Puasa Ramadhan merupakan sebuah aturan kewajiban bagi umat agama Islam. Pada bulan tersebut mereka melakukan puasa sebagai bentuk ketaatan pada sang Pencipta. Ibadah puasa tersebut dilakukan sebulan penuh di mulai pada tanggal satu ramadhan setelah melihat hilal sebagai patokan tanggal. Pada prakteknya umat muslim melakukan puasa dari mulai terbit matahari sampai terbenam matahari.
Puasa Ramadhan sebagaimana Rasulullah jelaskan dapat mengangkat derajat pelakunya menjadi unsur rahmat, kedamaian, ketenangan, kesucian jiwa, akhlaq mulia dan perilaku yang indah ditengah-tengah masyarakat. “Bila salah seorang dari kalian berpuasa maka hendaknya ia tidakberbicara buruk dan aib. dan jangan berbicara yang tiada manfaatnya dan bila dimaki seseorang maka berkatalah, ‘Aku berpuasa'”. (HR. Bukhori).
Petunjuk puasa dari Nabi Saw adalah petunjuk yang paling benar dan sempurna untuk diikuti. Serta petunjuk Nabi Saw paling mengena dalam mencapai maksud dan tujuan, serta paling mudah penerapannya bagi umat Islam. Di antara petunjuk puasa dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pada bulan Ramadhan diantaranya adalah memperbanyak melakukan berbagai macam ibadah. Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwasannya malaikat Jibril’alaihis salam senantiasa membacakan Al-Qur’anul Karim untuk beliau pada bulan Ramadhan. Selain itu, Nabi Saw pada bulan Ramadhan juga memperbanyak sedekah, kebajikan,shalat, dzikir, i’tikaf dan bahkan beliau mengkhususkan beberapa macam ibadah pada bulan Ramadhan, hal yang tidak beliau lakukan pada bulan-bulan lain.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika berpuasa dan mendapatkan matahari sudah tenggelam, maka Nabi Saw menyegerakan berbuka dan menganjurkan demikian pada umatnya. Nabi Saw menghimbau agar berbuka dengan kurma. Bila tidak mendapatkannya, Nabi Saw mencukupkan diri dengan air saja. Adapun ketika sahur Nabi Saw makan sahur maka mengakhirkannya. Hal demikian dianjurkan pula untuk umatnya. Nabi’shallallahu ‘alaihi wasallam melarang orang yang berpuasa dari ucapan keji dan caci-maki. Sebaliknya beliau memerintahkan agar ia mengatakan kepada orang yang mencacinya, “Sesungguhnya aku sedang puasa.”
Jika Nabi Saw melakukan perjalanan di bulan Ramadhan, maka terkadang beliau meneruskan puasanya, namun terkadang pula berbuka. Hal tersebut menjadi pelajaran bagi para sahabat, membiarkan mereka memilih antara berbuka atau puasa ketika dalam perjalanan. Selanjutnya yang merupakan petunjuk dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah membebaskan dari qadha’ puasa bagi orang yang makan atau minum karena lupa, dan bahwasanya hal demikian karena Allahlah yang memberinya makan dan minum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar