhku karena kehidupan pahit yang kuteguk dari gelas yang engkau sodorkan. Dan kesedihan panjang yang kualami karenamu benar-benar telah mencapai puncaknya dalam diri dan jiwaku. Kini, aku tergolek di atas ranjang kematian bagai seekor lalat yang terbakar yang nafas demi nafasnya berangsur-angsur sirna.
Maka engkaulah si pendusta dan penipu, pencuri dan pembunuh, dan aku yakin Allah tidak akan membiarkanmu tanpa mengambil apa yang menjadi hakku darimu.
Aku menulis surat ini padamu bukan memperbarui kembali janji itu. Aku menulis ini kepadamu bukan karena rindu, karena engkau jauh lebih hina bagiku untuk mendapatkan itu.
Kini aku telah berada di sisi pintu alam kubur. Tidak lama lagi mengucapkan selamat tinggal kepada seluruh kehidupan dunia, yang baik maupun yang buruknya, bahagia maupun susahnya. Aku tidak lagi punya harapan tentang cinta. Tidak ada lagi kelapangan waktu untuk memperbaharui janji.
Aku menulis ini untukmu karena aku menyimpan titipan milikmu. Ia adalah anak gadismu. Maka jika Dzat yang telah menghilangkan rasa kasih dari hatimu itu masih menyisakan kasih seorang bapak dalam dirimu, maka segeralah temui ia dan ambillah ia ke sisimu, agar ia tidak merasakan kemeralatan seperti yang dirasakan ibunya sebelumnya…”
Benar-benar kalimat yang memilukan dan menyayat hati. Sesungguhnya kisah seperti ini dan yang semisalnya adalah hasil dan akibat dari ketidak harmonisan yang kita alami. Akibatnya, lahirlah problem seperti itu yang membutuhkan pemecahan dalam waktu yang sangat panjang.
Seorang pria berusaha menaklukkan seorang wanita, dan untuk itu ia menyiapkan segala sesuatunya; janji yang dusta, perkataan yang manis dan muslihat yang memikat. Hingga akhirnya, ketika ia telah berhasil mengelabui dan menaklukkannya lalu mengambil hal yang paling berharga yang ia miliki, pria itu pun menepiskan tangannya dan mengucapkan selamat tinggal padanya untuk tidak bertemu kembali selamanya.
Saat itulah, sang wanita itu akan tertunduk di sudut rumahnya untuk menangisi dan meratapi nasibnya. Berurai air mata yang terus mengalir di pipinya, sembari menyandarkan kepalanya di atas tangan. Ia tidak tahu hendak kemana? Tak tahu apa yang akan dilakukan? Dan bagaimana ia harus melewati hidupnya?
Ia berusaha melanjutkan hidupnya melalui jalan pernikahan. Namun ia tidak akan menemukan orang yang sudi menikahinya, kaum pria akan menyebutnya sebagai wanita tak berharga!!
Wahai tuan-tuan yang terhormat…
Sang gadis itu harus membuka hatinya kepada orang-orang sebelum ia kemudian membukanya untuk sang suami. Agar ia dapat hidup bersamanya dengan tenang dan bahagia. Tidak terbayangi oleh kenangan masa lalu.
Jarang sekali seorang gadis yang memulai hidupnya dengan petualangan cinta kemudian dapat menikmati sebuah cinta yang mulia lagi terhormat.
Sesungguhnya gadis yang kalian rendahkan dan hinakan itu, yang kalian permainkan diri dan jiwanya, dia itu tak lain adalah sosok yang kelak akan menjadi ibu bagi anak-anak kalian, tiang penopang rumah kalian, serta gudang penjagaan harga diri dan kehormatan kalian. Maka perhatikanlah bagaimana kehidupan kalian bersamanya esok serta bagaimana masa depan anak-anak dan diri kalian ada di tangannya.
Di mana kalian akan menemukan istri-istri yang shalihah di masa datang kehidupan kalian jika kalian merusak pada pemudi hari ini.
Dalam iklim apa anak-anak kalian akan hidup dan menghirup semerbak kehidupan yang suci, jika hari ini kalian telah mengotori semua udara dan memenuhinya dengan racun dan kotoran.
Kalian jangan heran jika setelah hari ini, kalian tidak mampu lagi mencari istri-istri yang shalihah dan terhormat yang dapat menjaga kehormatan harga diri kalian, yang menjaga kebahagiaan diri rumah kalian. Sebab itu semua adalah akibat kejahatan kalian terhadap diri kalian sendiri, dan buah dari apa yang ditanam oleh tangan-tangan kalian sendiri.
Dan andai kalian menjaga masa lalu kaum wanita itu, maka mereka akan menjaga masa kini dan masa depan kalian. Namun kalian telah merusak mereka, kalian telah membunuh jiwa mereka, hingga kalian kehilangan mereka saat kalian justru membutuhkannya. [Syahida.com]
Sumber: Buku Chiken Soup for Muslim karya Ahmad Salim Baduwailan
- See more at: http://www.syahida.com/2015/03/02/2385/kisah-hikmah-akhir-kesia-siaan/#sthash.fvrdyJrO.dpuf

Kisah Hikmah : Balasan Bakti Pada Orang Tua

Balasan Bakti pada kedua Orang Tua

Syahida.com – Rumah kami akan segera berubah. Aku merasa bahwa Surga akan hadir di rumah kami dan aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Ia pun tiba di rumah kami bagai seorang mempelai wanita yang dihantarkan ke rumah kami, kami segera bekerja bahu-membahu. Aku dan ibuku serta semua yang ada di rumah berkhidmat kepadanya, bahkan rela tidak tidur untuk menjaganya. Ibuku membacakan surat kabar untuknya, agar ia dapat mengikuti berita, karena memang ia menyukai hal itu. Sementara aku memberinya makan dan menyiapkan obat yang harus diminumnya.

Hari demi hari, bulan demi bulan berlalu. Dan suatu hari, nenekku itu mengalami penyumbatan di jantungnya. Ia segera kami bawa ke rumah sakit. Dan di sana aku menyaksikan sebuah pemandangan yang jarang sekali kusaksikan. Ketika masker oksigen dipasangkan di wajahnya, kulihat ia mengangkat jari telunjuknya untuk bertasbih dan berdzikir kepada Allah Ta’ala.

Beberapa hari kemudian, ia pun keluar dari rumah sakit. Yah, sudah lebih dari 30 tahun lamanya, nenekku benar-benar menjaga puasa putih (ayyam al-bidh) di setiap bulannya. Begitu juga dengan puasa-puasa sunnah lainnya. Dan hari itu, bertepatan dengan puasa Asyura, dan ia tetap berpuasa meskipun harus melanggar perintah dokter yang mengaharuskannya untuk meminum obat dengan disiplin, karena keterlambatan mengosumsinya akan berpengaruh pada jangtungnya.

Maka setelah shalat Isya, aku sengaja menjenguknya di kamarnya. Aku ingin memberinya hadiah sejumlah uang dalam rangka kelulusanku dari universitas. Ia tertawa lalu mendoakanku dengan doa ini:

“Semoga Allah memberimu taufiq. Semoga Allah menjaga dan membimbingmu…”

Di dalam kamarnya itu, aku pun mengingatkannya untuk tidak berpuasa sesuai perintah dokter. Ia berjanji untuk mempertimbangkannya. Aku pun pergi ke kamarku untuk tidur malam. Dan belum lagi aku mendengarkan kumandang adzan Shubuh, tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara ketukan yang sangat keras di pintu kamarku. Ternyata pembantu rumah kami! Ia mengabariku bahwa nenekku terjatuh ke lantai. Aku segera berlari ke kamarnya. Dan aku temukan ia terlentang di lantai, wajahnya menghadap ke kiblat, sementara tangan kanan-nya di atas tangan kirinya persis seperti orang yang shalat. Ia belum meminum obatnya!

Aku meletakkan tanganku di tubuhnya, namun aku menemukan ia telah meninggalkan dunia ini. Ia telah menyerahkan ruhnya kepada Allah Ta’ala dalam keadaan berpuasa.

Tiga bulan sudah kematian nenekku berlalu. Dua hari ini aku harus memasukkan berkas-berkasku ke Kementrian Pendidikan untuk melengkapi pengangkatanku sebagai guru di sebuah sekolah yang tidak jauh dari rumah kami.

Kepala bagian di kantor itu meminta sekertarisnya untuk membawakan data-data guru yang ada di semua sekolah. Ternyata ia menemukan bahwa sekolah-sekolah lain masih membutuhkan guru-guru kecuali sekolah yang aku inginkan itu. Jumlah guru di sekolah itu sudah mencukupi. Tentu saja aku bersedih dengan itu. Tapi pak kepala bagian itu mengatakan: “Tidak usah sedih! Datanglah kembali   hari sabtu depan[1], siapa tahu Allah menakdirkan lain…”

“Insya Allah, pak.” Jawabku.

Dua hari berlalu bagai dua bulan. Aku menunggu tibanya hari sabtu bagai penantian yang panjang. Hari ini hari Jum’at. Malam harinya- malam sabtu- aku tertidur. Di dalam mimpiku aku melihat nenekku datang mengunjungiku dan menanyakan kabarku. Ia juga menegurku karena lama sekali baru melihatku lagi. Maka dalam mimpi itu aku katakan kepadanya:

“Maklumlah Nek, aku banyak sekali kesibukkan.”

Maka ia pun mengatakan: “Semoga Allah memberimu taufiq, semoga Allah menjaga dan membimbingmu, Nak…”

Itu adalah doa yang sama dengan dulu pernah ia ucapkan untukku lima jam sebelum ia meninggal dunia.

Aku terbangun dari tidurku. Kuharap itu adalah mimpi pembawa kabar gembira. Pagi harinya, aku segera mendatangi kepala bagian itu dan menanyakan apakah ada perkembangan baru? Namun ia menjawab: “Sepertinya tidak ada. Tapi, coba kita lihat kembali dokumen-dokumen kemarin itu.”

Ia pun segera memanggil sekretarisnya untuk membawa dokumen-dokumen tersebut. Dan begitu ia membuka dokumen tersebut, ia menemukan suatu hal yang aneh…

Sekarang data yang ada menunjukkan bahwa sekolah-sekolah yang beberapa hari lalu masih membutuhkan guru, hari ini tidak lagi membutuhkannya. Sementara sekolah yang kemarin sudah tidak membutuhkan, hari ini ternyata membutuhkan satu orang guru. Pak Kepala bagian itupun memarahi sekretarisnya dan mengatakan itu sebagai kesalahannya. Yah, aku pun keluar dari ruangannya dengan memuji Allah atas karunianya membukakan pintu yang tertutup untukku.

“Sesungguhnya urusanNya itu jika Ia menghendaki sesuatu, maka ia akan mengatakan: ‘Jadilah!’ maka jadilah ia.” (QS: Yasin: 82) [Syahida.com]

Sumber: Buku Chiken Soup for Muslim karya Ahmad Salim Baduwailan

[1] Hari sabtu adalah awal hari kerja di Saudi, seperti hari Senin jika di Indonesia.

Kesaksian Seorang Dokter Saat Pasiennya Sedang Sakaratul Maut

Syahida.com – Sebuah kisah tentang kematian, oleh Syaikh Khalid Al-Jubair, Pakar bedah jantung Saudi Arabia :
Seorang perawat menelepon saya, ia bercerita bahwa ada seorang pasien. Infus yang ada di tangan kanannya tidak berjalan dengan baik. Konsekuensinya harus dialihkan (infus tersebut) ke tangan kirinya. Maka saya datang ke pasien tersebut. (Perlu diketahui) pasien ini tinggal di rumah sakit sudah 6 bulan. Pada 5 bulan pertama ia masih berbincang-bincang dengan saya sebagaimana saya berbincang-bincang dengan kalian. Dan pada bulan ke-6 ia pingsan secara total tidak bisa bergerak sedikitpun. Maka saya datangi dia. Kemudian saya ambil tangan kirinya untuk mencari urat (untuk dimasukkan infus), maka saya dikejutkan, ia tiba-tiba berbicara :
“Dr. Khalid? Apa yang ingin kamu lakukan? Apakah kamu dokter Khalid?”
Saya menjawab, “Ya, betul. Ia (pasien) bertanya, Apa yang ingin kamu lakukan?”
Saya menjawab : “Saya sedang mencari urat (tangan kiri) Anda untuk dimasukkan infus.”
Ia (Pasien) berkata: “Tidak, kamu tidak akan menemukan urat tersebut (karena) saya sudah menjadi mayat.”
Saya berkata, “Tidak, kamu bukan mayat.”
Ia (pasien) berkata : “Wahai dokter! Saya ini telah menjadi mayat.”
Saya berkata, “Tidak kamu bukan mayyit.”
Ia (pasien) berkata: “Wahai dokter! Saya adalah mayyit. Saya melihat apa yang kamu tidak lihat. Sungguh saya melihat malaikat adzab berada di depan saya sekarang.”
Dr. Khalid Al-Jubair
Dr. Khalid Al-Jubair
Tangannya (tangan pasien) masih dalam pegangan saya. Maka saya teringat dengan hadits yang shohih dari Al Barro’ bin adzib radhiyallahu’anhu. Dimana Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, apabila salah seorang diantara kalian hendak menghadap akhirat dan meninggalkan dunia (sakaratul maut) dan ia tergolong orang yang sholeh maka ia akan melihat (sejauh mata memandang) para malaikat yang putih wajahnya. Mereka adalah para malaikat rahmah dan ia akan melihat kedudukannya di surga.
Dan sungguh aku telah melihat hal ini pada tiga orang (yang saya tangani), sebelum mereka meninggal dunia. Selama 30 tahun atau 32 tahun pengabdian saya di rumah sakit, tiga orang yang saya tangani mereka berkata : “Wahai dokter! Janganlah kau buat capek dirimu! Sesungguhnya kami telah meninggal.”
Salah satu dari mereka berkata: “Sungguh aku telah melihat kedudukanku di surga dan pada bidadari telah tersiapkan untukku.”
(Dan salah satunya adalah) seorang pemuda yang umurnya 17 tahun, ia berkata: “Sesungguhnya saya telah mencium aroma surga sekarang.” Dan orang yang ke-3 berkata: Sungguh saya melihat surga sekarang.” [Syahida.com]
- See more at: http://www.syahida.com/2015/01/19/1424/kisah-kesaksian-seorang-dokter-tentang-kematian-pasiennya/#sthash.x9NuyD9u.dpuf

ENYAHLAH, BURUK SANGKA

ENYAHLAH,  BURUK SANGKA

Bismillaahirrahmanirrahiim

(Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)
Saudaraku dimana saja, semoga dalam berkah dan rahmat Allah SWT
Aku ingin sekedar  berpesan dalam pesan singkat.
Bahwa manusia dalam mengarungi kehidupan  di dunia ini banyak bentuk ujian yang menerpa manusia baik secara fisik dan non fisik. Layaknya seperti pelaut yang mengarungi lautan luas kadang ditemuinya badak, gekombang besar yang hampir mengkaramkan kapalnya. Dan pada suatu gelombang mereda dan dinikmati pelayaran yang indah  laut yang biru berkilauan, sepanjang mata memandang bagai laut yang tidak bertepi, alangkah indahnya pelayaran ini. Itulah kehidupan. Menghadapi ujian kehidupan ternyata ada manusia yang tetap berpegang teguh kepada tali Allah dan ada yang tergelincir dimulai dengan dosa kecil kemudian membesar layaknya noda hitam setitik  demi setitik kemudian menutup hatinya sehingga sirnalah keimanan dari dirinya. 
Dan kemudian hatinya penuh dengan  buruk sangka kepada Allah Swt dan berburuk sangka kepada manusia lain  
Buruk sangka kepada Allah merupakan bukti kelemahan iman dan bodohnya seseorang terhadap hak Allah serta tidak memberi pengagungan kepadaNya dengan sebaik-baik pengagungan. Sebagian orang menyangka Allah sebagaimana menyangka makhluk, bahwa Allah tidak mampu mengabulkan segala keinginannya sehingga dia tidak memohon kepada Allah kecuali sedikit sekali. Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka sangka.
Buruk sangka kepada Allah merupakan penyakit hati yang paling besar. Diantara manusia ada yang berburuk sangka tentang bagaimana rezeki yang didapatkannya. Dia lebih percaya kepada apa yang ditangan manusia  ketimbang yang ada di tangan Allah Swt. Bila terjadi musibah atau bencana pada dirinya, segera timbul respons pada dirinya mengapa hal ini terjadi pada dirinya, Dia menyangka bahwa Tuhan telah menghukumnya dan menuduh Tuhan tidak adil..  Allah Swt mencela orang orang-orang berburuk sangka kepadaNya dan menyebutkannya sebagai perbuatan merugi, dan berdosa sebagaimana firmanNya :
“Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka terhadap Tuhanmu, prasangka itu telah membinasakan kamu, maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi.  (Qs Fushshilat :23)
"Hai sekalian orang-orang yang beriman, jauhilah sebahagian banyak dari prasangka itu sebab sesungguhnya sebahagian dan prasangka itu adalah dosa." ( Qs a!-Hujurat : 12)
Saudaraku yang dirahmati Allah.
Bagaimana berburuk sangka terhadap manusia? Tuntunan Islam sangat melarang berburuk sangka terhadap manusia. Allah Swt berfirman :
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.  (Al Hujuraat : 12).
Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini, “ Allah Swt melarang hamba-hamba Nya yang beriman banyak berprasangka, yaitu melakukan tuduhan dan sangkaan buruk terhadap keluarga, kerabat, dan orang lain tidak pada tempatnya, sebab sebagi-an dari prasangka itu adalah murni perbuatan dosa. Diriwayatkan kepada kami dari Amirul Mukminin Umar bin Khaththab bahwa beliau mengatakan : “ Berprasangka baiklah terhadap tuturan yang keluar dari mulut saudaramu yang beriman, sedang kamu sendiri mendapati adanya kemungkinan tuturan itu mengandung kebaikan
Saudaraku, katakan, “Enyahlah, buruk sangka dari diriku".
Inilah sikap seorang yang beriman kepada Allah, rubahlah buruk sangka dengan baik sangka kepada Allah maupun kepada manusia. Dalam hadits Qudsi dari Abu Hurairah ra, : Rasulullah Saw bersabda , “Allah ta’ala berfirman,” Aku menurut sangka hambaKu terhadap Aku dan aku bersamanya, bila ia mengingat Aku dalam dirinya maka Aku mengingatnya di dalam diri Ku, dan bila ia mengingat Aku di dalam orang-orang terkemuka yang lebih baik dari mereka, bila ia mendekat kepadaKu sejengkal maka Aku mendekat kepadanya sehasta, dan bila ia mendekat kepada Ku sehasta maka Aku mendekat kepadanya sedepa, bila ia datang kepadaKU dengan berjalan maka Aku datang kepada nya dengan berlari-lari kecil.
Bila manusia berbaik sangka terhadap manusia lain maka akan terjadi saling menguntungkan, seperti saling percaya, saling mendukung, saling menghormati dan pada puncaknya terjadi silaturahmi. Dan ini sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang ingin diperpanjangkan umurnya, diluaskan rezekinya, dan ditolakan darinya kematian yang buruk, hendaklah dia bertakwa kepada Allah dan menyambungkan silaturahmi.
Wallahu ‘alam bish shawab

KISAH-KISAH JELANG HARI KEMATIAN


Bismillaahirrahmanirrahiim
(Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)

Saudaraku yang tua dan muda semoga selalu dalam kasih sayang Allah.
Ku mulai pesan singkat ini dengan ucapan Alhamdulillah. Kata al-hamdulillah memiliki dua sisi makna. Pertama, berupa pujian kepada Tuhan dalam bentuk ucapan. Kedua, pujian dalam bentuk perbuatan yang biasa kita sebut dengan syukur. Kedua sisi ini tergabung dalam ucapan al-hamdulillah. Alhamdulillah, mari kita bersyukur kepada Allah swt hari ini kita masih diberi kesempatan untuk menikmati kehidupan serta masih selalu dalam hidayah Allah Swt
Saudaraku, sebagai seorang muslim tentu kita sering mungkin sangat sering melakukan takziah yaitu melayat atau menjenguk orang yang meninggal dunia untuk mengatakan turut belasungkawa kepada keluarganya.. Kalau kita melakukan takziah, ada beberapa maksud, yaitu :
  • Dapat meringankan beban keluarga si mayat, terutama dari segi mental, sehingga merasa sedikit terhibur.
  • Tugas dan kewajiban keluarga yang ditinggalkan terbantu.
  • Dapat mengingatkan akan kematian
  •  Penghormatan terakhir pada almarhum/ah.Ikut mendoakan almarhum/ah dan doa untuk keluarga yang ditinggalkan
  •   Mempererat tali persaudaraan umat muslim
Secara singkat bahwa tiap kita melakukan takziah bermanfaat untuk ahli bait dan bermanfaat untuk kita yang melakukan takziah salah satunya mengingatkan  bahwa kita suatu waktu pasti akan mati.
Rasulullah Saw bersabda “Perbanyaklah mengingat sesuatu yang melenyapkan semua kelezatan, yaitu kematian!” (HR. Tirmidzi). Dalam hadits lain seorang sahabat Rasulullah Saw dari kalangan Anshar berdiri dan bertanya: Siapakah Mukmin yang paling cerdas?. Beliau menjawab:  “Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas.” (HR. Ibnu Majah,Thabrani).
Saudaraku, untuk mengambil pelajaran tentang hari kematian aku berbagi  kisah yang kukutip dari buku “Kesaksian Seorang Dokter” yang ditulis oleh dr Khlaid bin Abdul Aziz Al-Jubair, Sp.IP,  berdasarkan kisah nyata yang dilihat oleh mata kepalanya sendiri
Kisah I
Suatu hari, ada seorang wanita yang mengalami gagal jantung di bawa kepada kami. Setibanya diruang gawat darurat detak jantung wanita tersebut berhenti, maka kami segera  melakukan terapi shock (pijat), dua menit kemudia wanita tersebut membuka kedua matanya. Ia memandang kearah langit seraya mengangkat tangan kanannya sambil melantunkan bacaan. “Asyhadu alla illaha ilallah wa asyhadu anna  Muhammada Rasulullah.” Lalu detak jantungnya  berhenti lagi. Maka kami melakukan terapi seperti sebelumnya sampai bebebrapa kali, namun tidak berhasil. Ternyata tanda kematian telah menjemputnya, ia meninggal untuk selamanya, semoga Allah merahmati wanita itu dan juga merahmati kita semua.
Kemudian saya keluar dari ruang rawat untuk menemui suaminya dan menyampaikan berita itu kepada-nya. Setelah mengucapkan ta’ziyah dan belasungkawa, saya menceritakan kejadian yang aneh pada isterinya sebelum meninggal dunia, lalu saya menanyakan tentang amal perbuaatn isterinya dimasa hidupnya. Pria tersebut berkata, “Saudara tidak usah heran dengan apa yang saudara saksikan. Saya bertanya, “kenapa bisa begitu saudaraku? Ia menjawab,  “sejak aku menikahinya selama tiga puluh lima tahun yang lalu, ia tidak pernah meninggalkan shalat malam, kecuali karena halangan syar’i.
Kisah II
Pada hari Selasa pada waktu Ashar, saya mendatangi seorang teman untuk memberikan nasehat agar selalu menjaga shalat. Setelah terjadi perdebatan ia berkata kepada kepadaku, “Wahai Abu Muhammad, jika kedatanganmu hanya untuk  meperdebatkan masalah ini, saya minta kamu membicarakan yang lain. Saya katakan kepadanya, : Wahai abu Fulan, takutlah kepada Allah! Kamu tidak tahu kapan kamu mati! Tidak tahu di mana kamu mati! Bisa jadi kamu mati besok, sekarang, atau mungkin beberapa jam lagi,” Ia menjawab dengan congkah, Aku masih muda, aku baru berumur 40 tahun, ayahku meninggal pada usia 90 tahun, sedangkan kakekku pada usia 100 tahun, saya masih segar bugar jika aku sudah berusia 60 tahun akau akan mendirikan sholat.
Pada hari Rabu tepat jam 10 malam, salah seorang teman memberi kabar kepadaku, “ Abu Fulan , orang yang berdebat dengan  tuan kemarin telah meninggal hari waktu Ashar, dalam suatu kecelakaan lalu-lintas di suatu jalan di wilayah Damman, dan kami akan menyalatinya besok hari Kamis waktu zhuhur. Berita tersebut sampai ketelingaku bagaikan petir yang menyambar. Saya sangat menyayangkan keadaanya, terasa masih hangat di dalam benakku apa yang ia bicarakan, apa yang diperdebatkan karena kecongkakkanya. Saat itu ia mengharapkan hidup 20 (dua puluh) tahun lagi untuk mendirikan sholat, akan tetapi ia hanya diberi kesempatan 24 (dua puh empat) jam saja, sekarang apa yang anda ingin katakan?
Kisah III
Simaklah satu kejadian yang sangat aneh ini, saat itu saya berada di sisi seorang yang sedang berjuang menghadapi sakaratul maut. Anaknya berusaha  semaksimal mungkin untuk mentalqininya dengan dua kalimat syahadat, akan tetapi setelah berusaha dengan susah payah, jawaban ayahnya sungguh mencengangkan, “Wahai anakku, Aku mengerti apa yang engkau katakan, akan tetapi lidahku tidak bisa mengucapkannya, aku telah berusaha wahai anakku akan tetapi aku tidak bisa.  Tahukah sebabnya, kenapa orang itu tidak bisa mengucapkan dua kalamiat syahadat? Sebabnya, adalah bahwa ia termasuk orang-orang yang melalaikan shalat, dan melupakan kewajiban tersebut.
Kisah IV
Saat itu saya sedang pada Instalasi Gawat Darurat, tiba-tiba tiga orang pemuda datang membawa ayah mereka yang telah berusia 60 tahun, lelaki itu telah meninggal saat sedang menenggak minuman keras, dengan muka kondisi muka lebih hitam daripada  arang dan aromanya sangat busuk, sehingga tidak mungkin anda berlama-lama dengannya. Sebelum meninggal lelaki itu tengah menenggak minuman keras selama tiga hari terus menerus, dan saat nyawanya keluar dari dalam tubuhnya ia sedang menggenggam gelas minuman keras, sebagai-mana diceritakan anaknya.
Menyimak kisah-kisah diatas maka kita harus mengambil pelajaran dan mengingatkan bahwa mati itu kepastian, cuma cara mati itu adalah pilihan kita apakah  kita . mati dalam keimanan atau dalam keengkaran.  Pelajaran yang ingin diungkapkan guru kematian begitu banyak, antara lain :
·         Kematian mengingatkan bahwa kondisi akhir hembusan nafas tergantung amalan yang selama ini dilaksanakan.
  • Kematian mengingatkan bahwa kita bukan siapa-siapa. Dan ketika jenazah ditanam para petugas memadatkan tanah dengan kaki sambil dihentak-hentakan, tidak  ada pilihan diam meskipun berpangkat empat bintang sama dengan seorang kopral.
  • Kematian mengingatkan bahwa kita tak memiliki apa-apa. Lihatlah jenazah ketika diturunkan keliang lahat hanya kain kafan yang melekat ditubuh itulah pakaian yang paling maksimal bisa dilekatkan pada sang mayit. Meskipun dia mampu membeli kain corak  yang indah dan kualitas yang termahal
  • Kematian mengingatkan bahwa hidup sementara Berpangkat, kaya raya, terhormat, kuat, gagah perkasa. Bila umur telah sampai tidak ada waktu sedtikpun untuk memundurkannya.
  • Kematian mengingatkan bahwa hidup begitu berharga. Ketika maut telah tiba tidak ada lagi amal sholeh
Mari kita terus menerus setiap hari, kita mengingat bahwa kematian itu pasti tiba pada diri kita. Allah swr berfirman, “
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.(Qs Ali Imran  : 185).
 Dan  Rasulullah Saw bersabda, “:Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan (kematian). (HR.Tirmidzi dan beliau menghasankannya). Dari hadits ini dijabarkan secara konkrit oleh seorang ulama Ad-Daqqoq Rohimahulloh berkata,” Siapa yang banyak mengingat mati, maka ia akan dimuliakan dengan tiga perkara.: 
  1. bersegera untuk bertaubat, 
  2. hati yang Qona’ah, 
  3. bersemangat dalam ibadah.
Sebaliknya siapa yang melupakan mati ia akan ditimpa dengan tiga perkara:
  1. menunda taubat, 
  2. hati yang tidak pernah merasa cukup 
  3. malas dalam beribadah.
Oleh karena itu mari persiapkan sisa hidup kita untuk menghadapi peristiwa yang pasti datang, perbanyaklah beribadah. Jaga supaya ibadah kita terus menerus sepanjang hidup bukan pada bulan Ramadhan saja tetapi terus kita lakukan selesai bulan Ramadhan,  dan inilah tuntunan doa dari Allah Swt supaya  kematian kita mulia
RABBANA FAGH FIR LANAA DZUNUUBANA WA KAFFIR ‘ANNA SAYYI-AATINA WA TAWAFFANAA MA’AL ABRAR
Ya Tuhan kami ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti.(Qs Ali Imran : 193}
RABBANA AFRIGH ‘ALAINAA  SHABRAW  WATAWAFFANNAA MUSLIMIIN
"Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu)". (Qs Al A’raaf : 126)
Nasrun minallah