Sahabat sekalian, apapun profesi anda saat ini, jika anda memang berprofesi atau bekerja dengan baik dan dari rejeki halal insya Allah berkah.
Ada sebuah kalimat di sekitar kita yang mengatakan ” kerja yang penting halal ” dan itu memang benar.
Seberapapun kita mendapat rupiah , asal kita sungguh-sungguh dan di jalan halal, mudah-mudahan dicukupkan segala kebutuhannya dan yang utama adalah barokah.
Ada sebuah kalimat di sekitar kita yang mengatakan ” kerja yang penting halal ” dan itu memang benar.
Seberapapun kita mendapat rupiah , asal kita sungguh-sungguh dan di jalan halal, mudah-mudahan dicukupkan segala kebutuhannya dan yang utama adalah barokah.
Seperti yang kita yakini sebagai umat muslim , Rosullullah adalah manusia yang paling mulia dimuka bumi ini. Segala tindak-tanduknya adalah contoh bagi kita umatnya atau bisa disebut Rosullullah adalah Al-Qur’an yang berjalan.
Kita sering mendengar kisah tentang Rosul.Rasulullah Muhammad SAW begitu mencintai umatnya, terutama pada mereka
yang mencari nafkah secara halal. Bahkan,
Rasulullah pun menjamin tidak akan terkena
api neraka bagi mereka, meski nafkah halal itu berasal dari pekerjaan rendahan semacam tukang batu.
yang mencari nafkah secara halal. Bahkan,
Rasulullah pun menjamin tidak akan terkena
api neraka bagi mereka, meski nafkah halal itu berasal dari pekerjaan rendahan semacam tukang batu.
Berikut ini adalah kisah teladan dari Rosullullah yang pantas untuk kita simak dan renungkan,
Suatu hari, Rasulullah baru tiba di Madinah
dari peperangan Tabuk, melawan bangsa
Romawi bersama para sahabatnya. Hampir
seluruh sahabat mengikuti peperangan itu,
kecuali mereka yang berhalangan seperti faktor usia dan sebagainya.
Ketika mendekati kota Madinah, Rasulullah
berjumpa dengan seorang tukang batu di salah satu sudut jalan. Ketika itu Rasulullah melihat tangan tukang batu tersebut melepuh, kulitnya merah kehitam-hitaman seperti terpanggang matahari.
Rasulullah kemudian bertanya, “Kenapa
tanganmu kasar sekali?”
Si tukang batu menjawab, “Ya Rasulullah,
pekerjaan saya ini membelah batu setiap hari, dan belahan batu itu saya jual ke pasar, lalu hasilnya saya gunakan untuk memberi nafkah keluarga saya, karena itulah tangan saya kasar.”
Mendengar jawaban itu Rasulullah segera
menggenggam tangan si tukang batu. Sesaat kemudian, Rasulullah mencium telapak tangan yang melepuh tersebut seraya bersabda ,
“Hadzihi yadun la tamatsaha narun abada”,
“Inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka selama-lamanya.”
dari peperangan Tabuk, melawan bangsa
Romawi bersama para sahabatnya. Hampir
seluruh sahabat mengikuti peperangan itu,
kecuali mereka yang berhalangan seperti faktor usia dan sebagainya.
Ketika mendekati kota Madinah, Rasulullah
berjumpa dengan seorang tukang batu di salah satu sudut jalan. Ketika itu Rasulullah melihat tangan tukang batu tersebut melepuh, kulitnya merah kehitam-hitaman seperti terpanggang matahari.
Rasulullah kemudian bertanya, “Kenapa
tanganmu kasar sekali?”
Si tukang batu menjawab, “Ya Rasulullah,
pekerjaan saya ini membelah batu setiap hari, dan belahan batu itu saya jual ke pasar, lalu hasilnya saya gunakan untuk memberi nafkah keluarga saya, karena itulah tangan saya kasar.”
Mendengar jawaban itu Rasulullah segera
menggenggam tangan si tukang batu. Sesaat kemudian, Rasulullah mencium telapak tangan yang melepuh tersebut seraya bersabda ,
“Hadzihi yadun la tamatsaha narun abada”,
“Inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka selama-lamanya.”
Sebagai catatan, Rasulullahl tidak pernah mencium tangan para Pemimpin Quraisy, tangan para Pemimpin Khabilah, Raja atau siapapun. Sejarah mencatat hanya putrinya Fatimah Az Zahra dan tukang batu itulah yang pernah dicium oleh Rasulullah.
Padahal tangan tukang batu yang dicium oleh Rasulullah justru tangan yang telapaknya melepuh dan kasar, kapalan, karena membelah batu dan karena kerja keras.
Padahal tangan tukang batu yang dicium oleh Rasulullah justru tangan yang telapaknya melepuh dan kasar, kapalan, karena membelah batu dan karena kerja keras.
Suatu ketika seorang laki-laki melintas di
hadapan Rasulullah. Orang itu di kenal sebagai pekerja yang giat dan tangkas. Para sahabat kemudian berkata,
“Wahai Rasulullah, andai bekerja seperti dilakukan orang itu dapat digolongkan jihad di jalan Allah (Fi sabilillah), maka alangkah baiknya.”
Mendengar itu Rasul pun menjawab,
hadapan Rasulullah. Orang itu di kenal sebagai pekerja yang giat dan tangkas. Para sahabat kemudian berkata,
“Wahai Rasulullah, andai bekerja seperti dilakukan orang itu dapat digolongkan jihad di jalan Allah (Fi sabilillah), maka alangkah baiknya.”
Mendengar itu Rasul pun menjawab,
“Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil, maka itu fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia, maka itu fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak meminta-minta, maka itu fi sabilillah.” (HR Thabrani)
.
* Orang-orang yang pasif dan malas bekerja,
sesungguhnya tidak menyadari bahwa mereka telah kehilangan sebagian dari harga dirinya, yang lebih jauh mengakibatkan kehidupannya menjadi mundur. Rasulullah amat prihatin terhadap para pemalas.”Maka apabila telah dilaksanakan shalat,
bertebaranlah kam di muka bumi dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”. (QS. Al-Jumu’ah 10).
”Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan, supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi ini”. (QS-Nuh19-20)Berikut beberapa hadist tentang mencari rejeki,
”Siapa saja pada malam hari bersusah payah dalam mencari rejeki yang halal, malam itu ia diampuni”. (HR. Ibnu Asakir dari Anas).
”Siapa saja pada sore hari bersusah payah
dalam bekerja, maka sore itu ia diampuni”. (HR. Thabrani dan lbnu Abbas)
”Tidak ada yang lebih baik bagi seseorang yang makan sesuatu makanan, selain makanan dari hasil usahanya. Dan sesungguhnya Nabiyullah Daud, selalu makan dan hasil usahanya”. (HR. Bukhari)
”Barangsiapa yang bekerja keras mencari nafkah untuk keluarganya, maka sama dengan pejuang dijaIan Allah ‘Azza Wa Jalla”. (HR. Ahmad)
”Sesungguhnya di antara dosa-dosa itu, ada yang tidak dapat terhapus dengan puasa dan shalat”.
Maka para sahabat pun bertanya:
“Apakah yang dapat menghapusnya, wahai
Rasulullah?”
Beliau menjawab:
”Bersusah payah dalam mencari nafkah.” (HR. Bukhari)
Maka para sahabat pun bertanya:
“Apakah yang dapat menghapusnya, wahai
Rasulullah?”
Beliau menjawab:
”Bersusah payah dalam mencari nafkah.” (HR. Bukhari)
Semoga bermanfaat,
Wassallamu’allaikum, …
Wassallamu’allaikum, …
Sumber : duniaislam.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar